Pernah. Pernah aku hampir mendeklarasikannya dengan sebenarnya untuk merayakan keberhasilan.
Namun, pada hari itu datang.
Boom! Aku gagal tepat disaat aku merasa akan berhasil.
Aku di kecewakan oleh harapan ku yang melambung.
Dan sekarang.
Takdir masih tak seramah mentari pagi yang menyinari bebungaan.
Masih mengulur waktu untuk mengujiku bertahan.
Masih menghadirkan ku bersama ketakutan dan kecemasan yang setia.
Masih menghantuiku dengan sisi lain dari kegelapan. Tentang segala perih dan noda, airmata dan kesepian, kesendirian dan penderitaan serta ketakutan bersama nestapa seakan kemenangan adalah galaksi lain nun jauh yang tak tergapai.
Dear Mimpi, tak lelahkah engkau berlari?
Mentalku perlahan tererosi oleh tekanan waktu yang sanggup menghadirkan bermacam godam untuk menekanku secara bersamaan.
Semua memang tak mudah. Tapi semua memang harus di jalani.
Sekeras apapun aku mengeluh dan merintih dengan puluhan tusukan panah di tubuhku, tetap saja, aku harus maju walaupun dengan jalan merangkak sampai akhirnya.
Atas akhir indah yang akan aku tuju.
Kemenangan atas apa yang di usahakan ataupun kemenangan terindah berupa kematian cepat yang elegan bernama khusnul khatimah.
Biarkan Yang Agung memutuskan ending yang tepat untuk hidupku yang tragedi.
Aku hanya belum mengerti.
Allah Maha Adil, Pengasih dan Penyayang.
I believe , one day i will say "Euphoria" with a truly in the mouth and relate to heart.
Save me.
3 Agustus 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
2019; The Power of Life (COMPLETED)
PoetryHanya untaian kata untuk mengungkapkan rasa, karena hanya seorang manusia yang tak bisa terlalu banyak merasa, ia akan meledak. jadi ini adalah kata dengan latar belakang berbagai perasaan. meski belum mampu menggambarkan, setidaknya ia mampu sediki...