Kesadaran...
Adalah ketika aku menemukan diriku,
Dalam penyelaman yang lama.
Waktu yang setara dengan darah, keringat dan airmata setiap detiknya.
Bahwa aku kembali menjadi sisi diriku yang berkobar, membakar di setiap aliran darah yang mengisi pembuluhnya.
Hingga aku ingin membayar segalanya dengan lunas, tuntas dan jelas, baru bermain kemudian.
Dengan menantang diri merangkak keluar cangkang, dari zona kenyamanan,
Berperang dengan diri demi memahat diri menjadi memiliki arti.
Diriku adalah definisi “control”
Namun,
Lagi.
Dan lagi.
Aku tidak akan bertanya lagi tentang apa bedanya?
Karena sekarang diriku yang lain menemukan jawabannya.
Jawabannya adalah karena itu aku,
Aku yang memiliki horizon yang berbeda, tapak jejak yang lain
Aku menyusuri jalan yang bebeda untuk kembali pada-Nya
Pelabuhan terakhir bagi yang bernyawa…
Ketika diri memutuskan untuk terlahir kembali
Atau
Menjadi diri sendiri dengan sebenarnya,
Dia tidak lantas percaya, tentu saja..
Karena keyakinan itu kompleks, penilaiannya adalah ragam belit yang membingungkan serupa labirin tak berpintu.
Bukankah setiap jiwa tidak bisa memproklamirkan tingkatnya dimata Dia?
Kecuali…
Dengan ujian.
Untuk menilai siapa diri sebenarnya, tanpa kebohongan dan asumsi, namun kebenaran mutlak.
Sekarang aku menemukan perbedaan,
Tidak peduli apapun yang terjadi,
Rasanya aku masih bisa tersenyum layaknya idiot, atau memiliki semangat yang membakar.
Rasanya aku tidak peduli apapun lagi.
Berpikir semua baik-baik saja dengan membisikan apapun pada-Nya,
Tempat terhebatku untuk tetap berdiri..
Adalah rumah yang aku cari dalam pengembaraan yang tak tau kapan kan berhenti,
Dan pelabuhan rahasia dimana jiwa ini bermuara.
Tidak ada yang lebih penting, rasanya aku tidak ingin kehilangan diriku yang sekarang.
Aku mulai mencintainya..
Ini terasa seperti diriku.
Ini adalah aku.
Aku tidak ingin berduka…
Karena kesabaran begitu indahnya,
Dan aku percaya, Dia tidak akan menjadikannya sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
2019; The Power of Life (COMPLETED)
PoetryHanya untaian kata untuk mengungkapkan rasa, karena hanya seorang manusia yang tak bisa terlalu banyak merasa, ia akan meledak. jadi ini adalah kata dengan latar belakang berbagai perasaan. meski belum mampu menggambarkan, setidaknya ia mampu sediki...