CHAPTER TIGA BELAS: Tania.

148 23 1
                                    

—Hanyalah kayu yang lurus dijadikan ramuan rumah—

----

''Kamu pantas menerima ini!''

Lagi-lagi suara orang itu menguar, sukses membuat kaki Nia terasa berat untuk dikerahkan setelah tersadar dari lamunan. Lalu, orang itu menarik napasnya pelan sebelum membalikkan badan ke arah bangsal yang bertuliskan nomor 7 Kamar Mawar pada papan kayu di pintu tersebut. Nia yang menyaksikan hal itu sontak berseru, tetapi suaranya tidak mau ke luar. Ia yakin kalau orang itu akan melakukan sesuatu yang buruk lagi.

''Hey ... hentikan, kamu mau apa? Ja-jangan masuk ke sana.'' Ia mencoba menghentikan langkah orang itu, tetapi lagi-lagi berujung dengan kegagalan karena sang tangan sama sekali tak bisa menyentuh orang tersebut.

Nia pun akhirnya pasrah ketika orang itu mulai memutar knop pintu dan masuk. Ia menangis karena usahanya menemui kegagalan, sedang orang itu mengulas seringai menyeramkan sambil terus melangkah di tengah suasana larut yang kian dingin dan mencekam.

''Kamu pantas menerima ini,'' ucap orang itu lagi.

Nia yang mendengar ucapan itu akhirnya ikut melangkah masuk ke dalam ruangan, dan betapa kagetnya ia ketika mendapati satu orang gadis tengah terbaring lemas di atas tempat tidur tersebut.

''Ka-kau mau apa?'' tanya gadis itu tersendak-sendak, Nia melotot.

''Aku?'' Orang itu bertanya sinis. "Aku mau memberi pelajaran sedikit untukmu gadis jalang.''

''Tidak! Kumohon jangan lakukan ini? Aku sama sekali tak bermaksud untuk—''

''Tutup mulutmu sialan!''

Bruk!

Nia menjerit, ia melihat orang itu melayangkan bogeman pada gadis tersebut. Hingga gadis itu melejang-lejang kesakitan, kepalanya menghantam tembok keras dengan sudut bibir sebelah kanan sudah robek mengeluarkan darah.

''Hey! Apa yang kamu lakukan!'' hardik Nia, mencoba berkali-kali untuk menghentikkan orang itu, tetapi gagal.

''Jika saja kamu tak mengusikku, sudah kupastikan kamu masih bisa bernapas legah, sialan!'' seru orang itu kembali.

''Ma-maafkan ak—''

''Kubilang diam! Diam! Mengerti!'' hentaknya.

Orang itu semakin menggusar kemudian mengeluarkan sebuah dispoid berisi arsenik dari saku seragamnya. Lantas melilit selang infus gadis lemah itu yang masih terbaring pasrah di tempat tidur. Hingga dengan sekali gerakan ... penyuntikkan racun tersebut pun dilakukan dengan perlahan-lahan.

''To-tolong siapa pun ... tolong hentikan orang gila ini!'' Nia lagi-lagi berteriak sekuat tenaga walau hanya sia-sia.

Hingga tak butuh waktu lama, racun itu pun mulai bereaksi. Namun, gadis itu sempat merintih kesakitan sesekali mendesah dengan mulut berbuih beraromah tajam menusuk. Orang itu tersenyum puas disaksikan Nia benci.

Nia pun semakin gemetar ketika nyawa gadis itu tak bisa ia selamatkan, Nia bersimpuh melihat tubuh gadis itu berubah ungu kebiruan (menjadi gelap) dengan kejang-kejang yang menyertai.

"Tenanglah sayang, ini tak akan lama!'' titah orang itu kemudian membereskan semua bukti.

Selanjutnya adalah orang itu mengikat kedua tangan gadis tersebut kuat lalu membopongnya ke salah satu ruangan yang gelap di sudut lorong ini.

Nia menangis, orang itu bersenandung di sela-sela berjalannya sesekali bersiul. Sungguh, orang itu seperti sudah kehilangan akal sehat dan rasa kasiahan di hati. Hingga tak perlu menunggu lama, orang itu pun akhirnya sampai pada ruangan yang di maksud. Nia yang mengikut pun akhirnya masuk juga walau lututnya semakin terasa ngilu.

TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang