CHAPTER TIGA PULUH SEMBILAN: Tujuan itu Bukanlah Akhir.

54 14 0
                                    

—Tidak ada Manusia yang jahat sejak lahir, tetapi keadaanlah yang membuatnya buruk. Tergantung bagaimana kesiapan diri karena penuntut bekerja berdasarkan bukti—

----

''Ya, kelihatannya memang seperti itu. Tujuan dari pelaku adalah membunuh korbannya sama seperti kasus kebanyakan. Namun, kasus ini berbeda, kasus ini bukan dilakukan oleh orang biasa kebanyakan, tetapi lebih ke pembunuhan berantai seperti yang sudah kita ketahui bersama. Perlu aku luruskan sedikit jika melihat dari kondisi mayat yang mengerikan, ada dua kemungkinan mengenai sang pembunuh.

Pertama, sang pembunuh adalah orang yang mengenal korban dengan baik, oleh karena itu motif dendam memegang pengaruh sangat besar. Karena memang pada kasus pembunuhan di mana mayat korban dirusak dengan kejam. Pada umumnya, pelakunya memang orang yang mengenal korban. Jika pun ada kasus serupa dengan pelaku dan korban tak saling mengenal, itu artinya pelaku ini adalah pembunuh berantai.''

''Khem, begitu, ya?''

Nanda membalas ucapan ayahnya dengan senyuman. Kemudian ia pun melanjutkan penjelasannya lagi.

''Kedua, kemungkinan ia memiliki traumatis pada perempuan, kemudian menyalurkan trauma itu dengan menyiksa para korban. Terbukti semua korbannya adalah wanita, dan karena penyiksaan yang dilakukannya itulah membuat si pelaku merasa unggul karena melihat korbannya menderita.''

''Kalau mendengar dari Anda yang mengatakan si pelaku ini memiliki trauma pada perempuan, trauma yang seperti apa? Apakah pelaku ini adalah seorang laki-laki, karena dari beberapa kasus pembunuhan sadis yang tim kami tangani, sekitar 70% pelakunya adalah laki-laki yang korbannya rata-rata perempuan. Jika memang begitu, apa sebenarnya motif pembunuhan di kasus ini?''

Shella, kali ini ia yang bertanya kepada adiknya itu.

Tak mau membuang waktu lebih lama, ia menjawab, ''Tugasku di sini bukan untuk menentukan siapa tersangka secara mutlak, melaingkan mengerucutkan siapa saja yang berpotensi menjadi tersangka melihat dari kondisi korban dan tempat kejadian perkara. Dari sanalah kita bisa menyusun hipotesa mengenai relasi antara pelaku dan korban tersebut.

Untuk menentukan pelaku secara gamblang tentu dilakukan beberapa tahap yang jelas. Aku tidak menyebutkan kalau pelakunya adalah laki-laki, biasa saja sebaliknya atau malah berkolaborasi. Namun, yang pasti adalah pelaku mendapat tekanan dari perempuan yang tinggal di lingkungannya, atau seseorang yang sangat berarti di hidupnya diperlakukan kurang baik oleh kaum perempuan sehingga timbullah rasa dendam yang mendalam di hatinya.

Karena kejadian tersebut terus berulang setiap saat pada akhirnya membuat si pelaku ini menderita Paranoid Akut. Dan untuk menghilangkan rasa paranoidnya itu, ia melakukan segala cara untuk menghilangkannya termasuk melakukan kejahatan guna mempertahankan diri. Kejahatan itulah yang pada akhirnya menimbulkan rasa percaya diri untuk si pelaku.''

Fian mendengar itu lantas melontarkan berbagai pertanyaan juga yang selama ini mengganjal di otaknya.

''Apa orang yang dimaksudkan itu adalah ibunya. Selama ini aku penasaran dengan makna tulisan 'Rip Untuk Ibu' di jidat para korban. Juga kenapa wajah semua korban ditutup kain hitam? Lagi pula matanya 'kan sudah dicongkel, untuk apa lagi kain itu digunakan, to, para korban sudah pasti tak bisa melihat wajah pelaku. Satu lagi, jika si pelaku sudah tahu kalau korbannya akan mati dengan menikam satu titik rawan saja, kenapa ia repot-repot melakukan penusukan sekaligus di empat titik rawan tersebut?''

''Wah, rapat kali ini semakin menarik. Aku suka!'' Tria tersenyum setelah menggumamkan itu, kemudian menatap satu persatu rekan tim-nya dengan bahagia. Sedangkan yang dimaksud masih memasang wajah serius.

TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang