CHAPTER DELAPAN BELAS: Simpul.

121 14 0
                                    

—Rebah saling menegakkan, hanyut saling mendamparkan, saling menarik ke atas dan tidak saling menekan ke bawah, terlupa saling mengingatkan, nanti sadar atau tertolong barulah berhenti—

----

"Lalu kira-kira apa motif utamanya menurutmu, Fi?'' Dion kembali bertanya, ia seolah menguji tingkat pemahaman Fian dalam menyelidiki kasus sebagai seorang ahli cyber.

"Aku masih belum terlalu yakin, Pak. Tapi aku punya beberapa pilihan! Ukhum, kita kembali ke topik awal. Apa rencana melibatkan Tania sudah bulat?''

''Kenapa tidak? Saya tahu apa konsekuensinya melibatkan anak kecil di kasus ini. Jika kamu keberatan, kenapa tak menyanggah kemarin saat rapat di lakukan?''

Fian terdiam. Seniornya benar, kenapa tak kemarin saja ia menyanggah rencana itu, ya? Dion yang tak mau berlama-lama kemudian melanjutkan ucapannya.

''Seperti yang kita tahu jika kapten dan komisaris sudah menyetujui usulan saya, mengingat bagaimana sulitnya menemukan keberadaan Dimas selama pencarian sebelum kasusnya ditutup. Dan bukannya Silvi sendiri yang bilang kalau orang yang ia lihat sedang mengintai anak itu adalah Dimas?

Setelah dipikirkan, keberadaan Tania bisa mendekatkan kita pada si tersangka. Lagi pula Silvi juga bilang kalau besar kemungkinan jika Tania adalah keponakannya Dimas yang diculik enam tahun lalu di rumah sakit. Saya juga sudah mempelajari semua catatan-catatan itu yang tempo hari kamu berikan, setidaknya sedikit banyaknya tentang Dimas sudah kita ketahui, lantas apa lagi yang membuat kalian masih ragu?''

Dion menjelaskan kemudian menyesap es kopi kedua yang ia pesan sore ini. Hari ini matahari memang begitu terik, hanya ada satu dua orang yang memesan es kopi dengan porsi besar di tempat ini termasuk Dion.

''Tapi bagaimana kalau anak yang dimaksud itu ternyata bukan keponakan dari Dimas? Bisa saja, 'kan, namanya hanya mirip?'' Fian kembali bersuara.

''Tentu, tentu ini masih sekadar dugaan. Oleh karena itu, sebelum jauh melangkah, saya sudah mengecek DNA anak itu dengan DNA milik almarhum orangtuanya. Ini ...'' Dion mengeluarkan hasil tes itu dari tas kecil yang ia bawa dan meletakkanya di atas meja. Fian meraih itu dan melihat isinya.

"Seperti yang kalian lihat, hasilnya 99,9 % cocok. Jadi, anak itu benar-benar keponakannya Dimas. Oh, ya, Fi. Berikan hasil itu pada kapten. Saya masih ada urusan setelah ini, jadi kemungkinan balik ke kantor nanti agak sorean,' lanjutnya kemudian.

Sedangkan Silvi hanya terdiam. Walau awalnya ia tak mau melakukan hal itu, tetapi setelah melihat sosok si pembunuh dengan jelas—menurutnya karena belum dikonfirmasi—serta hasil tes DNA itu. Silvi pun akhirnya mau melibatkan Tania di kasus berat ini. Namun, apa mungkin gadis itu mau terlibat?

Silvi meremas tangannya kuat, entah kenapa ia merasa ragu melibatkan gadis itu. Terlebih pada Bian, bocah lelaki itu pasti tidak akan mengizinkan Tania untuk ikut campur, mengingat ketika dikasih uang dan diajak makan saja ia menolak.

Dion yang seolah tahu kegelisahan sepupunya itu lantas bersua, ''Urusan Bian biar saya yang mengurusnya. Intinya jangan sampai anak lelaki itu tahu tentang ini karena bisa sangat berbahaya. Bersikaplah seolah tak terjadi apa-apa setelah Tania berhasil kamu yakinkan. Saya percaya jika Tania akan menerima penawaran ini setelah tahu tentang masa lalunya, pelan-pelan saja menjelaskannya, Sil. Namun, jangan terlalu santai juga, saya khawatir ada pihak-pihak tertentu yang akan ikut dalam kasus ini.''

''Khem, tapi bagaimana kalau anak itu benar-benar menolak?'' Fian yang sedari tadi menyimak dan makan pun akhirnya bersuara.

Dion menghela napas panjang dan dalam. ''Pastikan jika Tania setuju. Setidaknya dalam kasus ini, semua orang yang terlibat harus mendapat pengawasan yang ketat, tetapi tidak mencolok. Saya sudah memikirkan ini semua sepanjang malam, dan karena ini pula musibah kecelakaan itu terjadi. Tapi, saya bersyukur karena musibah itu mengantarkan kita untuk semakin dekat dengan Tania,'' jawabnya lugas sebelum akhirnya mendapat telepon dari seseorang.

TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang