"Aku tidak pernah menginginkan keadaan dimana hatiku terisi oleh siapa pun selain dari pada Allah. Namun, saat ini dia telah terlanjur memasuki rana dimana aku akan lebih sulit untuk berhenti, bahkan untuk menolak inginnya hatiku sudah tak mampu."
@Asheera Haba Adzkiyah
❤❤❤
Kemarin setelah Haba beristirahat di UKS dan tertidur selama beberapa menit, kedua sahabatnya yaitu Crishtian dan Ashura pun datang menjenguknya. Mereka khawatir terhadap Haba karena tidak biasanya dia seperti itu.
"Haba, kamu nggak apa-apa?" tanya Crishtian.
"Akuu.. Nggak apa-apa." jawab Haba dengan sangat lemah.
"Kamu habis nangis yahh? Mata kamu keliatan bengkak. Kamu kenapa sihh, Sheera?" tanya Ashura yang terlihat khawatir.
"Aku nggak apa-apa Ra'. Beneran." jawab Haba untuk mempertegas jawabannya meskipun masih terdengar sangat lemah.
"Tapi Haba, mukamu terlihat sangat pucat tau'." ucap Crishtian dengan kerasnya karena mengkhawatirkan keadaan Haba. Namun, Haba sama sekali tidak menghiraukan ucapan Crishtian. Haba hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.
Mendengar perkataan Crishtian, Ashura pun meletakkan punggung tangannya di dahi Haba. Ternyata perkiraan mereka berdua benar bahwa Haba sedang sakit.
Demamnya yang cukup tinggi, sontak membuat mereka berdua berusaha membujuk Haba untuk pulang ke tempat tinggalnya karena jika Haba berada di rumah, Haba akan mendapatkan ketenangan ketika dia sedang beristirahat tanpa gangguan siapa pun.
Berbeda jika berada di ruangan yang saat ini Haba tempati untuk beristirahat. Akan ada beberapa mahasiswa yang datang untuk beristirahat atau hanya sekedar pura-pura sakit agar bisa bolos dari mata kuliah yang menjengkelkan baginya.
Apalagi Crishtian masih tetap khawatir jika ada yang ingin berbuat yang tidak-tidak kepada Haba seperti saat itu.
"Pulang aja yuk. Aku yang antarin kamu, soalnya Ashura masih punya mata kuliah lainnya jam 12.10. Jadi aku aja yang temenin kamu pulang, Haba yah." bujuk Crishtian dengan lembut karena Crishtian sangat mengenali Haba yang memiliki watak keras.
Namun, ketika dibujuk dengan lembut, akan luluh dengan sendirinya.
"Baiklah Crish, tapi kan aku nggak mau kalo cuman berdua sama kamu." jawab Haba dengan nada yang lemah.
"Kamu ikut aja yah Ra'." ucap Haba yang memohon.
"Aduuuhhh, gimana yah Sheera, aku nggak bisa. Takutnya dosen itu, bakal nggak biarin aku masuk ke kelasnya lagi karna kamu tau kan aku pernah nggak masuk kelas dua kali waktu itu karna sesuatu hal. Kalo nganterin sampai di luar, aku bisa aja. Maaf yahh Sheer." jelas Ashura yang kemudian meminta maaf pada Haba.
Haba tahu dan mengerti apa yang Ashura jelaskan karena mereka berdua berada dalam kelas yang sama. Berbeda dengan Crishtian.
So, hanya Crishtian yang mampu mengantarnya pulang ke tempat tinggal mereka karena Crishtian berada di kelas yang berbeda.
"Jadi, mau gimana lagi Haba?" tanya Crishtian yang kebingungan sehingga menambah rasa khawatirnya pada Haba.
"Atau gimana kalo kita minta bantuan sama Pak Faqeeh aja?" saran Ashura yang kemudian disetujui oleh Crishtian. Berbeda dengan Haba yang menolak mati-matian saran Ashura.
"Ashura, aku nggak mau. Kami naik taksi aja. Crish yahh." tolak Haba dengan wajahnya yang memelas. Namun, Crishtian tetap bersikeras dengan saran Ashura.
"Haba, nurut sama aku sekaliiii aja, Okeee. Kamu itu lagi sakit. Kalo Umi dan Abi tau kamu kayak gini, bagemana hah? Kamu mau bikin mereka khawatir dengan keadaan kamu yang seperti ini? Kita semua bakal menjadi seorang dokter suatu saat nanti, jadi kita harus senantiasa menjaga kesehatan di negara orang, Haba." jelas Crishtian dengan sangat tegas yang bahkan suaranya sudah naik 1 oktaf sehingga Haba bergidik ngeri dengan Crishtian dan menyetujui saran Ashura.
Jika mengingat Umi dan Abinya, itu bisa membuat dirinya kembali bangkit. Saat ini, hanya Crishtian yang mampu menjaganya, terlebih-lebih Uminya sudah mempercayakan Haba pada Crishtian tanpa alasan apa pun itu.
Ashura pun menghubungi Pak Faqeeh. Sedangkan Haba mulai berpikiran yang aneh-aneh.
Tak sampai 10 menit, Faqeeh pun tiba di UKS mengunjungi Haba. Dia pun merasakan kekhawatiran yang sama terhadap Haba dan memberikan perhatiannya pula kepada Haba.
"Kamu baik-baik saja, Haba? Wajahmu terlihat sangat pucat." ucapnya yang menanyakan keadaan Haba dan menampilkan rasa kekhawatiran dan perhatiannya pada Haba.
Ku mohon, berhentilah bersikap seperti itu padaku. Maka dari itu, aku merasa sangat terbantu olehmu. Hanya bantuan itu yang ku butuhkan. Tak ada yang lain, batin Haba.
Haba tidak sedikit pun menghiraukan Faqeeh sehingga Faqeeh bertanya kepada Ashura perihal kondisi Haba yang sangat berubah yang kemudian memanggil Ashura untuk berbicara di luar.
"Ashura, apakah kamu tau kenapa dia bersikap seperti itu kepada saya? Rasanya sangat berbeda dari biasanya." tanya Faqeeh yang merasa heran.
"Saya juga nggak tau sepenuhnya Pak karna Haba memang tak seperti biasanya seperti ini. Tiba-tiba sakit dan tadi matanya terlihat bengkak sepertinya dia habis nangis. Mungkin perasaan bapak saja yang merasa bahwa sikapnya berbeda kepada Bapak." jelas Ashura yang tersenyum kepada Faqeeh dengan senyuman khas wanita Indonesia yang membuat para lelaki di kota itu terpesona dengannya.
Tiba-tiba terdengar teriakan Crishtian dari dalam ruangan memanggil nama Ashura dan Faqeeh.
"Ashuraa, Pak Faqeeeh, Haba pingsan." teriak Crishtian dan sontak membuat mereka berdua melangkahkan kakinya masuk ke ruangan itu.
🛬🛬🛬
"Granada"
Asheera Haba Adzkiyah

KAMU SEDANG MEMBACA
Granada [TERBIT]
Romantika[Spiritual-Romance] Sebuah janji masa kecil yang mempertemukan kedua Insan sebagai seorang Dosen dan Mahasiswa. Profesor Muda berdarah Spanyol bernama Faqeeh Musthofa Alvaro kembali bertemu dengan gadis berdarah Indo-Arab, Asheera Haba Adzkiyah yang...