21 Go and Disappear

248 21 0
                                    

"Seseorang pernah mengatakan bahwa dalam hidup, jangan terlalu berharap karena sesuatu yang tidak pasti, karena untuk setiap kata Hello akan selalu berakhir dengan kata Good Bye. Maka, seperti itulah akhir dari ceritaku di Granada selama setahun ini, Pak. And I just want to say Good Bye, Tuan Alvaro. Kau kembali meninggalkanku, Haba."

@Faqeeh Musthofa Alvaro

❤❤❤

"Crish, aku menyukaimu."

Kata itu masih terbayang-bayang di pikiran Crishtian saat Asyura mengatakan hal itu. Tak bisa dipercaya bahwa Asyura menyukai dirinya.

Pantas saja, Crishtian merasa deg-deg an sebelum Ashura mengungkapkan perasaannya. Lalu bagaimana dengan perasaan Crishtian pada Haba yang masih merasakan hal yang sama seperti dulu dan belum pernah berubah? Crishtian berpikir Ashura menyukai Faqeeh karena mereka senantiasa bertemu di kantin membicarakan sesuatu hal dan ketika Haba sakit pun Faqeeh senantiasa mengantarnya pulang.

Entah mereka hanya berdua atau ada orang lain lagi yang ikut bersama mereka. Namun, Ashura mengatakan yang sejujurnya kepada Crishtian bahwa hal yang mereka bicarakan adalah sebuah rencana Faqeeh yang akan diberikan kepada Haba.

Rencana yang memang membutuhkan bantuan Ashura sebagai teman dekatnya. Tetapi, Ashura dan Faqeeh tidak menyadari bahwa mereka menjadi sorotan oleh Haba dan Crishtian sehingga Haba menjadi salah paham padanya. Ashura mendukung sepenuhnya perasaan Faqeeh kepada Haba.

Kali ini Aku dan Haba yang salah paham kepada mereka berdua. Aku harus menjelaskan semuanya pada Haba. Tetapi kenapa yah Haba belum pulang-pulang juga?, batin Crishtian yang kini memiliki firasat yang aneh.

"Ra', Ashura. Ashura." panggil Crishtian

"Iyaa Crish, ada apa?" Tanya Ashura yang masih canggung pada Crishtian hingga tidak mampu menatapnya.

"Kok Haba belum pulang yah?" Tanya Crishtian yang nampak khawatir.

"Oooo iyaa Yah. Dia bilang kalo cuman satu hari dan hari ini bakal pulang." Jawab Ashura yang baru menyadari bahwa Haba belum juga pulang.

Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Ada sebuah paket kiriman dari.. dari Haba yang berisi surat untuk Ashura dan Crishtian, yang satunya lagi untuk Faqeeh. Setelah menandatangani surat penerimaan paket kiriman tersebut, Ashura dan Crishtian pun masuk dan duduk diam di sofa memperhatikan surat yang ada di atas meja. Mereka hanya diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Kita telpon dulu Pak Faqeeh karena ini semua pasti ada hubungannya dengan dia." Ucap Crishtian yang hanya dibalas dengan sebuah anggukan kecil oleh Ashura.

Tanpa aba-aba, Crishtian pun menghubungi Faqeeh yang saat itu masih berada di kampus untuk mengisi beberapa mata kuliah dan menjadi dosen pengganti.

"Assalamu'alaikum, ada apa Crishtian? Saya sedang mengajar saat ini?" Ucap Faqeeh to the point.

"Wa'alaikumsalam, bapak bisa kesini nggak sekarang? Ada hal penting sekali yang harus bapak ketahui." ucap Crishtian yang nampaknya serius menurut Faqeeh.

"Iyaa saya akan kesana setelah semuanya selesai karena Saya sedang mengajar Crish." Ucap Faqeeh dengan santai.

"Sekarang juga Pak. Ini sangat penting karena menyangkut Haba. Kalo bapak tidak datang sekarang juga, bapak tidak akan pernah bisa mengetahui segala hal tentangnya karena jika ini menyangkut Haba, berarti ada juga kaitannya dengan bapak." jelas Crishtian yang nada suaranya kini telah naik satu oktaf.

"Baiklah. Saya akan segera kesana. Assalamu'alaikum." Faqeeh pun kemudian mengakhiri pembicaraannya dengan Crishtian melalui telepon tanpa menunggu jawaban salam dari Crishtian.

Jika sudah menyangkut Haba, apapun akan dia lakukan. Sekarang, baginya Haba adalah nomor satu.

Setelah menghubungi Faqeeh, tak lama kemudian dia pun tiba di tempat tinggal mereka.

"Assalamu'alaikum. Dimana Haba?" Tanya Faqeeh yang masuk ke dalam rumah tanpa permisi.

"Wa'alaikumsalam." Asyura dan Crishtian menjawab serentak.

Crishtian pun menyodorkan surat yang bertuliskan nama Faqeeh Musthofa Alvaro.

"Apa ini?" Tanya Faqeeh yang kebingungan.

"Baca saja Pak." Jawab Crishtian singkat.

Assalamu'alaikum..

Teruntuk Dosen saya yang saat ini berada di Granada yang biasa menggunakan jas yang bernametagkan Faqeeh Musthofa Alvaro.

Selembar kertas ini mewakili seluruh perasaan saya ketika menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu di Granada yang bahkan selama setahun ini, ada salah seorang dosen yang mampu dengan mudahnya menaklukkan hati si gadis yang masih awam atau tidak mengerti dengan hal yang berkaitan dengan cinta. Si gadis yang hanya terus-menerus memikirkan masa depannya dalam menuntut ilmu. Ketika dosen tersebut telah memasuki dunia kelam hati sang gadis ini, seketika dengan percaya diri hidupnya menjadi lebih berwarna.

Namun, ada hal lain yang membuat seketika dunia yang awalnya dipenuhi warna kembali berubah menjadi hitam putih bahkan berwarna abu-abu. Sehingga sang gadis ini lebih memilih untuk kembali ke dalam dunianya yang lama dan menerima dunia yang abu-abu itu. Itu hanya Sekilas cerita tentang seorang pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di negeri orang.

Ketika surat ini sudah berada di tangan Bapak, berarti saya telah meninggalkan kota Granada dan pergi mengejar duniaku yang lama.

Oiya Pak satu lagi, seseorang pernah mengatakan bahwa dalam hidup, jangan terlalu berharap karena sesuatu yang tidak pasti, karena untuk setiap kata Hello akan selalu berakhir dengan kata Good Bye. Maka, seperti itulah akhir dari ceritaku di Granada selama setahun ini, Pak. And I just want to say Good Bye, Tuan Alvaro. Maafkan saya yang melakukan hal yang mungkin tidak berkenan di hati. Namun, apalah dayaku, aku bukanlah siapa-siapa. Jika ingin mencari ku, saya mohon hilangkan saja niat itu. Biarkanlah saja saya pergi untuk menenangkan hati ini sekaligus mengobatinya hingga berusaha melupakan rasa inginku untuk berada di dunia bapak. Saya ikhlas jika Allah menarik seluruh ingatan saya Ketika berada di Granada. Terakhir, Saya memohon ridho dari bapak sebagai dosen saya."

Wassalam..

Asheera Haba Adzkiyah

Faqeeh seketika merasa dijatuhi beban yang berat di pundak dan kepalanya yang tidak mampu dia tahan. Tubuhnya ambruk. Kakinya lemah dan tak mampu menopang berat tubuhnya beserta beban yang terjatuh di pundak dan kepalanya.

Matanya memanas menahan air mata agar tidak jatuh di depan Ashura dan Crishtian. Namun dengan sombongnya, air mata itu tetaplah mengalir di pipinya.

Kau sungguh kejam padaku, Haba. Kau telah meninggalkan saya dengan sebuah ketidakjelasan ini. Bahkan kau pun tidak memberikan saya kesempatan untuk menjelaskan kesalahpahaman ini, Haba. Saya telah berusaha mencarimu dengan sebuah janji yang ada dalam genggamanku dan sekarang saya ingin menepati janji itu. Namun, kau pergi bahkan hilang begitu saja. Saya harus bagaimana lagi, Haba? Haruskah saya mengingkari janji itu dan menikahi gadis pilihan orang tua saya? Haba, kembalilah. I just wanna say, Ana Uhibbuki Haba. I just wanna say, Will you marry me?, Batin Faqeeh yang terus-menerus meraung agar Haba kembali.

Air mata yang tidak memiliki malu itu, terus-menerus mengalir.

"Kita lebih baik mencari tahu kemana Haba pergi, Pak." Ucap Crishtian yang tak dihiraukan oleh Faqeeh.

Pandangan Faqeeh kini terlihat begitu tak bersemangat. Faqeeh terlihat sangat frustasi dan juga lelah. Apakah saya harus menyerah begitu saja Haba? Berikan saya jawabanmu, batin Faqeeh.

"Haba, Ana Uhibbuki. Please, come back to me."

🛬🛬🛬

"Granada"

Asheera Haba Adzkiyah

Granada [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang