19 Khitbah

284 22 1
                                    

"Sebuah harap untuk memiliki, perlu pengaplikasian yang begitu sempurna dengan membangun sebuah niat bukan hanya sekedar ingin memiliki, tetapi siap menjadi sebuah perisai baginya yang siap melindungi dan membahagiakan. Bukan malah menodai."

@Crishtian Alarico

❤❤❤

Keesokan harinya, Crishtian kemudian pergi menemui Umi di rumah baru Haba. Mereka sudah lama pindah dari rumah lamanya yang dahulu bertetangga dengan Crishtian. Crishtian pun mengerti mengapa rumah lama Haba kosong.

Ternyata mereka sudah pindah dari rumah itu. Namun, Cristian sudah membeli kembali rumah masa kecilnya yang mempunyai banyak kenangan-kenangan pahit di dalamnya namun di selimuti kenangan yang Indah di luarnya.

Sehingga begitu tak nampak ada secerca rasa benci dan dendam kepada tokoh-tokoh yang berperan sangat penting di dalam rumah itu dan yang membuatnya dahulu tumbuh seperti seekor binatang yang berkeliaran dimana-mana. Masa lalu yang begitu menyakitkan bagi Crishtian.

Crishtian mengendarai mobil yang sudah lama dia simpan di bagasi rumahnya. Mungkin banyak orang yang mengatakan bahwa Crishtian memiliki keluarga yang lengkap, keluarga yang kaya, dan sebagainya.

Terlihat dari cara Crishtian berpakaian hingga ke kampus mengendarai mobil pribadinya. Mereka semua salah. Uang yang Crishtian miliki berasal dari pamannya yang berada di Jerman. Lelaki yang memiliki wajah serupa dengan Daddynya Crishtian ini, mempunyai watak yang sangat baik, lembut, dan pekerja keras.

Beliau sangat baik kepada Crishtian, begitu pun istrinya. Mungkin karena mereka hanya tinggal berdua dan mereka belum dikaruniai seorang anak. Crishtian mendapatkan segalanya, mulai dari mobil hingga bisa membeli kembali rumahnya dahulu karena uang yang diberikan oleh Pamannya itu dia simpan dengan baik dan tidak lupa pula sebagai maharnya ketika kelak dia telah menemukan tambatan hatinya.

Sebenarnya, Crishtian sudah menemukan gadis itu. Tetapi, dirinya belum yakin apakah dialah wanita yang nantinya akan menjadi penyejuk hatinya. Sahabat kecilnya, Sahabat yang sudah seperti keluarga baginya, dan menginginkannya menjadi makmumnya.

"Assalamu'alaikum Umii." salam Crishtian sambil menekan bel rumah Haba.

"Wa'alaikumsalam." jawab Umi yang kemudian membukakan pintu rumahnya untuk menyambut kedatangan Crishtian.

Seperti halnya menyambut kedatangan putranya yang sekian lama tidak dia lihat. Sontak Umi memeluk Crishtian dan membuat Crishtian terkejut.

Namun, Crishtian tetap membalas pelukan hangat itu. Telah lama dia menantikan pelukan itu. Pelukan hangat dari seorang Ibu yang tak pernah dia dapatkan dari Mommynya. Crishtian pun kini tidak tahu keberadaan kedua orang tuanya itu.

"Kok kamu kurusan sih Nak?" tanya Umi dengan lembut.

Crishtian melihat mata Umi yang berkaca-kaca melihat keadaan Crishtian yang terlihat buruk di matanya.

"Ehhh, Masa' sih Umii? Mungkin karna banyak pikiran. Namanya juga anak kuliahan. Meskipun kurus, tapi kuat, sehat, dan bertenaga kok." jawab Crishtian yang membuat Umi sedikit lebih tenang.

"Yaudah, masuk dulu. Kita sarapan bareng yah." ajak Umi yang menarik tangan Crishtian. Crishtian merasa diperlakukan seperti anak kandungnya sendiri.

Setelah mereka semua selesai menyantap sarapan yang dibuat Oleh Umi dan Mbok, Crishtian pun duduk di ruang keluarga dan menonton beberapa film kartun favoritnya bersama Haba yang ternyata masih ada padahal sekarang umurnya sudah berkepala dua.

"Kayak anak kecil yah kamu." ucap Umi yang kemudian berjalan ke arahku.

"Hehehehe, cuman ingat masa kecilku dulu sama Haba, Umi. Masa kecil yang paling indah sebelum aku kembali ke Jerman saat itu." Ucap Crishtian yang tersenyum melihat kartun itu.

Granada [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang