23 Two Months Later

254 16 0
                                        

"Kan, kalo janji anak kecil kan nggak serius Kak Al."

"Yang anak kecil kan kamu, bukan saya."

Will You Marry Me?

@Faqeeh Musthofa Alvaro

❤❤❤

Faqeeh membuka jasnya lalu menggantungnya di belakang kursi yang kemudian lengan kemeja yang digulung ke atas hingga mencapai sikunya menambah aksen tampan dan cool pada penampilannya di siang ini setelah menghabiskan waktu selama mengajar dan membawakan mata kuliah yang masing-masing berbeda.

Tadi, Ketika memasuki ruang kelas yang pernah ditempati gadis itu, rasanya hati Faqeeh kembali bergemuruh. Pikirannya mulai berkelana memikirkan tentang kedekatannya dahulu.

"Pak Faqeeh, kalo ngajar itu harus selalu tersenyum ramah. Tau nggak? Kalo bapak nggak senyum, kesannya tuhh kayak es batu loh Pak. Dingin tapi nggak ada rasanya."

"Jadi saya harus bagaimana?"

"Yaa Allah.. Masa' Bapak nggak bisa senyum. Heheheh.. coba dehh Pak Faqeeh senyum di depan Haba."

"Kayak gini?"

"Iyaa gitu Pak. Nah, kan kalo senyum Pak Faqeeh tuhh terlihat lebih tampan. Hehehe.."

"Biasa aja."

"Haba serius loh Pak."

"Iyaa Iyaa, yah sudahlah."

"Ehh, Cieee, Pak Faqeeh pipinya jadi merah gitu kayak kepiting rebus. Malu yah sama Haba. Hayoo Ngaku. Heheheh."

Menjelang dua bulan, Faqeeh mulai mencoba untuk terus beraktivitas setiap harinya agar terkesan seperti orang yang sibuk dan bakalan tidak sempat memikirkan hal lain selain pekerjaannya. Tujuan dia melakukan hal yang seperti ini agar bisa melupakan gadis yang selama bertahun-tahun ini singgah di hatinya.

Sosok Faqeeh yang dulunya memiliki hati yang begitu hangat, murah senyum yang meskipun awalnya sangat dingin kepada para mahasiswanya, pernah peduli pada seseorang, namun segalanya telah hilang.

Senyuman Faqeeh yang biasa mengubah suasana kelas menjadi ramah, kini tak nampak lagi. Kelas itu kembali menjadi beku. Sama halnya dengan keadaan hatinya yang telah berubah menjadi dingin seperti yang pernah gadis itu katakan pada saat pertemuan pertamanya di kelas.

Keberadaan gadis itu membawa pengaruh positif untuk Faqeeh. Sehingga, ketika gadis itu pun tidak ada dalam ruang lingkup pandangannya, hatinya merasa kosong.

Bahkan, untuk jatuh cinta pun rasanya mustahil baginya. Faqeeh memang tidak ingin lagi mencintai seorang gadis selain gadis yang bernama Haba yang kabar dan keberadaannya seperti di telah oleh bumi.

Saat ini telah genap dua bulan kepergian Haba dan selama dua bulan pun Faqeeh berusaha membuat hatinya ikhlas menerima kenyataan pahit bahwa nama Faqeeh telah hilang dalam hati Haba seiring berjalannya waktu.

Buktinya, sampai saat ini dia sudah tidak mampu menemukan gadis itu. Dia kemudian berpikir, mungkin inilah jawaban dari segala doa-doa yang ku panjatkan kepada Allah bahwa kesempatan untuk bertemu kembali dengannya telah sirna.

Yaa Allah, Hati ini akan terus mencoba untuk Ikhlas, batin Faqeeh.

"Assalamu'alaikum Pak. Selamat siang." salam Faqeeh dengan sopan ketika datang untuk menemui rektor University of Granada.

"Wa'alaikumsalam Faqeeh. Silahkan duduk." jawab rektor tersebut yang perkiraan umurnya sudah berkepala lima.

"Ada apa Faqeeh?" tanya rektor to the point.

Granada [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang