....sesuatu di dalam diri kita meronta untuk keluar dan menunjukkan dirinya. Walaupun kita telah memintanya diam, ia terus berteriak lagi dan lagi.... That's what we call 'personality'....
*
**
***[No details proofreading.]
Bulan demi bulan. Kini tibalah di pertengahan bulan November. Kandungan Nadine sudah berusia enam bulan. Ia cuti untuk semester ini, dan berharap akan melahirkan di saat liburan semester di Januari atau Feruari.
Sejak bulan lalu, Nadine bekerja di pabrik pembuatan boneka. Tugasnya hanya mengisi dakron dan menjahit mata boneka. Ia memilih pekerjaan ini karena tak memerlukan ijazah, serta pekerjaannya di dalam ruangan, jadi dengan begini ia harap ia tidak akan bertemu dengan orang-orang yang mengenal mereka, seperti kejadian di restoran cepat saji sekitar dua bulan lalu. Namun, pekerjaan ini cukup melelahkan, apalagi kondisi perutnya yang semakin hari semakin membesar saja. Sehingga membatasi ruang geraknya, ia jadi sering kena marah oleh atasannya.
Sedangkan James, ia tak bisa mengambil banyak pekerjaan paruh waktu lagi. Ia hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan saja, karena masa liburan sudah selesai dan ia sudah masuk kuliah. Oleh karena itu Nadine pikir ia juga harus bekerja, walaupun dengan ukuran perutnya yang semakin membesar.
Kakaknya Myrtle, yang mereka panggil Ate Maya, adalah dokter kandungan yang sering memeriksa Nadine secara gratis. James dan Nadine sebenarnya merasa tidak enak hati karena itu mereka sering melewatkan jadwal pemeriksaan, dan mereka juga menolak untuk mengetahui jenis kelamin bayi mereka. Alasannya adalah mereka ingin itu menjadi kejutan saja.
Sore itu.
Nadine baru saja tiba di flatnya bersama James. Ia sungguh sangat lelah, ia tak sanggup berteriak, jadi ia hanya melihat ke arah rak sepatu dan belum ada sepatunya James di sana. Itu berarti James belum pulang.
"Huft! Kemana dia? Aku sungguh lelah. Jika ia ada. Setidaknya dia bisa memijat kakiku.." gerutu Nadine.
Iapun segera masuk dan melempar tubuhnya ke sofa ruang tamu untuk melepas penat.
"Sofa ini bahkan tak terasa empuk lagi.." kembali ia menggerutu. Sofa itu memang sofa tua.
"Ah.. aku mandi sajalah..."
Nadinepun berusaha bangkit dari posisinya. Perutnya terasa berat, karena tubuhnya yang kecil. Iapun mandi dengan cepat, karena ia ingin segera tidur sebentar untuk memulihkan tenaganya kembali.
Setelah selesai mandi, Nadine merasa haus. Jadi sebelum ke kamar, iapun ke dapur terlebih dahulu.
"Ya Tuhanku!"
Nadine menepuk dahinya, lalu menggelengkan kepalanya saat melihat keadaan dapurnya.
Peralatan makan yang kotor sejak kemarin malam belum tercuci dan berada di wastafel. Tadi pagi, Nadine lebih dulu pergi bekerja daripada James, dan sahabatnya itu sudah berjanji akan mencuci piring. Tapi, lihatlah, ia tak melakukannya.
Nadine sungguh lelah, ia selalu meminta James membantunya mencuci piring, pakaian, dan juga membersihkan debu flat mereka. Di awal-awal, James mau dan rajin saja membantunya, karena ia tak sanggup melakukan itu semua sendirian, apalagi perutnya semakin membesar dan ia juga bekerja di pabrik.
Namun, akhir-akhir ini James selalu sibuk, ia jarang membantu Nadine. Hal itu membuat Nadine kesal. Tapi, ia selalu berusaha menenangkan dirinya dan mengerjakan semuanya sendirian.
Tetapi, sore ini. Ia sungguh merasa lelah. Ia ingin saja membersihkan flat mereka, tapi pergelangan tangannya terasa ingin terlepas.
"Hiks~ aku muak! Biar saja ia tak bisa makan karena piring-piring ini semuanya masih kotor. Aku ingin tidur saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Secret
RomanceBagaimana jika seorang gadis polos sengaja melepas keperawanannya untuk sahabatnya sendiri. Karena ia takut jika sang kekasih tau bahwa ia tidak berpengalaman dalam hal tersebut. Sang sahabat bersedia membantu, namun mereka berdua malah terjebak aka...