Sembilanbelas

9.4K 536 30
                                        


Alma kini berjalan di koridor kelas sepuluh untuk menuju ruang OSIS, minggu lalu dia di pilih menjadi perwakilan kelas bersama Syila untuk acara pensi bulan depan. Entah kenapa kini tiba-tiba seluruh panitia di kumpulkan di aula.

Saat sudah sampai di aula, Alma mengedarkan pandangannya mencari sosok Syila yang sudah terlebih dahulu datang. Ada satu tangan yang terangkat membuat Alma langsung menghampiri sang empunya.

"Ada apaan sih? Tumben jadi mendadak gini?" Di jawab gelengan kepala oleh Syila.

"Tes, tes, udah Ram," suara tegas serak itu membuat seluruh murid jadi memperhatikan seseorang yang tadi berbicara.

Di depan sana ada Devan-si ketua OSIS yang di gilai banyak siswi itu tengah menge-cek sound yang di pakai untuk rapat hari ini.

Dia kini menatap semua yang hadir disini, dan tatapannya jatuh kepada siswi yang berada di tengah tengah. Meringis pelan dan memulai rapat.

Di awali dengan ketua OSIS itu yang meminta maaf karena sudah mengumpulkan mereka secara mendadak dan bertanya tanya kepada segerombol siswa yang bertugas untuk mengatur berjalannya acara.

Alma dan Syila kebetulan menjadi tim dekorasi bersama anak kelas sebelah. Cukup lama mereka membicarakan hal ini-itu, sampai tak menyadari bel jam istirahat kedua telah berbunyi.

"Boleh istirahat dulu deh. Tapi nanti 20 menit setelah bel masuk, ke sini lagi ya," seketika pintu keluar masuk aula langsung sesak dengan berbagai orang yang langsung buru buru ingin keluar untuk mengisi perut mereka.

Bahkan Alma saja hampir terjungkal jika tidak ada yang menopangnya. Pandangannya jatuh ke si ketua OSIS yang wajahnya sudah dekat dengan wajah Alma.

"Alma ayo, nanti kita gak kebagian tempat duduk." Sontak suara itu membuat Alma buru buru melepaskan diri dari Devan.

"Em-ma-maaksih kak," katanya dengan tersenyum canggung.

Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, jadi salah tingkah sendiri. "Ah-ya lain kali hati-hati."

Alma mengangguk dan segera berpamitan sebelum Syila menariknya kembali.

Mereka sampai di kantin. Teriakan orang-orang yang ingin mengisi perutnya terdengar jelas. Orang-orang disini seperti tidak pernah makan saja.

Syila menghela nafas saat satu meja yang belum ada pemiliknya. "Ughh-untung aja belum ada yang nempatin."

Alma yang mendengar itu menggelengkan kepala, lalu berdiri. "Lo mau apa?"

Syila menatap ke arah stand stand yang sudah memiliki antrian tersendiri. Ia kini melihat ke arah gerobak bakso yang hanya ada beberapa anak yang mengantri. Tidak lebih dari sepuluh orang lah.

"Gue bakso aja deh sama es teh," setelahnya Alma melenggang pergi.

Namun belum sampai ke gerobak bakso, langkahnya terhenti saat ada seseorang yang menahannya dari belakang. Alma menoleh memperhatikan Elang yang kini ada di belakangnya.

"Ikut gue," tanpa mendengar jawaban Alma, cowok itu langsung menariknya pergi.

Entah sudah berapa kali Alma mengoceh menanyakan kemana mereka akan pergi. Tapi lagi lagi cowok itu hanya diam, yang membuatnya heran adalah genggaman tangan Elang yang semakin lama kian menguat.

Mereka sampai di taman belakang sekolah. Elang langsung menghempaskan tangan mungil Alma dengan kasar.

"Lo tuh ken-," belum selesai ia mengucapkan kalimat itu kini Elang sudah mendekatkan diri, tubuh Alma yang hanya sebahu cowok itu membuat dia jadi merunduk.

Elang [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang