Tiga

16.7K 735 13
                                    


Awan yang tadinya cerah kini mulai menunjukan wajah sendunya, mungkin tak lama lagi bumi akan menangis.

Alma masih bersama dengan Elang, rumahnya yang lumayan jauh dan sempat nyasar membuat Alma lebih lama sampai rumah.

Baterai ponselnya sudah habis dan pasti dirumah orangtuanya menghawatirkan Alma karna ia sudah sangat telat pulang sekolah.

Rintikan rintikan hujan mulai turun membasahi bumi dan semua orang yang ada didalamnya. Begitu pula dengan Alma dan Elang, mereka saat ini sedang berada di sebuah warung yang ada di pinggir jalan.

Alma menggosokan tangannya dan ia tempelkan ke pipinya agar hangat, namun hangat itu tak berlangsung lama. Elang yang melihat Alma seperti itu jadi kasihan.

Elang mengeluarkan jaket dari dalam tasnya. Menyodorkan jaket itu ke Alma. Alma menatap bingung jaket yang disodorkan oleh Elang.

"Pakai," ucapnya dingin, Alma sedikit ragu untuk mengangguk.

Ia ambil jaket itu dan segera ia pakai, aroma khas Elang tercium oleh Alma di jaket ini. Sudah dipastikan bahwa Elang sangat menyukai aroma mint. Alma melihat jaket yang dipakainya, ia meneliti jaket yang ia sekarang kenakan

Itu jaket jeans berwarna biru agak ke abu abuan, disebelah lengan kiri terdapat tiga buah bintang yang diatasnya ada gambar segitiga.

Selain itu dibelakang jeket ini terdapat gambar tengkorak yang di bawahnya terdapat dua buah tangan yang saling menyatu seperti sedang beradu panco

Tak hanya itu di dada kirinya terdapat tulisan leader jaket ini sangat simple namun jika dipakai seperti mempunyai kebanggan tersendiri. Alma tersenyum karna yang diberikan oleh Elang adalah jaket kebesarannya.

Mengapa? Karna Elang tak pernah memakai jaket ini kesekolah, namun selalu ia bawa setiap hari.

Siapa memang yang tidak mengetahui laki laki di sebelahnya, ketua Geng yang waktu dua tahun lalu nama nya benar benar terkenal. Bahkan saat mereka sama sama masuk di SMA yang sama nama Elang langsung di kenali oleh semua murid dan guru.

Mereka sama sama terdiam.

"E--mm Lang makasih yaa." Alma menengok kearah kiri yang berhadapan langsung dengan wajah Elang, yang sedang menatapnya.

Segera Elang memalingkan wajahnya, "buat?"

"Buat yang tadi, lo udah nolongin gue," Alma tersenyum manis.

"Oh," ternyata Elang menyebalkan bagi Alma.

"Oh doang?" Seketika Elang menaikan satu alisnya.

"Lupain," dan suasana kembali hening, Alma tidak terbiasa dengan situwasi yang seperti ini.

"Emm-- Lang yang tadi itu siapa?" Elang menoleh kearah Alma, dengan tatapan dingin ia menatap Alma tajam. Seolah tak mau lagi membahas topik itu.

"Raka."

"Raka? Siapa itu? musuh lo?" dan hanya dibalas deheman oleh Elang. Keadaan kembali hening, Alma yang tadinya ingin lebih banyak cerita sekarang memilih diam

Ia kini teringat dengan ringisan Elang yang tangannya tadi tak sengaja menepuk punggung Elang.

"Nanti di rumah, punggung lo obatin pake es batu ya. Gue yakin itu pasti jadi biru biru." Elang menoleh, dia menganggukan kepalanya.

Elang yakin jika Alma tadi mendengar rintihan ketika gadis itu tak sengaja memukul punggung nya.

Hujan tak mau berhenti, nampaknya masih ingin memberikan sejuta kenangan untuk selalu mengingatnya.

Elang [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang