HAPPY READING!!
***
Matahari muncul dari celah celah gorden kamar Elang. Ketukan pintu terdengar.
"Den ayo bangun, ini udah mau siang."
Elang bergumam tak jelas.
"Den, bangun. Hampir jam 6, bukannya harus jemput non Alma."
Mendengar kata Alma, Elang langsung bengun dan melompat dari kasur. Entah kenapa perasaannya jadi tak enak mengingat Alma.
"Iya bu, aku bangun."
Elang masuk ke kamar mandi. Tak lama dari itu keluar dengan seragam yang lengkap. Ya, walau bajunya yang di keluarkan dari celana.
Keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Memakan sarapan dengan terburu buru. Perasaannya semakin tidak enak.
"Bu, aku langsung berangkat ya, assalamualaikum." Elang mencium punggung tangan Bi Idah, langsung berjalan cepat menghampiri motor dan melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Perasaannya semakin tidak enak.
Sampai di rumah Alma. Terlihat rumah kosong. Seperti tidak ada satupun yang ada di rumah saat ini. Bahkan satpam yang biasanya berjaga di depan pun tidak ada.
Ponsel Elang berdering. Menggeser tombol hijau yang ada di sana.
"Halo."
"..."
"Hah? Oke, gue kesana."
"..."
Elang langsung mematikan ponselnya. Kembali menyalakan mesin dan langsung menjalankan motornya ke tempat di mana Alma sekarang.
Elang sampai di depan rumah sakit Cendikia. Berlari menuju ruang cantik, nomor 156.
Langsung membuka pintu ruangan itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Membuat dua orang manusia yang ada di dalam terkejut.
Elang segera menghampiri Alma yang sedang memakan buah jeruk yang kulitnya sudah di kupas oleh sang mamah.
"Lo gak apa apa? Ada yang pusing? Atau sakit gitu? Badannya masih gak enak?" Pertanyaan beruntun itu langsung mencelos begitu saja di mulut Elang tanpa bisa di rem.
Mamah Alma melongo, sedangkan Alma malah terkekeh mendengar itu.
"Gue gak apa apa. Tadi cuma demam aja," balas Alma santai. Kembali memakan buah jeruk tadi.
"Cuma?" Beo Elang jadi tak santai. Ia merasa de javu dengan ucapan itu, apakah sebegitu khawatirnya kah melihat orang yang kita sayang ini terluka?
"Santai aja kali, udah enakan ko," kata Alma lagi.
Elang menghela nafas lega. Jadi menoleh ke salah seorang yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Eh, em. Halo Tante, saya pacar Alma," kata Elang mencium punggung tangan mamah Alma itu.
Mamah Alma menatap anaknya itu yang kini sedang menyampirkan helaian rambut nya ke telinga, salah tingkah sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elang [Selesai]
Novela JuvenilElang namanya, dingin orangnya. Irit bicara dan miskin ekspresi itulah dia ketua geng panco, orang yang di takuti sekaligus di kagumi karna ketampanannya ia tak suka diatur apalagi dengan perempuan, menurutnya itu terlalu repot. Namun tanggapan itu...