Malam semakin larut. Tidak ada lagi petikan gitar dari Roy dan suara Anka, juga rusuhnya suara Rio yang meminta makanan sana sini. Semuanya sudah terlelap. Ah, ada beberapa yang masih terjaga.
Elang kini memperhatikan seorang gadis yang kini masih memainkan ponselnya. Entah sudah berapa lama gadis itu terus menerus menatap layar ponsel yang selalu menyala.
Waktu sudah menunjukan hampir pukul sepuluh malam. Elang tidak merasa kantuk menghampirinya. Terus memandangi gadis itu sampai dia mencopot earphone yang dia kenakan dan mematikan ponsel. Memasukan keduanya kedalam tas dan kini bersiap tidur.
Elang terdiam sampai setengah jam. Berdiri dan berjalan ke arah samping gadis tadi, membangunkan teman di sebelah nya.
"Ah, lo Lang. Kenapa?" Tanya Syila.
Ya, Syila. Orang yang sedari tadi ia perhatikan juga adalah Alma.
"Lo bisa pindah. Kasihan, si Akila duduk sendiri," kata Elang menggaruk tengkuknya.
Syila menatap Elang bingung. Tidak mengerti apa yang dia maksud. "Hah?"
Elang kini juga jadi bingung. Dia bingung harus menjelaskan dari mana.
"Syil, dia tuh pengen duduk sama Alma. Peka dong," itu suara Rey.
Syila meringis, mengangguk mengerti. "Bilang kenapa Lang, enggak usah belibet pake Akila yang duduk sendirian segala."
Elang jadi meringis.
Syila menepuk bahu Elang dua kali. "Yang gue tau sih. Dia udah nolak ajakan kak Devan buat pergi ke toko buku, tapi kak Devan maksa. Dan dia semakin gak enak, Lo tau kan Alma ini orangnya gimana?"
Elang mengangguk.
"Gue harap Cepet baikan ya, kasihan tuh galau mulu."
Elang mengangguk lagi. "Makasih."
"Gue enggak percaya, cowok yang di bilang cowok es ini jadi bucin. Ckckck," ledek Syila.
"Bacot."
Elang duduk di sebelah Alma. Menatap gadis itu yang kini tertidur dengan jendela sebagai penyangga. Elang meletakan kepala Alma di bahunya dengan perlahan. Tak mau mengganggu tidur gadis itu.
Menumpu kepala Alma dengan kepalanya dan mencoba memejamkan mata.
Udara dingin kini menyambut. Alma yang mengigil membuat Elang jadi tersentak. Melepaskan jaketnya dan dia pasangkan ke tubuh Alma. Ia menegakkan badan, meletakan kepala Alma ke bantal yang sudah dia letakan di dekat jendela.
Sudah banyak yang keluar. Itu rata rata cowok semua. Namun ada saja siswi yang keluar dari dalam bis untuk mengirup udara segar. Elang menatap teman temannya yang masih terlelap tidur. Namun dia tidak menemukan Rey.
Berjalan keluar dan menghirup dalam dalam udara segar yang jarang sekali dia lakukan. Mengedarkan pandangannya mencari temannya yang satu itu.
Berjalan mendekat ke arah Rey yang ada di tepi sungai. Suara air terdengar sangat deras. Lapangan yang luas kini terbentang di sebrang. Sepertinya mereka akan melewati sungai ini untuk sampai tempat camping.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elang [Selesai]
Teen FictionElang namanya, dingin orangnya. Irit bicara dan miskin ekspresi itulah dia ketua geng panco, orang yang di takuti sekaligus di kagumi karna ketampanannya ia tak suka diatur apalagi dengan perempuan, menurutnya itu terlalu repot. Namun tanggapan itu...