2 | Artist

2K 174 3
                                    

Praktik kedua sebelum masa intern selesai.

Cho Dahee bergulat dengan suntik dan cairan yang sudah ia pahami lebih dulu. Diruangan sunyi itu jantungnya menggema. Praktik kali ini lebih intens dengan hanya ada dia dan dosen pembimbingnya. Tahapannya pun lebih serius mengenai Penanganan Anjing yang Mengalami Distemper.

Pikirannya kalut saat itu, terlebih semalam ia baru saja menangani anjing yang juga terkena Distemper. Meski belum dalam tahap akhir namun melihat anjing itu yang baru saja terserang gejala tersebut sangat lah mengiris hatinya.

Beginilah Cho Dahee, kelemahannya sederhana. Terlalu menyayangi hewan hingga seringkali membuatnya menderita.

Distamper merupakan hal serius yang dapat membahayakan anjing. Dia harus bersungguh-sungguh dalam praktik kali ini.

***

Sudah jam empat sore, Dahee baru keluar dari ruang praktik.

Dalam hati Dahee merutuk jika saja dia tak sayang dengan para anjing lucu, ia malas sekali harus bertarung dengan penyakit itu.

Punggungnya setengah kaku akibat terlalu lama merunduk. Kepalan tangannya tak lupa dia pukul-pukul meski hanya cukup untuk meraih pundaknya saja. Padahal yang paling pegal ialah punggung.

"Astaga, Dahee yang selalu segar bugar itu kemana perginya?" sindir pria berperawakan tinggi.

Seperti biasa di balik punggungnya selalu tertempel gitar tua. Lee Minseo namanya. Teman sekaligus musuh Dahee sedari SMA.

"Yak, cepat duduk. Ini.. Tolong pijat bagian ini" perintah Dahee.

"Aigo, benar-benar tidak sopan orang ini" sahutnya prustasi.

Dahee dan Minseo berbeda usia. Namun sepertinya Dahee enggan menyebut Minseo dengan sebutan 'Oppa' bahkan gadis itu selalu menyuruh-nyuruh Minseo tanpa kenal usia. Anehnya, Minseo tidak menolak saat diperbudak Dahee. Walaupun sering membantah tapi tetap saja mulut dengan apa yang dia kerjakan bertolak belakang.

"Jangan membawa-bawa usia. Akan ku telan Yejinmu itu kalau kau tetap mengungkitnya"

"Ah!", Dahee meringis. Satu jitakan telak mendarat di kepala bagian belakang Dahee. Sontak membuatnya berbalik ke belakang.

Minseo memandangnya sengit.

"Kau pikir aku peduli, hah? Lagi pula tidak ada pentingnya mengurusi gisaeng itu" Tangannya masih bergerak memijat punggung Dahee.

"Aku juga gisaeng. Apa aku juga tidak penting?"

Sebenarnya Dahee hanya asal bertanya tapi ternyata cukup membuat Minseo terbawa serius. Pijatannya pun sudah tidak terasa lagi.

"Kau penting. Bahkan sangat penting, Cho Dahee"

Minseo mengacak rambut Dahee dengan gemas lalu pergi meninggalkannya yang masih melongo.

"Yak, Lee Minseo tunggu!!" teriaknya.

Ia menyusul Minseo yang berjalan cepat.

"Aku tahu, aku lebih penting dari Hejin. Tentu saja tidak ada yang bisa mengelak pesonaku. Benar, kan?" Narsis Dahee.

Ia terengah-engah mengejar Minseo walau sebenarnya pria itu hanya berjalan pelan pada akhirnya.

"Hejin? Siapa itu Hejin?"

Minseo heran, sebelumnya dia tidak pernah mendengar nama Hejin.

"Ah.." Dahee tertawa keras, "Gwon Yejin. Aku hanya lebih suka memanggilnya Hejin. Biar dia makin kesal" Dahee terbahak.

Man in Mind | Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang