Dua hal. Hanya dua hal.
Kamu yang terpaksa harus mensyukuri atas hidupmu sampai saat ini. Atau juga kehidupan yang tak henti-hentinya berniat baik membujuk kita merasakan kepahitan lebih banyak dan rasa senang yang tidak terlalu dominan.
Mungkin bisa dikatakan 'sama saja'. Iya begitu lah.
***
Cho Dahee.
Hanya setengah dari kehidupan sosialnya telah terpakai sia-sia dengan menjamah kamar mungilnya di gwacheon.Jangan tanyakan bagaimana hubungan ia dengan orangtuanya karena jawabannya akan tetap sama. Mereka saling menutup diri.
Tak banyak interaksi antara Dahee dengan keluarganya, atau pula Dahee dengan para tetangganya.
Ia hanya cukup puas bergelut dengan laptop serta buku-buku bergenre komedi.Pernah minggu lalu ayahnya mendobrak pintu kamar Dahee dengan panik hanya karena gadis itu tertawa sangat kencang. Mungkin ayahnya kira ia kerasukan. :)
Semuanya ia jadikan dinding yang lebih tebal dari tembok kamarnya. Berusaha baik-baik saja padahal jauh dalam lubuk hatinya ia masih bertanya-tanya. Apa yang salah? Sebetulnya apa yang salah pada dirinya?
Ketukan pintu memicu pandangan pada pintu kayu satu-satunya dibalik ruangan itu.
Senyum Dahee seolah tertahan begitu yang pertama nampak adalah sosok ibunya. Pertama kalinya wanita paruh baya itu membuka pintu walau raut wajahnya tidak terlalu mengenakan untuk dilihat Dahee.
"Keluarlah. Ada orang asing diluar"
Kembali pintu itu tertutup sempurna. Menyisakan Dahee yang masih berharap bahwa yang akan ia dengar barusan adalah, "ibu sudah menyiapkan sarapan, ayo makan" atau hal semacam perhatian seorang ibu pada anaknya.
Dahee beranjak dari kasur dan membenarkan baju yang setengah kusut. Ia menghela nafas.
***
"Ada baiknya kau memilih tinggal disini" ujar Namjoon.
"Apa yang baik?" Dahee menyela.
"Setidaknya kau tidak memilih bunuh diri"
Dahee terkekeh, "yang benar saja".
"Tapi aku sedikit kesusahan jika harus sering kemari" Ucap Namjoon seraya mengambil satu buku komik milik Dahee.
Iya betul. Lelaki berperawakan tinggi itu sedang dalam usaha kabur dari tempat shooting dan menyusup ke rumah Dahee. Lebih parahnya lagi lelaki itu setengah basah kuyup karena memang di luar sana sedang hujan lebat. Itulah alasan kenapa Dahee selalu menghabiskan waktunya di dalam kamar. Bukan karena ia sedang melankolis. Percayalah.
"Siapa yang menyuruhmu kesini? Kau terlalu percaya diri, oppa".
"Nae maeum" Namjoon tertawa polos menampilkan lesung pipitnya.
(Hatiku)Dahee hampir membeku. Tidak. Ia nyaris meleleh sebab ucapan tersebut entah kenapa memberi efek kupu-kupu terbang dalam dadanya.
"Wah, kau suka one piece ternyata?" Gumam Namjoon yang berusaha membolak-balikan halaman komik tersebut. Ia tak sadar jika dalam sepersekian detik itu Dahee tak mampu berucap atau mengedipkan kelopak matanya sendiri.
"Dahee-ssi, bagian mana yang kau suka?"
"Dahee-ssi? Kau dengar?"
"A-ah. Iya.. Ak-aku suka semuanya. Semuanya" gumam Dahee gelagapan.
Namjoon sempat heran. Namun ia kembali pada kesadarannya juga. Ia hanya perlu menikmati waktu yang ada dan tidak membuat wanita itu tak nyaman. Ini kesempatan yang sulit Namjoon dapat walau dengan mendapat jatah libur akhir tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Man in Mind | Kim Namjoon
Fanfiction#NamjoonFanfiction "How can i hold any longer? No one else does" Ucap Dahee lirih seraya menunduk menatap tanah dibawah kakinya. "Everything goes" balas Namjoon sebelum akhirnya meraup kedua pipi Dahee dengan pelan takut jika kulit lembut pucat itu...