19 | Question

885 142 7
                                    

Namjoon tidak bisa tidur. Dia gelisah. Entah yang keberapa kalinya dia terus menerus menatap layar ponselnya. Padahal tidak ada yang spesial kecuali notifikasi postingannya yang terus berbunyi nyaring.

Baru dua menit lalu dia mengunggah fotonya di twitter dan langsung di serbu begitu saja oleh para fans. Hebatnya, dalam jangka waktu sesingkat itu postingannya mampu menembus 221.000 like.

Tapi bukan itu yang menggangu pikirannya kali ini. Namjoon merasa dirinya masih berada di studio, bersama komputernya, bersama action figure-nya, dan bersama Cho Dahee.

Ah, nampaknya senyuman itu masih melekat di benak Namjoon hingga saat ini. Bola mata hitam serta hidung mancungnya begitu menarik perhatian Namjoon. Meski Namjoon sendiri tidak yakin faktor apa yang membuatnya gila seperti itu. Untuk pertama kalinya ia merasakan sesuatu semacam ketertarikan terkait wanita itu. Matanya ingin terus menangkap wajah Dahee.

Awalnya Namjoon tidak peduli. Seelok apapun wanita-wanita di luar sana tak akan mampu meluluhkan hatinya begitu saja karena memang tujuannya saat ini adalah mimpinya, prioritasnya saat ini ialah penggemarnya. Ia tidak lebih bersungguh-sungguh dalam hal itu. Sepertinya sekarang ia selalu kehilangan kendali jika hanya memikirkan gadis bernama Cho Dahee. Bahkan ia juga tak sadar dengan kebodohannya malam itu.

Namjoon mengacak rambutnya dengan kasar.

"Hyung, belum tidur?" Ucap Jimin begitu lewat ke arah dapur.

Pria mungil itu mengambil air lantas kembali ke kamarnya. Tidak peduli dengan jawaban Namjoon yang bahkan belum dijawabnya.

Tak berapa lama Jimin keluar lagi dengan ponsel di tangannya. Dia duduk di sebelah Namjoon. Matanya tetap fokus melihat layar.

"Kau juga belum tidur, kenapa?" tanya Namjoon.

Jimin menggeleng. Tangannya mengucek mata dengan pelan. "Molla. Aku masih ingin nonton tapi di dalam takut Hoseok-hyung terganggu"
(Tidak tahu)

Namjoon mengangguk. Ia kembali hanyut dalam pikirannya sendiri.

Sampai pada menit ketiga puluh, helaan nafasnya mulai terdengar lelah dan pelan. Akhirnya dia bisa tertidur, meninggalkan Jimin sendirian.

***

"Sun Hee-ya, persediaan vitamin kucing di bawah sudah mulai menipis, dan anti-heatstress untuk unggas juga hampir habis. Bisa tolong beritahu Kwallija-nim" ucap Dahee setengah berteriak.
(Pengurus)

"Ne" sahut Sun Hee yang juga berteriak.

Sungguh, mereka tidak sedang marah. Hanya perbedaan tempat dan jarak yang lumayan dekat sebenarnya, Dahee di lantai bawah dan Sun Hee di lantai atas. Cukup berbataskan tangga beton dan juga dinding kaca tapi mereka terlalu menjiwai.

Suara ketukan sepatu dari tangga mengalihkan Dahee yang tengah mengecek persediaan obat-obatan. Ia membuka masker putihnya lalu menghampiri orang itu.

"Dahee-ya, kwallija-nim tidak masuk hari ini. Istrinya sedang sakit dan dia memintaku untuk memesannya. Ah sial, uangku harus kembali dipinjam. Klinik macam apa yang berani mencampuri tangannya pada uang karyawan" umpat Sun Hee jengkel.

Dahee hanya diam membisu, tidak tahu harus berbuat apa karena ia juga tidak bisa membantu Sun Hee. Uangnya juga tidak cukup untuk dipinjamkan.

Hal itu sudah sangat biasa, memang kadangkala klinik itu sering memakai uang karyawannya jika keadaan sedang genting. Dahee sudah sangat paham.

"Tapi anti-heatstress penting, stoknya hanya tinggal satu dan itu jika tidak ada pasien hari ini" Dahee menggigit bibir bawahnya.

Sun Hee semakin lemas. Bahunya turun begitu mendengar penjelasan Dahee.

Man in Mind | Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang