14 | Follow Your Heart

952 127 0
                                    

Kim Namjoon,
Suga's Genius Lab, 6 p.m

Satu kali notifikasi pesan berbunyi. Tertera nama 'Eomma' diatasnya lantas tanpa membaca isi pesan, aku langsung menghubungkannya lewat video.

"Eomma" sapaku.
(Ibu)

Kulihat ia tersenyum merekah. Menampilkan senyum yang mirip denganku. Lesung pipitnya tak kalah dalam dariku. Sudah lama sekali rasanya tidak melihat wajah ibuku. Dia masih terlihat awet muda dengan rambut pendek sebahunya.

"Kau terlihat lebih kurus. Sedang diet?" Tanya ibuku.

"Tidak, hanya menjalani senam wajah" jawabku yang langsung dibalas kekehan olehnya.

"Seperti apa itu. Coba tunjukkan agar aku bisa menirunya" ibu membenarkan posisi kameranya.

"Tidak, eomma. Kau tahu berekspresi aneh. Aku akan terlihat jelek nanti" sanggahku.

Ku usap rambutku yang sedikit berantakan akibat ulah penata rambut yang menyuruhku bergonti-ganti warna. Sekarang jadi terlihat kering dan sulit diatur. Tapi itu bukan penyesalan, aku akan menyukainya saat terlihat tampan nanti.

Hening. Ibuku sepertinya tengah menyimak apapun pergerakanku. Lantas dia menarik nafasnya. Sangat terdengar jelas saat itu.

"Apa kau sudah makan?"

"Sudah. Aku tidak akan pernah melewatkannya jadi jangan khawatir."

"Aku dengar kalian sangat sibuk sekarang ini bagaimana bisa makan dengan teratur?" Timpal ibuku.

Kulihat ia sedikit menunduk. Bahkan sebelum aku membalas perkataannya dia bertanya lagi, "mau aku buatkan makan yang enak jika kesana?"

Lantas aku menggeleng cepat.

Ada sedikit keraguan disetiap pertanyaannya. Mungkin karena aku  selalu menolak wanita itu. Bukan karena aku tidak menghargainya hanya saja aku sering melihatnya berdecak pinggang setelah kami selesai makan—kelelahan.

Membawa tumpukan kotak makan memang bukan hal yang ringan terlebih membayangkan dia harus berbelanja dan memasak seharian hanya untuk memberi member BTS dan para staff makan. Dia tidak pernah tanggung-tanggung dengan hal itu. Dan aku tidak akan membiarkannya.

Ibuku mengatupkan mulut. Ia mengangguk lalu berkata, "baiklah. Lain kali saja saat kalian tidak sibuk".

"Kalau kau ingin membuatkanku makanan, buatkan saja hanya untukku. Aku tidak mau berbagi jika itu hasil tangan ibuku"

Dia tertawa, "apa kau setega itu?" Tanyanya.

"Aku tidak peduli" ucapku seraya tersenyum ringan.

Ibuku mengangguk. Dia meminta izin untuk mematikan sambungannya namun aku menolak. Masih banyak yang ingin aku ceritakan tentang keseharianku begitu pun masih banyak yang ingin aku dengar tentangnya.

"Tidak akan cepat selesai jika kau masih mau berbincang denganku" ujarnya.

Aku paham arah pembicaraan itu. Rupanya dia takut mengganggu jam kerjaku.

Lantas aku menggeleng, "aku hanya menyisihkan waktuku sebentar demi dirimu. Biasanya aku menghabiskan seharian penuh di studio"

Lagi-lagi ibu hanya mengangguk. Baru aku tahu dia sependiam ini. Mungkin dia tengah melewati hari yang berat, pikirku dalam hati.

"Apa ada yang ingin kau ceritakan lagi padaku sebelum aku menutup telponnya?" Aku bertanya lebih tepatnya menuntut penjelasan darinya.

Dia mengerti maksud ucapanku lantas menunduk—masih enggan untuk mengaku.

Man in Mind | Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang