"Maaf, tapi aku mengkhawatirkanmu" tegasnya. "Lebih dari Taehyung".
Dari sudut manapun Dahee belum menemukan kata yang tepat mendeskripsikan raut wajah Namjoon saat itu.
Dahee menelan ludah. Situasinya semakin canggung dan Namjoon juga menyadarinya.
Pria itu membasahi bibirnya, "aku sudah bicara dengan Taehyung".
Alis Dahee terangkat, "lalu?"
Sepertinya Namjoon kesusahan begitu melanjutkan perkataannya, "Yeontan akan aku bawa pulang".
Seketika Dahee terpaku.
Seberapa fatal kah resiko dari kedatangannya tadi sore hingga Namjoon mampu berkata begitu.
"Sejak awal memang semuanya berasal dariku. Kesalahan demi kesalahan terjadi karena ulahku. Jadi aku pikir tentang keadaan Yeontan, tentang Taehyung dan aku---tidak seharusnya kau ikut menampung beban kami"
Dahee mendongak, melihat langit-langit rumahnya kemudian menjatuhkan pandangannya. Tidak percaya dengan semua ini. Dulu Namjoon begitu menggebu-gebu memintanya merawat Yeontan tapi sekarang--.
"Baiklah anggap itu benar. Lalu bagaimana dengan penyembuhan Yeontan?"
"Aku sedang memikirkannya", Namjoon menunduk. Ada keraguan dibalik wajah lelahnya itu.
Dahee menggeleng lemah seraya menutup mata sebentar, "Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan Namjoon" seketika ia berdiri.
Hal itu membuat Namjoon tercengang. Wanita itu berjalan menaiki anak tangga. Namjoon sempat mengira bahwa Dahee mungkin saja marah dan kecewa lalu meninggalkannya di ruang tamu tapi tidak. Dahee kembali ke tempat dimana Namjoon duduk. Dipangkuannya sudah ada Yeontan dan satu kotak sedang. Ia mencatat semua nama obat-obat yang ada didalam kotak itu.
"Jangan bertanya takaran dan waktu yang tepat untuk memberinya obat. Sudah aku tuliskan di kertas ini" ucapnya seraya menaruh kotak itu tepat diatas paha Namjoon.
Alih-alih menyanggah Dahee menyerahkan Yeontan begitu saja.
Dahee sudah lelah, sebelum bertemu dengan idol terkenal ini hidupnya sangat biasa-biasa saja. Tidak ada hal menarik, tidak ada permasalahan yang berat, semuanya ia jalani dengan apa adanya. Namun setelah bertemu mereka, bertemu dengan anjing mereka, rasanya Dahee punya banyak kekhawatiran termasuk sekarang ini. Dahee bahkan khawatir jika dirinya melulu bertemu dengan Namjoon. Seperti takut jika dirinya merasa lemah didepan pria dewasa ini. Takut jika dirinya tiba-tiba tertarik dengan pria didepannya ini. Karena jujur Dahee merasakan sesuatu yang aneh di hatinya semenjak ia bertemu Namjoon.
Namjoon tidak bisa berkata-kata lagi. Seperti yang sudah ia duga, kali ini mungkin Dahee kecewa.
Lantas Namjoon mengangguk. Berusaha bertingkah setenang mungkin.
Pada akhirnya mereka berdua berakhir di depan pintu. Masih berat untuk sekedar memutuskan pergi dan masuk ke dalam rumah---sampai akhirnya Namjoon mengambil langkah lebih dulu.
Tidak ada ucapan pamit atau perpisahan dari mulut mereka karena jelas Namjoon lebih dulu menjauh. Sekali lagi kepalanya menoleh ke arah pintu. Masih menampilkan Dahee yang berdiri namun sama sekali tidak melihat Namjoon melainkan menjatuhkan pandangannya ke samping kiri.
Namjoon mengerti, sangat mengerti kenapa Dahee begitu.
***
Akhirnya Dahee bisa kembali ke rumah gisaeng. Sudah hampir satu minggu dia tidak bekerja disana.
Perasaan khawatir begitu menyeruak diantara dadanya. Takut jika si pemilik gisaeng akan memecatnya sekarang juga. Dahee sungguh tidak rela jika dirinya harus berhenti secepat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Man in Mind | Kim Namjoon
Fanfiction#NamjoonFanfiction "How can i hold any longer? No one else does" Ucap Dahee lirih seraya menunduk menatap tanah dibawah kakinya. "Everything goes" balas Namjoon sebelum akhirnya meraup kedua pipi Dahee dengan pelan takut jika kulit lembut pucat itu...