9 | Pink Nails

1K 132 1
                                    

Sudah dua hari aku tidak mengunjungi rumah gisaeng karena keadaanku serta Yeontan yang entah mengapa jadi sangat manja. Anjing itu selalu mengintil kemanapun aku melangkah sampai-sampai aku tidak sanggup untuk sekedar meninggalkan rumah.

Aku mengusap wajahku gusar. Setiap kali ingatan si pemilik rumah gisaeng marah karena aku sering telat datang bekerja, gajiku di potong berkali-kali lipat. Dan sekarang aku bertanya-tanya apa mungkin dia akan memotong gajiku lagi bulan ini. Mungkin iya tapi sekaligus memotong leherku juga. Semakin membayangkannya aku semakin merinding.

"Dahee-ya, apa kau tidak punya cola?"
Tanya Minseo membuyarkan lamunanku.

Aku baru ingat jika Minseo berada di rumahku saat ini. Sejak tahu bahwa aku pingsan kemarin dia juga semakin rewel dan sering mengunjungi rumahku sangat rutin.

"Aku sedang malas belanja" ucapku singkat.

"Lalu bagaimana dengan makanan? Tidak ada juga?"

"Tidak ada. Yak, rumahku bukan supermarket yang semuanya sudah tersedia. Lagipula jika kau lapar beli saja keluar apa susahnya?"

"Yak, aku hanya bertanya. Kenapa kau sangat marah, hah?" balasnya tak kalah meninggi.

Mataku mengerling. Minseo si mahasiswa seni liberal ini sama sekali tidak peka. Aku hanya ingin mengatakan kalau uangku tidak cukup untuk berbelanja tapi nyatanya aku terlalu malu untuk mengatakannya.

"Aku hanya ingin memastikan kalau kau makan dengan benar. Aku tidak berniat menumpang makan disini tapi setelah jawabanmu barusan, sekarang aku tahu. Kau pasti kehabisan uang bukan?"

Aku menoleh sekaligus menganga menatapnya. Bagaimana lelaki secuek  dia bisa paham hanya dengan ucapanku barusan.

"Hmm.. Ya.. Begitulah.."

Jujur aku malu mengatakan ini padanya.

"Hei, kau jangan salah paham. Aku tidak menghabiskannya begitu saja, kebutuhan perempuan sangat banyak dan.."

"Dan demi kebutuhan anjing ini juga?" potong Minseo.

Aku menelan ludah. Sepertinya Minseo sebentar lagi akan marah. Mengingat pertama kali aku mengatakan bahwa aku akan mengurus anjing orang lain dia sempat tidak setuju karena lelaki itu sangat tahu betul pekerjaan serta keseharianku. Menjadi mahasiswa sekaligus dokter magang serta pekerjaan sebagai gisaeng sangat tidak mudah apalagi ditambah mengurus anjing sendirian. Namun berkat bujukanku, dia sedikit meluluh dan membiarkan apa yang ingin aku lakukan.

"Dahee-ya, jujur padaku siapa pemilik anjing ini? Kenapa dia harus menitipkannya padamu?"

"Itu.. Itu.. Eungh... Temanku, dia sedang wamil jadi dia sengaja menitipkannya padaku?"

Wamil : wajib militer.

"Apa?!"

Aku terperanjat. Suara Minseo benar-benar kencang diruang tamu.

"Jadi maksudmu, kau harus merawatnya selama satu tahun lebih?!" lanjutnya.

Lagi-lagi aku menelan ludah. Aku melupakan fakta bahwa orang yang sedang wamil membutuhkan waktu cukup lama sementara Yeontan hanya butuh waktu beberapa bulan saja.

Man in Mind | Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang