Cho Dahee
Anywhere, rain and night.Aku hampir terisak. Rasanya seperti aku baru saja tersesat. Ralat, memang benar aku sedang tersesat.
Bangunan tua, jalanan sempit serta penerangan jalan yang redup-redup sedikit membuat jantungku berdegup cukup cepat. Aku tidak mengerti bagaimana bisa sampai sejauh ini.
Tadi siang temanku mengatakan bahwa Yeontan tidak ada di klinik. Aku heran kenapa bisa Yeontan keluar dari kandangnya padahal sebelum aku tinggalkan sudah aku pastikan jika kandangnya terkunci dengan benar. Lagi pula aku hanya pergi sebentar untuk membeli keperluan Yeontan karena pada saat malam itu aku lupa tidak membawa satupun alat-alatnya termasuk piring makanan yang sangat penting.
Aku sudah berjalan terlalu lama. Rintikan air hujan pun sudah terasa di kulit-kulitku yang mulai dingin. Semakin lama hujannya semakin lebat dan aku terpaksa berteduh disalahsatu depan ruko yang sudah tutup. Tentu saja, ini sudah sangat malam mana ada ruko yang masih buka.
Aku tidak mendengar nada dering ponselku kecuali merasakan getarannya.
Aku melihat layarnya.
Lee Minseo is calling...
Sebelum benda itu menempel sempurna di telingaku, aku mendengar dia bicara lebih dulu
"Yak, kau dimana?" sambarnya membuatku terperanjat.
"Tidak tahu" ucapku sedikit terisak.
Tidak! Aku tidak menangis, ini hanya efek dari kedinginan dan mungkin flu yang sudah menyerangku lebih awal.
"Yak, kau bodoh atau bagaimana? Ini sudah malam dan kau masih berkeliaran diluar"
Sudah kuduga Minseo pasti akan mencariku setelah seminarnya selesai. Sudah kupastikan juga jika pria itu akan menghujaniku dengan banyak omelan.
Belum sempat aku menyanggah ucapannya, ponselku sudah mati lebih dulu membuatku semakin frustasi.
Aku mengacak rambutku seraya menghembuskan nafas berat.
Padahal aku hanya mengurus satu anjing kecil tapi rasanya sulit sekali. Aku memang dokter hewan tapi aku tidak ahli dalam mengasuhnya. Benar-benar tidak bisa diandalkan. Jika aku punya anak nanti pasti akan lebih berantakan dari ini.
Oke, Dahee ini bukan saatnya membahas hal itu.
Aku menggosok telapak tanganku berkali-kali. Dingin ini sudah menusuk hingga tulang dan aku masih kebingungan. Haruskah aku pulang atau harus ku lanjutkan saja pencarian Yeontan.
"Tidak, dokter hewan tidak boleh menyerah" gumamku pada diri sendiri.
Aku menggeleng.
Entah keajaiban atau hanya kebetulan tetapi yang jelas aku mendengar suara gonggongan Yeontan. Dalam hati aku sangat bersyukur.
Disudut mataku aku melihat Yeontan yang beberapa kali mengibaskan bulunya yang basah akibat hujan. Seperti adegan dalam drama saat melihat Yeontan berlari kearahku dengan basah kuyup. Anjing itu begitu pintar, dia mengenaliku walau hanya satu hari tinggal bersamaku.
"Yeontanie" aku cepat-cepat memeluknya.
"Kau dari mana saja, eoh? Aku mengkhawatirkanmu"
Baiklah, aku sudah gila sekarang. Berbicara dengan hewan di tengah malam seperti ini.
***
Hujan sudah reda dan aku memutuskan untuk kembali kerumah meski aku yakin tidak akan sampai secepat itu. Aku bahkan tidak mengenal daerah yang aku pijaki saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Man in Mind | Kim Namjoon
Fanfiction#NamjoonFanfiction "How can i hold any longer? No one else does" Ucap Dahee lirih seraya menunduk menatap tanah dibawah kakinya. "Everything goes" balas Namjoon sebelum akhirnya meraup kedua pipi Dahee dengan pelan takut jika kulit lembut pucat itu...