13 | Broken Dreams

883 123 2
                                    

Aku menghela nafas.

Beberapa menit telah berlalu. Penampilan Minseo dan teman-temannya sukses mengundang tepuk tangan meriah dari penonton.

Aku tersenyum tipis, jadi seperti ini rasanya menjadi teman idola di kampus. Ada perasaan bangga juga haru ketika mengingat bagaimana Minseo selalu tampak bahagia saat menceritakan kecintaannya terhadap musik.

Begitu pula yang ditunggu-tunggu pun tampaknya sudah datang. Teriakan histeris serta kilatan kamera terdengar ricuh. Aku tahu idola sesungguhnya telah tiba dan aku penasaran.

Kepalaku menoleh. Hanya kerubunan mahasiswa dan beberapa orang yang muncul dengan pakaian elegannya. Menampakkan para bodyguard setelah itu para gerombolan orang terombang-ambing akibat dorongan orang bertubuh kekar itu.

Seketika, dalam detik itu pula aku membeku. Untuk sekedar menelan ludah pun rasanya aku tak mampu.

Mereka yang menjadi sorotan itu, mereka yang datang hari ini, dan mereka yang mengadakan acara ini, ternyata adalah BTS.

Wajah-wajah familiar itu. Wajah yang kali ini terlihat lebih berkilau daripada malam itu---kini benar nyata. Tujuh orang pria yang diidam-idamkan seluruh negara itu berdiri dipanggung kecil nan sederhana. Hampir tidak percaya.

Aku sungguh sangat amat menyesal. Posisiku sekarang ini cukup membuat diriku terintimidasi. Sangat dekat, bahkan amat sangat dekat karena pola deretan kursi ini melengkung dan aku duduk hampir di area ujung---samping panggung.

Jeritan demi jeritan penonton aku nikmati saat ini. Namun satu hal yang tertanam di benakku sedari tadi,  bagaimana caranya agar aku bisa pergi secepat kilat dari ruangan ini---secepatnya sebelum seseorang mengenaliku.

Satu persatu dari mereka menaiki panggung dan mulai memperkenalkan diri.

Detik demi detik aku nikmati dengan rasa kekhawatiran. Hingga akhirnya Minseo pun berlari ke arahku dan bertanya, "Apa kau sakit?"

Aku terkejut lalu menggeleng, "tidak. Aku baik-baik saja" ucapku seraya tetap menunduk.

"Aku tidak yakin" akhirnya Minseo menangkup pipiku dan meraba keningku. Disaksikan beberapa penonton dibelakangku serta seseorang ditengah panggung itu.

Aku bersumpah, jika saja aku tidak terlibat dengan acara ini sejak awal maka aku akan bertekuk lutut dan mengucapkan rasa syukur karena tidak perlu datang. Tapi itu tidak mungkin, semuanya sudah terlanjur sampai saat ini dimana mata pria itu tidak lepas memandangiku dan Minseo.

"Apa kita pulang saja?" Ucapnya sedikit ragu.

Aku menggeleng, "tidak, bukankah masih ada satu penampilan lagi? Aku baik-baik saja" jelasku terdengar normal tapi tidak dengan tingkahku yang sedari tadi merunduk hingga tidak bisa melihat wajah Minseo dengan benar.

"Aku takut kau tidak kuat? Sebaiknya kita pulang saja" baru saja Minseo meraih tanganku dan aku menepisnya.

"Ku bilang tidak apa-apa. Aku baik-baik saja" tegasku.

Dalam hati aku benar-benar marah. Kenapa baru sekarang dia menawarkanku pulang. Kenapa tidak dari awal. Aku bahkan sampai harus merelakan pekerjaanku demi menyaksikannya tampil. Tapi apa yang baru saja dia katakan---pulang? pergi ditengah acara? Anggap saja aku gila sudah berteman dekat dengan pria tidak konsisten ini.

Sambutan mereka terasa lama bagiku. Sampai detik ini pun mereka belum menyanyikan sebuah lagu. Aku mulai gelisah saat Taehyung juga melihat ke arahku. Ku alihkan pandanganku ke samping.

Diujung penglihatanku aku melihat Yejin tengah memandang datar ke arah panggung hingga menit-menit terakhir. Sepertinya dia lebih kalut menikmati lamunannya daripada menikmati acara didepannya.

Man in Mind | Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang