Dahee tengah menatap cup kopi yang ada di genggaman tangannya. Kopi itu sama sekali tidak membuat tubuh serta telapak tangannya menghangat. Tentu saja, sudah lewat dua jam dari saat kopi itu dibuat.
Di dalam ruangan 3x4 meter itu Dahee duduk sendirian. Deretan Action Figure mahal seakan menjadi tontonannya dalam keheningan.
Sebenarnya Dahee sudah berniat pulang namun Namjoon malah mengurungnya di dalam studio itu. Mau tak mau Dahee habiskan waktunya disitu.Bibirnya merengut, hujan tak henti-hentinya mereda sejak tadi. Ia juga merengut karena lupa membawa payung.
Sesosok lelaki bertubuh tinggi masuk dengan handuk bertengger di antara bahunya.
Dahee menelan ludah, dalam pandangannya saat ini ialah lelaki dengan keringat mengucur di setiap helaian rambut coklat pekat itu. Terlihat sangat seksi, terutama baju putih tipis yang sudah melekat sepenuhnya dipermukaan kulit.
Oh, tidak. Tidak seharusnya Dahee berpikiran aneh seperti itu.
Lantas Dahee beranjak keluar. Berlama lama di ruangan itu membuatnya semakin tak nyaman.
"Kemana?" Ucap Namjoon dengan nafas yang masih tersenggal-senggal. Namjoon baru saja menyelesaikan latihannya.
Dahee menggigit bibirnya, entah kenapa semakin lama berada di dekat Namjoon rasanya semakin gugup.
"Ku pikir kau harus berganti baju" ungkap Dahee.
Sungguh, bukan itu yang sebenarnya terjadi. Dahee hanya perlu keluar dari sana agar kondisi pikirannya kembali normal. Ah, keringat itu. Ingin rasanya Dahee mengambil handuk lantas menyekanya secara brutal, owh.
Alis Namjoon mengkerut, "sebenarnya aku tidak membawa baju cadangan" ia tersenyum namun juga terlihat ragu.
Pipi Dahee semakin memanas. Memikirkan jika dia akan diantar pulang oleh orang ini dalam keadaan begitu. Oh, tidak tidak. Dahee tidak mau.
"Aku sudah menyuruh Manager Sejin untuk mengantarmu pulang. Dan mungkin sebentar lagi dia akan kesini" tutur Namjoon.
Benar, dugaan Dahee kali ini meleset. Kepalanya menunduk lemas, ia merutuk dalam hati karena terlalu percaya diri.
"Ah, begitu" gumamnya sambil melamun. Tidak, sebenarnya dia masih sibuk mengumpat jauh di lubuk hatinya.
***
Selama perjalanan, Dahee serta Manager Sejin habiskan dalam diam. Lelaki itu terlihat fokus menatap jalanan licin yang masih tergenang air hujan. Entahlah, padahal bulan-bulan ini seharusnya bukan musim penghujan.
"Kau tinggal dimana, Dahee-ssi?" Suara Manager Sejin membuyarkan keheningan sedari tadi.
"Gwacheon" balas Dahee.
"Gwacheon?" Lelaki itu membeo.
Dahee mengangguk. Setelah dilihat-lihat tubuh lelaki itu sangat kekar dan berisi. Sangat berbeda dengan para member BTS yang terbilang kurus-kurus.
"Kau tahu salahsatu member BTS juga ada yang berasal dari Gwacheon?" Basa-basinya.
Sepertinya Manager Sejin cukup pandai mengawali pembicaraan. Dahee kira dia hanyalah lelaki kaku yang hanya memikirkan artisnya saja.
"Benarkah? Siapa?" Dahee tampak antusias.
"Seokjin, aku menemukannya disana"
Dahee mengangguk. Pantas saja dulu Namjoon nampak tahu betul daerah menuju rumahnya. Kemungkinan Namjoon juga sering kesana bersama member lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Man in Mind | Kim Namjoon
Fanfiction#NamjoonFanfiction "How can i hold any longer? No one else does" Ucap Dahee lirih seraya menunduk menatap tanah dibawah kakinya. "Everything goes" balas Namjoon sebelum akhirnya meraup kedua pipi Dahee dengan pelan takut jika kulit lembut pucat itu...