17 | Koala

967 124 3
                                    

Hidangan yang terakhir kami sajikan adalah Manduguk.

Aku juga merapikan tampilan Japchae yang sudah Jieun bumbui.

Ku hela nafas, begitu juga Jieun yang melepas apronnya. Ia tersenyum puas.

"Akhirnya" ujarnya seraya menyeka keringat di kening.

"Ternyata kau lebih piawai daripada aku" aku tersenyum.

Sepertinya Jieun berbohong saat berkata ia tidak bisa memasak dengan bahan rumit. Bahkan membuat kimchi jjigae dan jenis jjigae lainnya ia lakukan sendiri tanpa bantuanku.

Tangannya meraih satu kue berwarna merah muda lantas memakannya satu bulatan penuh.

"Tidak, aku tidak akan bisa memakan macaron ini jika tidak ada dirimu, Dahee-ssi"

Ya, tugasku hanya membuat macaron. Hanya itu.

"Baguslah kalau kau suka" tuturku.

Masih ku pandangi lawan bicaraku ini. Jieun punya karisma tersendiri sebagai seorang istri. Nampaknya dia begitu menyukai kehidupan rumah tangga. Itu terlihat jelas di rumah yang seukuran dengan rumahku. Semua barang begitu tertata rapi dan bersih, termasuk dapurnya ini. Sangat jauh berbeda dengan rumahku.

Setelah dirasa selesai aku langsung mengambil tas serta long blazer milikku. Berjalan menuju pintu, "aku akan pergi sekarang. Dan selamat atas pernikahan kalian" lanjutku.

"Tunggu, kau harus mencicipi jjigae-ku dulu kalau begitu" serunya seraya mengambil mangkuk dan sumpit. Aku cepat menggeleng.

"Tidak perlu, aku sedang buru-buru sekarang. Sampaikan salamku pada suami dan anakmu, ya" aku melambaikan tangan lantas berlari kecil ke arah pekarangan rumahku.

"Terima kasih Cho Dahee!!" Serunya lagi begitu aku sampai didepan pintu.

Aku menghela nafas begitu masuk ke dalam. Seperti biasanya, ruanganku tidak berubah. Bahkan sofa yang di pakai Namjoon semalam terlihat rapi. Dia pasti membereskannya.

Aku tersenyum. Entah dengan alasan apa aku hanya ingin tersenyum.

Ku raih ponselku, ada satu pesan singkat dari Namjoon. Sepertinya pagi tadi.

Kim Namjoon : pertama, aku ingin meminta maaf telah merepotkanmu semalam, sungguh. Aku tidak bermaksud. Kedua, terima kasih untuk honeytea yang kau buat. Pengarku sudah hilang berkatmu.

Tiba-tiba hatiku menghangat. Ada sedikit gelenyar lucu di area dadaku hingga aku tak bisa menahan untuk tidak tersenyum. Ku tangkup bibirku, merasa malu sekaligus takut jika seseorang memergoki aku.

Dan tunggu, tiba-tiba mataku menangkap sesuatu diatas meja: amplop berukuran sedang. Aku mengernyit.

Uang? Alisku semakin terpaut.

Aku buru-buru merogoh ponselku kembali, namun sebelum aku menghubungi Namjoon, aku membaca satu pesan lagi darinya.

Kim Namjoon : aku melihat amplop kecil tergeletak di depan pintu dan maaf aku telah lancang membacanya.

Man in Mind | Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang