Sudah 20 hari sejak kejadian dimana Aileen dikatakan koma, sejak saat itu mereka menjadi pribadi yang murung. Rasa takut ditinggalkan selalu menggerayami hati mereka, menjadi bayangan paling ditakutkan.
Saat ini, diruangan Aileen lengkap dengan para cucu Adhitama, mereka tidak ingin meninggalkan Aileen, mereka tidak pernah ke kantor, mengerjakan pekerjaan pun mereka bawa ke rumah sakit, hanya Aksa dan Rea yang meninggalkan ruangan Aileen, itupun saat sekolah maupun tugas kelompok. Aksa dan Arsen juga sering mengunjungi Aileen.
Alterio? Entahlah dia tahu atau tidak mengenai kondisi Aileen.
Jemari Aileen sedikit bergerak, membuat Aladri yang memegang tangan Aileen terkejut dengan apa yang di rasa dan dilihatnya.
Perlahan kelopak matanya bergerak, membuka, dan menyesuaikan dengan cahaya ruangan. Mata indahnya kini terlihat sedikit sayu.
"Sayang"
Saat Aladri memanggil Aileen tentu saja membuat semua yang ada di dalam ruangan terkejut bukan main.
Aladri memanggil sayang? Sayang hanyalah panggilan khusus untuk Aileen, hanya untuk Aileen. Aladri memanggil Rea saja hanya dengan nama Rea.
"Panggil dokter!" Arion dengan sigap memencet tombol nurse call tanpa henti sampai pintu terbuka dan menampilkan dokter dan beberapa perawat yang terlihat tergesa-gesa. Tentu saja mereka tidak ingin melakukan kesalahan yang akan membuat dirinya sendiri terkena musibah dari keluarga Adhitama.
"Tuan, anda bisa keluar sebentar?"
Mereka semua keluar dari ruangan Aileen, hanya tinggal dokter dan beberapa perawat yang menemaninya.
Setelah dokter melakukan pemeriksaan, dokter itu hanya menatap Aileen tanpa berbicara, dokter sepertinya ingin membicarakan sesuatu tapi enggan untuk berkata.
"Kenapa dok?" Aileen berbicara dengan sangat pelan, tenggorokannya masih terasa kering karena tidak memiliki asupan selama 20 hari.
"Maaf sebelumnya jika saya lancang, apa Nona sering mengalami tremor?" Dokter bertanya dengan hati-hati, ia tidak ingin menyinggung anggota terakhir dari Adhitama.
Pertanyaan dari dokter membuat Aileen melebarkan sedikit mata kecilnya. Ada rasa takut dalam hatinya.
Aileen hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Sering?"
"Engga terlalu"
"Saya ingin menyampaikan bahwa kemungkin anda terkena-" Sebelum dokter menyelesaikan ucapannya, Aileen sudah memotong.
"Saya tau" Aileen tidak ingin mendengarkan penyakitnya, ia takut. Jadi yang ia takutkan memang benar-benar terjadi.
"Ini baru diagnosa awal, saya harap anda melakukan rangkaian tes untuk mengetahui kebenarannya" Dokter itu iba, di umur Aileen yang terbilang masih muda harus mengalaminya, penyakit yang bersarang pada tubuhnya akan menyiksanya kelak.
"Jangan kasih tau yang lain" Aileen menatap dokter dan beberapa suster itu bergantian. Dan yang ditatap hanya mengangguk patuh, mereka tidak ingin membantahnya. Lebih tepatnya tidak bisa membantahnya.
"Jika anda ingin melakukan tes, anda bisa menghubungi saya, saya dokter Devano panggil saja saya Vano"
Aileen hanya mengangguki perkataan dokter muda itu. Mungkin usianya sama seperti Keenan. Perawakannya sama seperti orang yang ia kenal, tapi siapa?
"Kalau begitu saya permisi, semoga anda lekas sembuh" Dokter dan beberapa perawat pamit dan berjalan, namun perkataan Aileen membuat mereka berhenti seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother's (TELAH TERBIT) (Part Of Possessive)
Teen Fiction'Complete' Tidak ada seorangpun yang ingin menjadi dirinya. Selalu menjalani kehidupannya dengan masalah. Dia tidak ingat sama sekali bagaimana masa kecilnya. Entahlah dia tidak yakin itu. Yang terpenting sekarang untuk dirinya adalah sang ibu. Hany...