6. Hujan

62.8K 3.2K 14
                                    

“Aileen-nya Aksa cantik ya” Ucap Aksa melihat Aileen dan teman-temannya sedang bersanda gurau.

“Aileen KITA” Rion menekan kata Kita agar Aksa sadar, bahwa Aileen milik mereka bersama.

“Bodo amat albino. Yang penting itu Aileen-nya Aksa. TITIK”

“Iya-iya itu Aileen-nya kita” Ralat Aksa dengan menelan salivanya kasar saat melihat tatapan tajam yang diberikan Aladri.

“Makan noh tatapan mautnya Ka Ladri Haha” Rea tertawa mengejek melihat sepupu yang seusianya itu tak pernah berani dengan Aladri, ah lebih tepatnya tidak ada siapapun yang berani menghadapi Aladri.

“Belagu sih, berani ngelawan abangnya sendiri” Keenan juga tersenyum meremehkan. Bagi Keenan, Aksa itu orang yang hanya banyak bicara tanpa aksi apapun.

“Dasar Keenan caplang”

“HEH! Aku ini masih kakak kamu bodoh” Keenan menjitak kepala Aksa, dia paling tidak suka dibilang caplang ya meskipun pada kenyataannya memang Keenan bertelinga sedikit besar dan panjang.

“Ka Aladin masa Aksa dibilang bodoh sama itu caplang” Adu Aksa pada Aladri membuat semua jijik melihat kelakuannya.

“Cih, beraninya ngadu” Cibir Arion yang melihat kelakuan kekanakan Aksa.

“Albino ko malah ikutan si caplang sih”

“Aksa Kenneth Adhitama, berisik” Tegur Aladri yang jengah dengan perdebatan mereka semua. Okay Aksa sepertinya harus langsung diam, Aladri akan semakin emosi jika dia tidak mengikuti aturannya. Aladri hanya akan memanggil nama lengkap seseorang saat dia hanya sedang emosi.

“Ke mobil” Lanjut Aladri yang diikuti semua sepupunya. Tidak ada yang berani membantah Aladri selagi perintahnya tidak menyalahi aturan. Yang mereka tahu, semua yang dilakukan Aladri tidak akan menimbulkan masalah. Tapi tidak ada yang tahu bukan?

-----*-*-----
“Ka Rayen, aku pulang duluan ya. Dadah kakak” Aileen meinggalkan cafe setelah berpamitan dengan Rayen.

“Hati-hati Leen” Teriak Rayen yang melihat Aileen sudah keluar dari cafe.

Saat ini aku cuman bisa terus ngelangkahin kaki aku ini. Setiap hari selalu kayak gini, gak ada yang berubah. Sekola – kerja, begitu aja terus sampe aku mati. Tapi, aku gak boleh nyerah. Aku harus bisa bertahan dan banggain ibu. Seengganya aku masih punya ibu yang sayang banget sama aku.’

“Eh? Kok ujan sih, mana gak bawa payung lag” Aileen mendesah berat saat merasakan basah mulai menyelimuti tubuhnya.

Hujan sudah mulai deras tapi Aileen tidak berniat sama sekali untuk berteduh. Aileen sangat menyukai hujan. Menurutnya, hujan yang selalu dan paling mengerti bagaimana keadaan hati Aileen. Mungkin semua orang termasuk ibunya percaya kalau Aileen baik-baik saja. Tapi itu salah. Aileen terlalu ahli dalam berbohong mengenai perasaanya.
Tidak ada yang pernah melihat Aileen menangis, percayalah. Karena Aileen selalu menangis dibawah derasnya hujan.

Seperti saat ini. Aileen sudah tidak bisa membendung perasaannya lagi, tidak bisa menyembunyikan perasaannya, dan dia tidak bisa berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja. Rasanya terlalu sakit tersenyum saat hati terluka.

Aileen terjatuh begitu saja, kedua lututnya ia jadikan tumpuan. Dia butuh waktu sebentar saja untuk menangis, untuk mengeluarkan semuanya, termasuk mengeluarkan kesakitannya.

“Hiks...hiks. I-ibu maafin Aileen belum bisa bawa ibu pergi berobat hiks....hiks. i-ibuuu Aileen sakit. Aileen butuh sosok ayah hiks hiks. Aileen ingin keluarga yang lengkap. Aileen iri sama temen-temen Aileen bu. Maaf selalu berbohong hiks tentang apa yang A-Aileen rasain hiks hiks”

Tiba-tiba saja sudah tidak ada lagi air hujan yang menyentuh tubuhnya. Aileen melihat kaki seseorang yang tengah berdiri di hadapannya. Perlahan Aileen menengadah melihat siapa orang yang dihadapannya.

“Tu-tuan?”

TBC

19-01-2019

My Possessive Brother's (TELAH TERBIT) (Part Of Possessive)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang