Sisipan : Have a Good Day (Rifky)

370 39 0
                                    


Backsound : Winner - Have a Good Day (korean vers.)

_________________________________________

Bulan terbit dan hari semakin malam
Kau tidak di sini saat ini
Jika aku tahu itu akan menjadi kebersamaan terakhir kita
Setidaknya aku harus mengatakan 'selamat tinggal'

Rifky menghela nafas pelan. Hari semakin larut namun dia tidak kunjung terlelap, padahal besok dia dan kedua saudaranya harus menggantikan sang ayah untuk hadir di kegiatan bakti sosial salah satu panti asuhan. Sialnya, otak Rifky justru memikirkan Hamzah saat ini. Entah kenapa, bayangan teman dekatnya itu datang menghantuinya. Memaksa ingatan Rifky melayang ke masa lalu ketika keduanya masih sekolah. Dulu, malam-malam dimana dia tidak tidur, mereka akan melakukan chatting hingga malam. Jika mengingat itu, terkadang Rifky ingin tertawa karena sadar kalau itu terlalu intens, seperti pada kekasih saja. Jika diingat konyol juga, mereka termasuk yang tidak menjalin cerita cinta di sekolah. Keduanya tidak memiliki kekasih, mereka hanya dekat sewajarnya dengan teman perempuan.

Mendadak Rifky sadar bahwa dia tidak pernah melihat Hamzah dekat dengan seorang gadispun hingga akhir hayatnya -- berbeda dengannya yang mulai berani pacaran setelah lulus sekolah. Gadis terakhir yang dia dengar Hamzah sukai adalah teman seangkatan mereka di sekolah, tapi Hamzah tidak benar-benar mengejarnya. Urusan tugas-tugas sekolah hingga urusan skandalnya dengan Hatta sepertinya mengalihkan pikiran Hamzah sepenuhnya dulu.

Kemudian pikiran Rifky melayang pada Reva -- teman sekelas mereka yang mengidolakan Hatta dan berakhir menjadi kekasihnya hingga sekarang. Ingatannya berlanjut pada pertemuan terakhirnya dengan Hamzah, ada Reva juga saat itu di sana. Sekali lagi Rifky menghela nafas. Jika saja tahu kalau itu akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan Hamzah, mungkin dia akan tinggal lebih lama saat menjenguk Hamzah saat itu.

"Kenapa gak di Rumah Sakit sih?" tanya Rifky sambil menatap Hamzah yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang. Dia dan Reva tengah menjenguk Hamzah saat ini. Lelaki itu baru tiba di Malang kemarin, niatnya ingin mengajak Hamzah keluar hari ini. Tapi ternyata kondisi Hamzah sedang tidak baik dan tengah mendapatkan perawatan di rumah. Jadi Rifky memutuskan untuk pergi ke rumah Hamzah sekalian mengajak Reva, berniat untuk mengajak Reva keluar setelah mereka pulang dari rumah Hamzah.

"Lagi pengen di rumah," jawab Hamzah ringan. Dia menoleh ke arah Reva, berusaha tersenyum. "Hei, mas Hatta lagi gak ada di sini lho," godanya.

Namun Reva tidak menyahut, gadis itu masih melamun hingga Rifky menyenggol lengannya pelan, memberi isyarat kalau Hamzah baru saja mengajaknya bicara. Dan Reva mendapati Hamzah tersenyum padanya kala menoleh ke arah lelaki itu.

"Mas Hatta gak di sini lho mbak, gak bisa minta foto sama tanda tangan," ujar Hamzah lagi.

"Yaaahh padahal saya kesini tujuannya itu lho mas, ya udahlah fans modal modus emang kurang mujur gini," Reva menanggapi membuat Hamzah terkekeh kecil.

"Sini mbak sama adeknya aja," lanjut Hamzah.

"Lha sial!" kali ini Rifky memaki. "Gimana? Tambah gimana gitu gak terapy?" Rifky mengalihkan pembicaraan, mengembalikan ke topik serius yang sebelumnya dibelokkan Hamzah.

"Ya gini, makin hari makin..." Hamzah tidak melanjutkan kalimatnya.

Mereka bertiga terdiam. Rifky seolah menyesal sudah bertanya. Ada Reva, ada wanita di antara mereka yang membuatnya tidak leluasa mengatakan banyak hal pada Hamzah sebagai sesama lelaki, sebagai sahabat yang bebas memaki. Rifky mengalihkan pandangan ke arah cairan infuse yang tergantung di tiang, dengan asal mengira-ngira kapan cairan itu habis.

Penyangkalan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang