Side Story - Tentang Hamzah

979 88 24
                                    

Warning : > 4000 words

Santai aja bacanya, saya juga nyantai kok nulisnya 😁✌.
Kalau berkenan, mohon beritahu kalau masih ada typo atau bagian yang tidak logis / janggal. Saya akan berusaha memperbaiki.

___________________________________________

Pintu kamar Hamzah terbuka pelan, menampilkan sosok Rizwar yang tersenyum tipis mendapati putra bungsunya masih dalam kondisi terbungkus selimut.

Sebenarnya, Rizwar bukan sosok yang lembut awalnya. Dia sosok yang tegas walaupun peduli, kharisma selalu menguar dari setiap inchi tubuhnya, Rizwar terhitung jarang bicara dan itu membuatnya disegani banyak orang. Tapi sejak Hamzah pindah tinggal bersamanya sekian tahun lalu, perangai Rizwar sedikit demi sedikit melunak. Kekerasannya terkikis oleh keceriaan sang putra. Bahkan mungkin dua tahun belakangan ini perangainya yang bagai batu itu melebur seketika sejak dia mendapat kabar buruk terkait kondisi kesehatan si bungsu. Namun Rizwar masih berusaha terlihat kuat di berbagai kesempatan. Hanya saja seringkali ketakutannya membuat dia secara otomatis menjadi lebih lembut kepada Hamzah, seperti saat ini.

"Za, udah siang. Katanya mau ikut papa ke Jember," ujar Rizwar saat sampai di tepi ranjang. Dia menyingkap selimut yang membungkus tubuh Hamzah dan sedikit terkejut mendapati putranya tengah tersengal, terlihat lemah bahkan untuk bergerak saja susah.

"Astaga Za."

Dan Hamzah mendengarnya, sedari tadi dia memang sudah tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Beberapa hari ini rasanya penyakit itu semakin menjadi-jadi menyerangnya. Bahkan kali ini, sejak beberapa menit lalu Hamzah terbangun dari tidurnya dengan rasa ngilu di sekujur tubuh, perut mual dan susah bernafas. Kanker yang dia derita memang sudah menyebar ke organ-organ tubuhnya. Jantung, paru-paru, tulang, perut semuanya. Jadi wajar saat kambuh seperti ini dia merasa semua tubuhnya sakit. Sedari tadi Hamzah hanya berharap ada yang masuk ke kamar untuk menolongnya, mengingat rasa sakit yang dia rasakan membuatnya sulit berpikir hingga tidak mampu mengingat dimana meletakkan ponselnya dan dia tidak sanggup untuk sekedar berjalan ke arah pintu kamar. Sebenarnya beberapa hari lalu ada dua orang perawat yang ditugaskan merawatnya oleh Rizwar. Bahkan Rizwar menyiapkan satu kamar khusus untuk merawat Hamzah lebih intensif di rumah. Tapi beberapa hari ini kondisi Hamzah cukup stabil dan perawat itu tidak ditugaskan lagi, sayangnya hari ini kondisi Hamzah kembali memburuk.

Tanpa menunggu lama Rizwar segera mengangkat tubuh mungil Hamzah, awalnya dia berniat pergi ke kamar khusus untuk merawat Hamzah itu, namun dia pikir itu percuma karena toh tidak akan ada yang menangani juga. Jadi Rizwar membawa Hamzah ke lantai dasar, merubah tujuan menuju Rumah Sakit.

Dalam gendongan Rizwar, Hamzah mulai sadar bahwa kepalanya juga pusing terlebih karena kini tubuhnya terus bergerak seiring langkah kaki Rizwar. Pandangannya berputar setiap kali dia membuka mata. Rasanya dia seolah akan jatuh ke bumi begitu saja, belum lagi rasa mual yang juga menyerangnya saat matanya terbuka. Karena itu Hamzah memilih memejamkan mata, meski faktanya dia masih sadar dan dapat mendengar semuanya

"Ra mobil! Hamzah kambuh!"

Berani bertaruh saat ini keduanya tengah berada di ruang kerja para staff. Hamzah dapat mendengar suara para staff yang terkesiap seolah terkejut dengan kedatangan Rizwar yang tiba-tiba. Kemudian langkah kaki lain terdengar menyusul mereka. Disusul dengan teriakan Hera memanggil seorang sopir untuk menyiapkan mobil.

"Mama," gumam Hamzah pelan. Dia hanya ingin ditenangkan oleh seorang ibu saat ini.

"Iya, nanti mama ikut," sahut Rizwar.

"Hamzah masih sadar mas?"

Itu suara Hera dan tangan Hamzah bergerak lemah mencari sosok Hera yang dibalas dengan genggaman hangat di tangannya. Dia tidak mendengar sang ayah menyahut, mungkin ayahnya menggangguk atau bagaimana. Deru mobil berhenti di dekat tempat keduanya, Hamzah merasa genggaman sang ibu terlepas lalu tubuhnya diletakkan dengan hati-hati, kemudian seseorang duduk di sampingnya. Hamzah memaksa membuka mata dan mendapati Hera di sana.

Penyangkalan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang