2.10 Hari Itu

453 51 0
                                    

Ada perasaan khawatir dan trauma yang menyusup halus kedalam perasaan Rizwar. Satu bagian dari otaknya menyeretnya untuk membuka kenangan tentang Iva ketika dia tengah duduk di kursi ruang tunggu seperti ini. Dulu, ketika Iva sakit dia terlambat untuk membawa wanita itu ke Rumah Sakit. Dulu, dia tidak menyangka bahwa Iva terkena demam berdarah dan itu menyebabkan kondisi Iva memburuk karena terlambat untuk ditangani.

Sekarang, ketika dia melihat si bungsu dalam keadaan tidak berdaya seperti itu perasaan khawatir yang pernah dia rasakan kembali muncul. Ketakutan akan hal yang sama tidak dapat dia hilangkan meski dia sudah berusaha menepisnya.

"Dari pagi sakitnya Ra?" tanya Rizwar.

"Nggak tau mas, dia nggak bilang apa-apa. Tapi tadi siang masih keliatan baik-baik aja," Hera merasa menyesal karena tidak menyadari kondisi Hamzah. Padahal dia berada di rumah seharian. Namun memang dia hanya beberapa kali melihat Hamzah. Saat Hamzah turun dari kamar untuk sarapan, ketika Hamzah membantunya menyiram tanaman dan waktu Hamzah pamit untuk berdiam diri di studio.

Rizwar mengangguk paham, memutuskan untuk tidak banyak bertanya. Firasat buruk kembali menghampirinya. Ada perasaan tidak nyaman yang ingin dia singkirkan. Bagaimanapun juga Rizwar sangat menyayangi Hamzah, bahkan sebesar apapun rasa jengkelnya setiap kali Hamzah berulah tetap tidak mampu mengalahkan rasa sayang yang dia miliki.

Tidak jauh berbeda dari Rizwar, Hera berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Sejak dia melihat Hamzah berada dalam gendongan Rizwar dengan kondisi tidak sadarkan diri beberapa saat lalu, Hera berusaha menjaga diri untuk tetap tenang.

*

Dokter mengatakan bahwa mereka perlu melakukan pemeriksaan menyeluruh kepada tubuh Hamzah jika kondisi tubuh Hamzah memungkinkan untuk itu. Beruntung tadi pagi -- hingga siang -- Hamzah mampu melakukannya, meski sore ini dia terlihat kelelahan. Pemuda itu di kamar rawat sendirian. Rizwar belum kembali dari rumah sedangkan Hera pergi keluar untuk membelikannya makanan.

Mata Hamzah terpejam, tapi dia tetap terjaga. Pikirannya melayang ke kejadian kemarin sore saat dia pingsan di studio. Hamzah tersenyum tipis menertawakan kondisinya kemarin sore. Bagaimana bisa dia selemah itu? Konyol. Seumur hidup dia tidak pernah benar-benar pingsan sebelumnya. Memang seburuk apa kondisi tubuhnya?

Diam-diam Hamzah berterima kasih kepada sang ayah yang datang ke dalam studio dan menemukannya dalam kondisi pingsan. Ternyata ada untungnya memberikan password studionya kepada orang lain. Jangan-jangan Rizwar sudah mengantisipasi hal semacam ini akan terjadi jadi dia bersikeras untuk mendapat password studio Hamzah. Samar-samar Hamzah masih ingat apa yang ayahnya katakan dulu ketika pintu studionya selesai diperbaiki dan dipasang pintu baru lengkap dengan password dan bel, 'Harus ada orang lain yang tau password kamu, minimal satu orang buat jaga-jaga. Kalo kamu gak kasih password ke papa, kamu gak papa izinin make tempat ini.' Hamzah tidak terlalu ingat secara detail apa yang Rizwar sampaikan saat itu, yang dia ingat kurang lebih itulah inti kalimatnya.

Omong-omong, kata tim medis hasil pemeriksaannya baru akan keluar besok pagi. Dan dia masih akan dirawat entah sampai kapan. Hamzah berdecak, satu sisi hatinya menilai tim medis sedikit berlebihan karena menurutnya dia hanya kelelahan. Namun sisi hatinya yang lain memberitahunya jika tim medis lebih tau apa yang terjadi, dan jujur saja pendapat kedua ini membuatnya cemas.

Ya, semoga saja tidak terjadi apa-apa.

Hamzah membuka mata, perlahan dia turun dari ranjang, berhati-hati agar posisi infusenya tidak terganggu. Pemuda itu berjalan ke arah jendela kecil di sana, pemandangan kota di kejauhan menyambutnya, terbentang di bawahnya ada gedung-gedung perkotaan yang diselingi beberapa lahan hijau pepohonan. Hhh dia jadi ingin keluar dari sini. Berapa lama dia tidak jalan-jalan? Kini dia baru sadar kalau beberapa minggu terakhir dia hanya fokus pada pekerjaannya saja dan jarang meluangkan waktu untuk bersenang-senang. Setelah ini sepertinya dia perlu mengajukan izin cuti pada Rizwar. Siapa tahu Rizwar mengizinkan jika dia memakai alasan sakit. Hamzah tersenyum tipis ketika berhasil merancang ide licik dalam otaknya.

Penyangkalan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang