(12) Galau

33.7K 3.4K 393
                                    

Mau tanya, aplikasi KBM bagus, nggak? Kok banyak author pindah ke sana? Atau ada rekomendasi aplikasi bagus selain wattpad? Makasih buat yang mau share...

***

Akhirnya Pandji merasa pulih dari masa yang bernama patah hati. Ironis, ia satu - satunya yang menyakiti Airin tapi mengapa ia pun merasakan patah hati? Dan proses kembali menjadi Pandji yang biasanya tidaklah mudah.

Di hari Airin pergi, Pandji lebih banyak diam tanpa memikirkan apa - apa selama hari Minggu itu dan seketika hari berganti menjadi Senin. Gyandra mendatanginya dan menuduhnya macam - macam. Persetan!

Sehari setelah Airin tidak ada, ia sempat membuka tudung saji di atas meja hanya untuk mendapati sisa makanan kemarin yang belum dibereskan. Sudah pasti Gyandra tidak akan peduli, jadi ia kembali mempekerjakan ART paruh waktu.

Seminggu setelah Airin benar - benar tidak ada kabarnya—walau ia juga tidak berusaha mencari, Pandji merasa bahwa hidupnya tidak bisa seperti ini terus. Ia berusaha merangkak kembali ke kehidupan sebelumnya.

Raisa adalah nama pertama yang ia hubungi untuk menghabiskan malam Minggu, teringat olehnya permainan gila dengan segala macam tali dan cambuk yang pernah membuat Pandji lupa kalau dirinya pernah diberi Surat Peringatan oleh GM. Tidak peduli jika wanita itu terhitung matre, Pandji merelakan sebagian gajinya untuk pelayanan Raisa malam itu.

Ya, malam itu memang gila. Kadang ia dominan, kadang Raisa. Akan tetapi tetap saja terasa hampa, ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Jujur saja Airin-lah yang saat ini ia butuhkan dan ia inginkan. Tapi siapa Airin bagi dirinya? Seksnya saja payah—belum pernah tergolong dalam kategori payah. Masakannya? Yah, Pandji bisa menemukan masakan serupa di warteg walau rasanya agak berbeda tapi tidak signifikan.

"Kamu banyak pikiran," ujar Raisa malam itu dengan napas terengah - engah. Ia mengerutkan dahi, jelas bingung dan mungkin tersinggung atas sikap Pandji malam itu.

Pandji mengedikan alisnya, mandi dan kembali berpakaian. Ia urung bermalam di kamar hotel yang ia pesan karena tidak menemukan yang ia cari di sana. Pandji menjanjikan waktu setelah gajian untuk belanja dan kepergiannya malam itu bukan masalah bagi Raisa.

"Lo udah mulai main hati, Bro," ujar Tria malam itu, "kenapa nggak coba hubungan normal aja? Lo dan Kartika itu nggak normal. Itu nggak masuk hitungan. Cari yang lain, masih banyak, kan?"

"Terus, dia gimana?" akhirnya Pandji tak mampu lagi menahan diri untuk tidak acuh akan Airin yang ternyata tinggal di rumah Tria, "kalau dia butuh apa - apa, lo kasih aja. Gue yang ganti."

Tria terkekeh. Sebenarnya sikap peduli Pandji adalah hal biasa bagi mereka yang mengenalnya, ia memang tipe pria yang peduli. Tapi kecemasan dibalik sikap tak acuhnya merupakan hal baru bagi Tria.

"Airin dan Nana udah saling kenal sebelum lo hadir. Dia pinjem duit Nana, jadi itu urusan mereka. Gue nggak ikut campur."

Pandji diam, ia tidak cukup puas mendengar itu dan Tria paham rasa ingin terlibat seorang pria terhadap gadis yang dipedulikannya. Ia dan Kumala dulu begitu, sekarang mungkin masih.

"Kalau memang masih belum bisa kenapa nggak balikan aja, Ji?"

"Nggak bisa," jawab Pandji ragu, "orientasi gue bukan hubungan kaya gitu. Lo tahu kita, kan? Dia masih muda banget, masa gue rusakin?"

"Lo aja kali," sahut Tria datar, "gue sepenuhnya alim." Melihat diamnya Pandji, Tria tahu gurauan barusan diabaikan olehnya, "Ji, menurut gue, ini emang masanya mereka. Nana pernah kaya gitu, gue tolak sampai akhirnya gue capek dan berpikir mungkin waktu 'main - main' gue udah selesai, gue seriusin dia. Airin, kalau bukan sama lo, ya pasti sama orang lain yang setipe dengan lo, karena dia penasaran dengan cowok - cowok kaya lo."

Romantic RhapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang