Ada perasaan cemas saat dalam perjalanan menuju vila. Airin teringat pada kejadian waktu itu di mana mulanya semua baik - baik saja tapi berakhir bencana.
Sama seperti dulu, sekarang pria di sisinya juga terlihat sangat fokus mengendalikan mobil pinjaman ini. Ia mencoba mendeteksi suasana hati kekasihnya tapi Pandji tak menunjukkan tanda - tanda.
"Kok pendiam?"
Airin terkejut karena Pandji sadar bahwa ia lebih banyak diam. Ia melirik kekasihnya lalu menjawab dengan lirih, "aku takut diputusin lagi sama kamu."
"Kali ini nggak,"
Airin mengedikan bahu tak acuh lalu memalingkan wajah ke arah jendela. Ia kembali menatap pria itu ketika tiba - tiba saja mobil mereka menepi di tengah hutan menuju vila. Ia menunggu pria itu melepaskan sabuk keselamatan miliknya juga milik Airin sendiri.
Pandji mencondongkan tubuh ke arahnya, ia meraih tengkuk Airin lalu memiringkan wajah, memagut mesra bibir kekasihnya dengan penuh perasaan. Pandji adalah pemenang rekor pria pencium bibir Airin, entah sudah kali ke berapa, dimulai saat mereka belum jadian.
"Apa itu rasanya kaya orang mau mutusin?" tanya Pandji.
Gadis itu tersenyum memandangi wajah dan bibir Pandji bergantian, ia ikut bergerak maju ke arahnya, melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu memiringkan wajah, "aku nggak yakin, Mas." Pandji menyambut ajakan kekasihnya, menyatukan bibir mereka sebelum penyatuan yang sebenarnya.
Mereka tiba di sebuah vila mewah yang direkomendasikan untuk berbulan madu. Keduanya cukup meyakinkan terlihat layaknya pengantin baru karena Pandji yang begitu berwibawa sementara Airin yang sangat menghormati pasangannya.
"Mas, aku mau mandi dulu, boleh?" tanya Airin setelah memeriksa kamar mandi yang sudah dihias dengan cantik menggunakan kelopak bunga.
Pandji mengangguk, kemudian ia menyodorkan sebuah kotak yang diikat dengan renda berwarna hitam. Airin mengernyit curiga karena renda itu begitu lembut seperti renda pakaian dalam, "apa ini, Mas?"
"Ini hadiah karena udah berhasil ujian."
Setelah itu Pandji mengecup bibirnya, berpamitan karena harus membeli beberapa barang di minimarket. Airin mencurigai salah satunya adalah kondom karena saat berkemas di rumah Pandji tidak membekalinya.
Mengurai renda hitam yang terkesan nakal itu, Airin mendapati setelan lingerie lembut dengan outer kimono yang menjuntai hingga mata kaki. Selain itu ia mendapatkan perlengkapan mandi dan parfum dengan tema Afrodisiak. Tiba - tiba saja perutnya terasa tegang, Mas Pandji-nya terang - terangan mengutarakan niat. Bercinta. Bukan rekreasi dan sebagainya.
Ia membawa benda - benda itu ke kamar mandi, berendam dengan sabun beraroma rempah yang manis dan hangat. Kemudian ia berdandan, tentu saja ia ingin menjadi 'hidangan' yang menggugah rasa lapar Pandji. Lalu mengenakan 'seragam bercinta' barunya, dan terakhir mengaplikasikan parfum yang menurut labelnya mampu mengusik libido pria. Airin penasaran akan seganas apa Mas Pandji-nya.
Ia sedang berdiri di depan cermin sembari menangkup payudaranya sendiri, agak cemas karena ukurannya tidak se-fantastis milik Wanda, ketika itu ia melihat pantulan bayangan Pandji berdiri diam di ambang pintu kamar dengan kantong belanjaan di tangan.
Kenapa dia diam di sana? Pikir Airin, kemudian ia berbalik mendatanginya dengan malu - malu. Ia menatap mata kelam pria yang sedang memperhatikan keseluruhan dirinya.
"Gimana, Mas?" tanya Airin lirih, "aku cantik, nggak?"
Airin sedikit cemas karena Pandji masih diam, hanya napasnya yang agak memburu, mungkin kelelahan setelah berjalan menanjak menuju vila. Tapi lantas kecemasannya terjawab, darah mengalir dari hidung pria itu, jatuh ke atas kemeja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Rhapsody
RomanceGenre cerita ini romance 21+ dengan sentuhan kearifan lokal. Tentang seorang darah biru bernama Raden Pandji pria yang dianugerahi semua unsur kelaki-lakian tak kurang satu apapun: rupawan, maskulin, bergairah, berstrata tinggi, cerdas, pemikat. Yan...