Raden Pandji Wiratama Lingga Adiwilaga adalah seorang diktator romantis sejati: versi Airin.
"Kamu harus balik ke rumah ini!"
Pandji menopang kepalanya di sisi Airin yang masih lemas karena nyeri nikmat di pinggulnya. Pipi dan dadanya masih kemerahan, rona sisa bercinta beberapa menit yang lalu.
Mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan barusan jaraknya cukup dekat sejak pendarahan terakhir selesai tapi keduanya seakan tidak peduli. Mungkin Airin peduli, ada sisa trauma pasca kuret, tapi Pandji yang tidak tahan ingin segera 'berkumpul' dengan kekasihnya lagi. Lagi - lagi menuduh emosi yang meluap karena pertengkaran mereka kemarin sebagai penyebab dirinya menginginkan Airin lebih.
Kalau ada yang ingat, selibat gue panjaaaaaaang banget! Protes Pandji muram.
Airin memutar bola matanya, "mulai lagi deh! Aku kerja, Mas."
"Buat apa sih kamu kerja? Buang - buang waktu?"
Gadis itu mendorong dada Pandji lalu menarik punggung ke posisi duduk, "buat bayar utang aku ke kamu, Mas. Belum lagi utang ke Nana."
Airin memejamkan mata saat lengan Pandji melingkari pinggangnya. Sebuah kecupan mendarat di pinggulnya yang ramping buat Airin harus menggigit bibir menahan desah.
"Utang ke saya kan udah dibayar pakai ini," Airin melengkungkan punggung dan mendesah pelan saat tangan pria itu menyelip ke antara pahanya. Pandji mendongak ke atas, mendorong kepalanya sejajar dengan payudara Airin, bertanya sambil bersiap – siap mengulum putingnya, "berapa utang kamu ke istrinya Tria? Saya lunasin, kalau banyak ya saya cicil dulu."
Airin menangkap kepala Pandji, tak mampu berpikir dalam keadaan seperti ini. Ia terengah saat Pandji tak mau melepaskan isapannya.
"Kamu kerja sama saya aja, saya bayar satu setengah kali gaji yang sekarang."
Airin melirik Pandji dan menggigit tipis bibirnya sendiri, "menarik sih, Mas. Tapi kerjanya apa? Jual diri ke kamu?"
Pandji membalas tatapan genit Airin dengan serius saat menjawab, "iya."
Tersenyum setengah gemas, ia mendorong Pandji hingga kembali terlentang lalu bergerak naik menindih tubuh berotot itu, "kan udah, Mas."
Pandji menggenggam gairahnya yang sudah mulai keras, mengarahkannya tanpa melihat saat Airin menurunkan pinggul dan mereka menyatu lagi.
***
Pandji membuktikan keseriusannya. Ia marah saat pulang kerja dan mendapati Airin sudah kembali ke rumah Tria. Dia pikir saya bercanda?
Pandji memacu kembali Juke setianya menuju rumah Tria dan membuat keributan di sana.
"Arin!" ia menggedor pintu rumah sahabatnya sambil meneriakan nama kecil perempuannya, tidak peduli waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, "Arin!"
Pintu terbuka namun Tria yang muncul dengan wajah super masamnya, "anjing! Lo gangguin malam Jumat gue, fuck!"
"Sorry, mau jemput 'malam jumat' gue-" balas Pandji praktis.
Airin muncul di belakang Tria masih dengan sikat gigi di mulut. "Mas Pandji ngapain, katanya lembur?"
"Kelarin dulu, Mas tungguin." Tak lama Isyana muncul dengan wajah yang masih merona, sepertinya Pandji memang telah mengganggu mereka berdua. "Na, sorry ya."
"Dih, gapapa. Kirain ada apa." Balas Isyana malu - malu, "aku buatin teh dulu ya-"
"Eh nggak usah-"
Kemudian Pandji menanyakan jumlah pinjaman Airin dan melunasinya saat itu juga karena ternyata jumlahnya tidak seberapa. Isyana yang bingung dengan ragu menanyakan ada hubungan apa antara mereka berdua dan Pandji menjawab apa adanya, pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Rhapsody
RomanceGenre cerita ini romance 21+ dengan sentuhan kearifan lokal. Tentang seorang darah biru bernama Raden Pandji pria yang dianugerahi semua unsur kelaki-lakian tak kurang satu apapun: rupawan, maskulin, bergairah, berstrata tinggi, cerdas, pemikat. Yan...