Arisan keluarga kali ini seakan menjadi awal mimpi buruk seorang gadis bernama Raden Ajeng Kartika Dian Danuardara. Dia baru kelas dua SMA ketika sayapnya dipatahkan dengan sesuatu bernama perjodohan. Sekalipun ia tahu nasibnya sebagai seorang darah biru yang suatu hari kelak akan dijodohkan atas dasar adat istiadat, namun usianya masih terlalu muda.
Terlebih ia baru saja menjalin hubungan untuk pertamakalinya dalam hidup, menikmati perasaan tertarik pada lawan jenis, dan juga jatuh cinta.
Tapi semua itu harus pupus karena ia ditunangkan secara mendadak dengan anak satu sekolahnya. Idola sekolah yang jago futsal dan menyanyi. Pria tampan beracun yang selalu bisa membuat gadis patah hati tanpa harus dipacari. Namanya Pandji.
Berpasangan dengan pria seperti itu bukankah sebuah mimpi buruk?
Hanya saja sikap Pandji di setiap kesempatan pertemuan keluarga sangat berbeda dari yang ia kenal di sekolah, Pandji selalu santun dan membanggakan orang tuanya.
"Kamu sekolah di mana?"
Saat itu Pandji buat dahi Kartika mengerut dalam, popularitas Pandji membuatnya dikenal banyak orang tapi tak mengenal orang - orang terpinggirkan seperti dirinya. Bahkan ia tidak sadar mereka berada di angkatan sekolah yang sama.
Orang ini yang bakal jadi suamiku?
Keputusan para tetua tak bisa ditolak, keduanya menyadari itu sebagai konsekuensi menjadi seorang darah biru. Dengan berat hati Kartika memutuskan hubungannya dan Pandji mencoba menghiburnya.
"Kita nggak perlu merasa tertekan dengan situasi ini. Kita bisa mulai dari berteman dulu?"
Kartika menyeka air mata patah hatinya, "tapi pacar lo banyak."
Pandji tergelak, "nggak ada, gue cuma nanggepin doang. Mereka aja yang terimanya beda."
Pandji berjanji mulai detik ini hanya ada Kartika dan akan menjaga hubungan itu hingga tiba waktunya menikah setelah lulus kuliah. Melihat kesungguhan Pandji, Kartika setuju untuk mulai membuka hati.
"Kalau gitu cium dong!" todong Pandji.
Kartika sontak tergagap malu, "d-, dih, ngapain!"
"Gue calon suami lo, kalo bukan cium gue mau cium siapa?"
"Ya tapi kan nggak sekarang, Ji."
"Kapan?" tantang Pandji, "Nunggu nikah? Keburu gue dicicipin oranglah."
"…"
Melihat Kartika terdiam karena bimbang, jelas Pandji tidak akan melewatkan kesempatan itu. Ia menyentuh dagunya lalu memiringkan wajah ke bawah meraup bibir Kartika yang terlalu tegang. Setelah itu ia pandangi mata gadis itu yang membulat dan berkata, "ada yang kurang?"
"Maksudnya?" tanya gadis itu polos.
"Bibir atas lo hilang, mungkin?" goda Pandji.
Kartika menggigit bibir menahan senyumnya semakin lebar, "apaan sih. Ya nggaklah!"
Senyum Pandji menghilang dari bibir, hanya tersisa sedikit di sudut matanya saat menatap wajah ayu merona Kartika. Ia menangkup pipi Kartika kali ini dan berkata, "kalau gitu gue mau lagi."
Ketika wajah Pandji kembali mendekat, kelopak mata Kartika terpejam perlahan hingga yang ia rasakan hanya hangat bibir pria itu.
**
Kediaman Adiwilaga dirundung duka mendalam, Raden Mas Haryo meninggal karena sakit saat memimpin tugas di luar pulau. Sembari menunggu jenazahnya tiba, Pandji tidak dibiarkan tenggelam dalam duka terlalu dalam oleh penasihat sang ayah dan pengacaranya. Beban tanggung jawab langsung berpindah ke atas pundaknya yang saat itu baru lulus SMA, sedang sibuk - sibuknya mendaftar kuliah ke luar negeri dan merencanakan hidup bersama Kartika di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/183474129-288-k769589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Rhapsody
RomansaGenre cerita ini romance 21+ dengan sentuhan kearifan lokal. Tentang seorang darah biru bernama Raden Pandji pria yang dianugerahi semua unsur kelaki-lakian tak kurang satu apapun: rupawan, maskulin, bergairah, berstrata tinggi, cerdas, pemikat. Yan...