Pandji berdiri dengan rokok terselip di antara bibirnya, ia berada di luar gedung luas yang sedang sibuk didekor oleh pihak Wedding Organizer. Sebenarnya ia tidak perlu datang hari ini jika mau, sebab Pandji tidak ambil bagian dalam seremonial pernikahan Gyandra, ia menyerahkan tugas itu pada Den Ayu dan saudara mendiang ayahnya, jadi ia tidak perlu mengikuti geladi resik.
Tapi Gyandra bilang kalau Airin akan datang karena gadis itu bertugas sebagai bridesmaidnya, pendamping kehormatan si mempelai wanita. Dan benar saja karena gadis itu ada di sana sekarang, sama sibuknya dengan Gyandra mengatur segala sesuatunya.
Dada Pandji terasa sesak saat akhirnya melihat gadis itu lagi, tangannya mengepal menahan rindu, ia tidak ingin seperti orang gila yang lepas kendali dengan memeluk dan mencium Airin di depan umum. Lagi pula belum tentu Airin mau menerimanya.
Bagaimana perasaan Airin mendampingi teman yang secara tidak langsung ikut andil merusak masa depannya. Gyandra menikahi pria baik - baik yang seharusnya menjadi suami Airin. Gyandra yang menyodorkannya pada sang kakak, si pria bajingan paling tega yang telah merusaknya hingga dijauhi teman, ditolak orang tua, bahkan ditinggalkan oleh pelakunya sendiri. Seharusnya Airin tidak mencintai Pandji, cintanya terlalu polos hingga ia yang paling tersakiti.
Energi yang terpancar dari senyum Airin terkesan mengandung tekad akan pembalasan dendam. Apapun yang ingin Airin lampiaskan, Pandji siap menjadi samsaknya. Asal bukan pada Gyandra, karena semua salah Pandji.
Sekarang Pandji semakin ingin bertemu dengan gadis itu karena semakin banyak saja tanya dalam benaknya.
Airin menjadi orang pertama yang protes saat bunga untuk dekorasi diganti dengan bunga artifisial. Sekalipun mereka menawarkan uang kembali, ia menuntut agar pihak WO secara profesional mengusahakannya. Airin bersikap lebih tegas daripada si mempelai wanita seakan - akan ini pernikahannya sendiri.
"Thank's ya, Rin!" Gyandra memeluk Airin erat - erat, "sebenarnya aku nggak peduli dia pakai bunga apa. Bunga palsu bagus juga, nggak perlu ngerusak alam, kan?"
"Kita nggak ngerusak alam, Gy. Bunga yang dipakai memang untuk kebutuhan konsumsi. Sama kaya ayam potong, dikembangbiakan untuk dimakan."
Gyandra mengulas senyum, " bisa aja ngelesnya." Ia menggigit bibir memandang Airin dan seketika merasa ironi, yang mau aku nikahin tuh cowok yang dijodohkan sama kamu. Apa benar baik - baik aja setelah aku lempar kamu ke kakakku yang bejat?
Melirik pergerakan Pandji mendekat di belakang Airin, seketika ia memperingatkan temannya, "Rin, jangan lari ya."
Sorot mata Airin berubah bingung, "lari kenapa?"
"Mas Pandji di belakang kamu," ia meremas pelan tangan Airin memberi semangat, "aku tinggal dulu."
Napas Airin tertahan saat itu, ia sudah tahu kemungkinan akan bertemu Pandji hari ini karena dia si empunya hajat. Tapi ketika saatnya tiba, Airin bingung harus bersikap bagaimana. Selama ini ia yakin sangat membenci Pandji, tapi apakah itu menjamin bahwa perasaannya sudah benar - benar mati? Bagaimana jika muncul lagi setelah mereka bertemu? Padahal ia ingin bisa bersikap biasa saja layaknya wanita dewasa.
Airin menarik napas hingga dadanya mengembang, mempersiapkan diri bertemu pria itu lagi setelah sekian lama. Apa kabar, Mas? Airin memikirkan basa basi itu untuk menyapa Pandji, selanjutnya ia harap obrolan mereka mengalir dengan wajar.
Ia menghembuskan napasnya lalu membalik badan, pria itu berdiri tepat sepuluh sentimeter di depannya, sedikit menunduk memandang langsung ke wajah Airin.
Ucapan 'apa kabar, Mas?' hilang dari kepalanya begitu mendapati sosok nyata pria itu lagi. Lidahnya kelu dan tak mampu berkata - kata, ia hanya bisa memuaskan netranya dengan memandangi seluruh bagian wajah Pandji. Pria itu setampan yang Airin ingat seakan waktu tak memakan tubuhnya. Muda, tegap, akan tetapi Pandji yang ini lebih muram. Terlihat dari sorot matanya, walau tidak sayu tapi tetap saja kelam seakan menanggung kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Rhapsody
RomanceGenre cerita ini romance 21+ dengan sentuhan kearifan lokal. Tentang seorang darah biru bernama Raden Pandji pria yang dianugerahi semua unsur kelaki-lakian tak kurang satu apapun: rupawan, maskulin, bergairah, berstrata tinggi, cerdas, pemikat. Yan...