(6) Witing Tresno Jalaran Soko Kulino

40.6K 4.3K 463
                                    

Sepenuhnya fiktif! Koreksi boleh, bully jangan 😁

***

Mau wanita dewasa, dewasa muda, remaja, sampai anak - anak, semua nggak suka di PHP.

Kemarin Pandji bersikap seakan - akan cemburu padanya. Bahkan menyiratkan keinginan mengganti cincin pemberian Rico di jari Airin. Tapi malam ini, malam minggu, Pandji terlihat sangat siap dengan kemeja lengan pendek dan celana jins, juga wangi parfum yang membuat orang buta sekalipun tahu bahwa ia seorang pria—pria macho yang tampan.

"Ke mana lo?" tanya Gyandra tak acuh ketika ia dan Airin nonton acara televisi membosankan sambil makan keripik pedas.

"Gue nggak pulang. Nanti jangan lupa kunci pintu gerbang." Jawab Pandji saat memasang arloji di tangan kirinya. "Gue berangkat!" saat berpamitan, ia melirik wajah datar Airin yang menatap lurus ke arah televisi seakan Pandji tidak ada di sana.

Airin kesal pada Pandji juga pada diri sendiri. Ia mengabaikan ajakan Rico untuk menghabiskan malam minggu setelah sikap aneh Pandji memenuhi benaknya kemarin. Nyatanya itu cuma salah satu dari omong kosong Pandji belaka, tak bermakna, tak berlanjut. Salah sendiri ia berharap lebih pada pria yang bahkan belum menegaskan perasaannya dan hanya suka tebar pesona.

Bohong jika Gyandra tidak merasakan panas lava pijar di sisinya. Airin jelas - jelas ingin meledak melihat sikap Pandji yang terlalu bebas. Bagaimana kalau Airin menyerah? Pikir Gyandra gusar.

"Enaknya ngapain ya, Rin?" tanya Gyandra tiba - tiba.

Airin melirik jam dinding dan merasa belum terlambat untuk mengiyakan ajakan Rico. "Kayanya aku mau jalan sama Rico deh. Dia ngajak ke live music gitu."

"Yah, aku sendirian dong."

"Ikut aja!"

"Nggak lucu. Dia ngajak kamu sendirian, nggak pakai pengawal."

Setelah memantapkan hati sejenak, Airin menyingkirkan bantal dan berdiri, "aku mau siap - siap aja deh."

"Rin!" Gyandra memutar otak untuk menggagalkan kencan Airin, "kamu mau ikut aku pulang nggak?"

Gyandra memejamkan mata, mengumpat pelan saat mengiyakan ide spontan di kepalanya. Ia sangat tidak ingin pulang ke rumah, ia enggan bertemu dengan ibunya. Tapi bisikan untuk pulang menjadi cara terbaik mencegah Airin mencari teman pria yang dapat mengobati kekecewaannya akan Pandji yang brengsek.

"Ayuk kemas - kemas!" Gyandra menarik lengan Airin ketika gadis itu mencoba mempertimbangkan idenya.

***

Seperti terlempar ke masa lampau. Kediaman keluarga Gyandra memiliki kesan Jawa Kuno yang kuat walau beberapa bagian jelas modern. Airin hampir tidak percaya keluarga mereka memiliki kolam ikan yang luas yang dikelilingi jalan setapak beratap persis seperti di rumah makan klasik.

"Jadi, kalau kami hidup di jaman dulu, tugas Mas Pandji lumayan berat sih," Gyandra melanjutkan ceritanya, "Pertama, dia harus jaga wilayah ini karena tempat ini termasuk daerah perbatasan. Kedua, dia harus pastikan pengikutnya nggak kelaparan dan sejahtera. Tapi karena sekarang sudah ratusan tahun berlalu, tugas Mas Pandji sebenarnya nggak ada selain mempertahankan bangunan ini. Tapi pengikut setia trah kami masih ada dan mereka menggantungkan hidup pada tanah kami jadi mau nggak mau kakakku harus perhatian juga ke mereka."

Airin takjub sekaligus takut mengetahui bahwa pria yang ia sukai bukan orang biasa, melainkan bangsawan dengan tanggung jawab.

"Kalian keturunan raja?"

"Bukan. Leluhurku tuh kaya bangsawan bukan karena garis darah raja. Leluhur kami itu ksatria yang diberi gelar. Jadi sebenarnya kasta kami nggak penting juga, cuma Ibu selalu menganggap penting."

Romantic RhapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang