EMPAT
"Tolong. Lepaskan dulu leher papa Alex. Sakit sayang."bisik Ibra dengan wajah yang meringis sakit.
Spontan Alex melepaskan belitan tangannya di leher sang Papa. Lalu tanpa di duga Ibra, dan Arum. Alex memanjat sofa dari belakang lalu jatuh di tengah-tengah Arum dan Ibra dengan kepala yang berada di bawah, dan kedua kaki yang melayang di udara hampir mengenai wajah Ibra, bahkan kaki Alex yang masih di bungkus sepatunya mengena pipi Ibra.
"Hoek. Turunkan kakimu Alex!"desis Ibra menahan mual.
Bagaimana tidak, kayak bau tai kucing kaki anaknya yang masih di balut sepatunya. Ibra hampir muntah di tempat.
Arum yang berada di ujung samping kiri Alex, menahan senyum. Mampus! Alex lah yang bisa membuat Ibra kalah. Arum hanya seorang pembantu, dia nggak punya kuasa untuk membalas setiap kesakitan yang di tanam oleh laki-laki itu padanya.
"Aduh...bau, ya, Pa? Hehehe tadi Alex injak apa gitu di belakang sekolah. Lihat mobil Papa, Alex langsung masuk. Alex Kangen berat, mau liat wajah, Papa."Ucap Alex dengan cengiran khasnya.
Anak itu telah duduk rapi di tengah, dengan kepala yang sedikit mendongak ke kanan untuk melihat raut wajah papanya yang memerah.
"Buka dulu sepatumu, Alex. Bau! Kamu jorok sekali."Kata Ibra dengan nafas yang masih di tahan.
Ia benci apabila hidungnya menghirup bebauan.
"Siap, Papa. Tapi jangan hilang-hilang. Kalau Papa hilang-hilang, Alex bakalan nggak mau ngomong sama Papa. Papa dapat hukuman dari Alex."Ucap Alex dengan nada penuh tekanan sambil melangkah mundur.
Ibra hanya mengangguk. Bau yang berasal dari sepatu Alex sangat menganggunya.
Sebelum berlari menuju kamar mandi untuk mencuci kakinya, yang kayaknya memang bau, Alex mengedipkan sebelah matanya pada mamanya. Ia begitu senang hari ini.
"Ikut aku. Siapkan air dingin. Aku ingin mandi."titah Ibra tegas tanpa menoleh sedikipun kearah Arum. Tanpa menunggu jawaban dari Arum, Ibra bangkit dari dudukannya, lalu melangkah menuju kamarnya.
Arum menghembuskan nafasnya lelah. Oh Tuhan...sungguh, Arum ingin lepas dari jerat Tuan yang sialnya telah menjadi suami siri sekaligus ayah anaknya.
Tapi kenapa begitu sulit?
****
Arum hanya duduk mematung di atas ranjang, dengan tatapan yang memandang kosong kearah Ibra yang tengah memilih-milih pakaian yang akan di pakainya.
Laki-laki itu menghabiskan waktu nggak sampai lima menit di kamar mandi. Lima menit, Arum berada dalam kamar mereka, perempuan itu hanya duduk diam bagai manekin. Arum ingin melihat dan membantu anaknya yang tengah mencuci kaki, Arum ingin menyiapkan makan siang untuk anaknya, anaknya pasti sudah sangat lapar. Tapi, Ibra dengan angkuhnya, menyuruh Arum agar Arum menunggu laki-laki itu selesai mandi saja. Baru Arum mengurus segala keperluan anaknya.
"Melamun lagi? Apa yang kamu lamunin?"Ucapan dengan nada sinis Ibra barusan, membuat Arum tersentak.
Arum sedikit kaget, pasalnya Ibra telah berada tepat di depannya. Arum juga menahan nafasnya kuat. Ibra, ternyata Ibra belum juga memakai pakaiannya. Tubuhnya juga hanya di tutupi oleh selembar handuk selututnya.
"Keringin rambut aku."Ibra melempar handuk kecil tepat di wajah Arum, lalu jatuh di atas pahanya.
Membuat Arum menggeram menahan amarah.
Arum mengambil dengan kasar handuk kecil di atas pahanya. Lalu melempar balik handuk kecil itu tepat di depan wajah Ibra.
"Keringin sendiri."tukas Arum tajam. Lalu Arum membuang pandangannya kearah lain.
Terdengar gigi Ibra yang bergemalatuk menahan amarah. Tapi Arum tidak peduli. Arum sudah sejak lama menginginkan dirinya, dan anaknya di lepas oleh Ibra. Tapi laki-laki itu sepertinya enggan untuk mengabulkan keinginannya tersebut.
Arum tidak ingin menjadi pembantu, dan isteri siri laki-laki itu lagi. Arum sudah nggak tahan, dan sanggup hidup dalam kehinaan, dan penuh caci dari orang-orang yang merupakan anggota keluarga Ibra.
"Berani, ya kamu melawan aku? Ingat! Kamu itu pembantu aku. Pembantu rasa isteri, atau isteri rasa pembantu?"Ucap Ibra dengan nada ejek.
Dalam hati, laki-laki itu menahan amarah yang begitu besar untuk Arum. Kedua tangannya di kepal erat. Takut tangannya akan khilaf memukul Arum, membuat wajah wanita itu merah, lalu akan banyak pertanyaan, dan pandangan memincing dari Alex untuk dirinya melihat mamanya yang terluka.
"Talak aku. Lepaskan aku, dan anakku. Aku nggak mau, dan sudi lagi menjadi pembantumu. Apalagi jadi isteri sirimu. Itu sangat menjijikan."Ucap Arum menggebu dengan tatapan yang menatap berani dan penuh tekad pada Ibra.
Ibra hanya tersenyum ejek dan menatap Arum remeh.
"Kamu jangan pede, Arum. Jelas aku akan mentalak dirimu nanti. Tunggu anakku masuk SMP. Jangan harap bisa bertemu Alex. Karena hak asuh Alex akan jatuh di tanganku."Kata Ibra riang dengan seringai khasnya.
Matanya menatap dalam kearah Arum yang terlihat membeku di tempatnya.
"Alex akan jadi milikku sepenuhnya."Kata Ibra lagi dengan nada penuh tekanan.
"DIAM!"Jerit Arum tiba-tiba.
Arum bangkit dengan wajah yang memerah dari dudukannya. Lalu telunjuknya menunjuk nanar tepat di depan wajah Ibra.
"Alex milik aku. Anak aku. Alex hanya akan tinggal dan hidup denganku, Ibra."Ucap Arum bergetar, telunjuknya masih setia menunjuk tepat hidung Ibra.
Tanpa sepengetahuan Ibra, dan Arum, sudah ada Alex sejak Arum menjerit keras barusan.
Alex membuka pintu pelan-pelan, lalu berdiri tanpa suara di ambang pintu mendengar jeritan kuat mamanya.
"Mama....Papa..."Panggil Alex pelan.
Serentak, Ibra dan Arum menoleh dengan raut kaget kearah Alex yang tengah berjalan takut-takut menuju mereka berdua.
"Alex."bisik Arum, dan Ibra secara bersamaan.
"Jangan main berantem. Alex takut, Mama, Papa."Ucap Alex lirih lalu secepat kilat anak itu berlari cepat untuk segera menubruk tubuh papa dan mamanya.
Alex ingin memeluk erat mama, dan papanya. Mama, dan papa nggak boleh lepas dari pelukan Alex.
"Alex Mohon. Alex nggak mau kayak Bella, Ma. Papanya pergi ninggalin Bella, dan mamanya. Alex mau tinggal sama mama dan papa."Ucap Alex dengan serak menahan tangis kali ini. Dengan kedua tangan yang melilit erat pinggang Arum, dan Ibra.
Bella, teman sekelasnya, terlihat mnyedihkan di kelas. Kata temen sebangku Bella. Bella sedih karena di tinggal pergi sang Papa. Itu mengerikkan, Alex nggak mau pokoknya di tinggal pergi.
Arum, dan Ibra semakin membeku, dengan tatapan yang saling menatap dalam dengan tatapan nanar.
"Jangan sebut kata talak. Alex cari di google, artinya mama dan papa mau pisah. Alex nggak mau, Ma. Hiks."Ucap Alex dengan isakan yang telah pecah kali ini.
Arum membuang pandangannya dari Ibra, lalu menutup kedua matanya rapat.
Permintaan anaknya sangat sulit untuk Arum kabulkan.
Mama nggak mau menjadi perusak rumah tangga orang. Mama nggak mau, kamu, dan mama terus mendapat hinaan dari orang-orang Papamu, Alex. Tolong mengertilah!. Bisik hati Arum mengiba di dalam sana, seakan Alex bisa mendengar jeritan hatinya di dalam sana, dan berharap Alex mau mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUANKU SUAMIKU
Romance29-08-2019-KAMIS LAPAK DEWASA ! 21+ Mau sama mau di dukung oleh pengaruh alkohol, Arum, dan Ibra melakukan kesalahan fatal di masa lalu, berhubungan layaknya pasangan suami isteri. Membuat Arum hamil, tapi sayang, belum sempat Arum memberitahukan h...