LIMA
Ibra menatap tajam pada Arum yang membuang pandangannya kearah lain. Pelan-pelam tanpa sepengetahuan Alex yang tengah menangis di bawah perutnya, Ibra meremas sedikit kuat tangan Arum, membuat Arum mau tidak mau melihat kearah Ibra.
"Gara-gara kamu!"desis Ibra tajam tanpa suara menyalahkan Arum.
Arum tidak membalas desisan Ibra, Arum mengeraskan wajahnya, membuat wajahnya yang putih memerah bak tomat karena amarah yang berkumpul di hatinya selama ini untuk Ibra.
"Lepas."desis Arum pelan.
Arum mulai merasa sakit pergelangan tangannya, Ibra begitu kuat mencengkramnya.
Alex mendengar desisan Arum, Alex mendongak dan menatap penuh tanya pada Arum dengan wajah yang telah basah, dan memerah.
"Lepas apa, Ma?"Tanya Alex serak.
Arum dengan wajah yang kaku, melemparkan senyum manisnya untuk Alex. Lalu perempuan itu menjongkok sedikit, menjajarkan wajahnya dengan wajah anaknya.
"Nggak ada. Kamu salah dengar, Sayang."Ucap Arum lembut.
"Anak Papa nggak boleh cengeng, Papa dan mama nggak berantem. Papa dan mama tadi hanya bercanda. Nggak boleh nangis lagi. Papa nggak mau punya anak cengeng. Payah!"Ucap Ibra dengan nada ejek yang di buat-buat.
Ibra lalu merangkum wajah anaknya agar menatap kearahnya. Pancaran mata Ibra memancarkan sinar sayang yang begitu besar untuk Alex. Begitupun Alex, memandang Ibra dengan tatapan penuh cinta dan kagum.
"Benar papa, ya. Tadi hanya bercanda. Maaf saja, Alex ogah punya papa tiri apalagi mama tiri. Itu menyeramkan."Ucap Alex dengan tubuh yang bergidik ngeri.
Banyak sekali sinetron-sinetron yang nggak sengaja Alex nonton di youtube tentang mama tiri. Semuanya jahat. Mau harta papanya doang, nggak sayang sama anak. Kalaupun sayang pasti sayang pura-pura di depan papa saja.
Alex sudah mendapat gadget saat anak itu naik kelas enam. Padahal Arum sudah melarang keras, agar Ibra jangan mengenalkan gadget pada Alex yang masih begitu kecil. Tapi, Arum nggak berdaya, ia selalu kalah. Ia hanya pembantu yang merangkap menjadi isteri siri Ibra.
"Para mama dan para papa harus tau. Anak-anak kecil kayak Alex ini butuh orang tua asli, Pa, Ma. Bukan Mama tiri atau Papa tiri. Alex pernah baca buku, kalau mama dan papa pisah, Alex akan kesepian, lalu nakal. Gitu, hayooo, mama dan papa mau punya anak nakal? Pasti nggak mau'kan? Jangan pisah, kalau nggak mau Alex nakal. Alex akan jadi anak yang manis."Ucap Alex menggebu dengan nada seriusnya.
Tatapan matanya, menatap penuh mohon pada papanya yang terlihat terpaku menatapnya. Agar papanya jangan pisah dengan mamanya.
Sedang Arum? Perempuan itu merasa merinding, mendengar ucapan Alex yang di ucap oleh anaknya itu dengan nada serius dan sungguh-sungguh.
Dalam sekejap, mata Arum kembali berkaca-kaca.Oh Tuhan... Anaknya begitu pintar. Arum menatap sayang sang putera yang tengah fokus menatap papanya.
"Papa bangga. Kamu pintar sekali, sayang."Ucap Ibra dengan suara seraknya.
Jantung laki-laki itu berdetak cepat di dalam sana. Hatinya bergetar mendengar ucapan penuh mohon anaknya.
Ibra saat ini telah memutuskan sesuatu yang besar untuk hidup anaknya ah lebih tepatnya, membuat kesepakatan ulang dengan Arum.
"Kamu pintar. Papa sayang Alex."Ucap Ibra lagi lembut. Lalu laki-laki itu membawa Alex ke dalam pelukan hangatnya.
"Alex lebih sayang, Papa."Balas Alex riang ungkapan sayang papanya. Alex menenggelamkan kepalanya manja di perut Ibra. Bibirnya tersenyum lebar, setelah seminggu menunggu, akhirnya papanya pulang hari ini. Alex sangat senang, dan Alex mau memeluk papanya sepanjang hari, hari ini.
"Papa...Ayo bilang sayang dan cinta sama mama. Cium kening juga. Alex nggak pernah lihat papa cium kening mama lagi."Alex menarik kepalanya dari perut Ibra, Alex menatap Ibra kesal kali ini.
Ibra, dan Arum sama-sama membeku mendengar ucapan tepatnya rengekan Alex barusan.
"Isteri kayak mama juga butuh kata sayang, dan cinta papa. Cium kening juga. Gitu, kata youtuber di youtube."Ucap Alex dengan cengiran khasnya kali ini.
Ibra, dan Arum semakin membeku mendengar ucapan Alex selanjutnya. Anaknya seperti sudah kelewat pintar. Arum seketika memandang tajam, dan sinis kearah ibra. Ini salah Ibra yang memberikan gadget untuk Alex yang masih kecil, dan nggak pantas tau untuk hal yang begituan.
"Pintar, ya anak Papa."Ibra kehilangan kata-katanya.
Laki-laki itu memberikan senyuman semanis mungkin untuk Alex. " Terimah kasih, sayang. Alex sudah mengingatkan papa, agar papa selalu menyayangi dan memanjakan mama."Alex mendapat ciuman lembut di keningnya dari papanya.
Alex tersenyum lebar. Ia bahagia hari ini. Sangat bahagia malah.
"Aduh, perut Alex mules. Mau berak, Pa. Alex pinjam kamar mandi mama, ya."Ucap Alex dengan wajah yang meringis menahan hajat yang sudah berada di ujung tanduk.
Tanpa menunggu jawaban dari mama atau papanya, Alex berlari terbirit menuju kamar mandi.
Meninggalkan Ibra, dan Arum yang masih terlihat membeku.
"Ehem..siapkan dulu makanan, Alex. Kita bicara nanti." Ibra membuka suara, lalu laki-laki itu beranjak keluar , ia ingin menelpon seseorang, mengabarkan, dan memberi pengertian, kalau dia tidak pulang malam ini.
Arum? Perempuan itu hanya bisa mendesah lelah. Arum lelah dengan semua skenario hidup yang ia jalani selama ini.
****
Ibra melangkah tenang menuju ranjang. Ada Arum yang telah berbaring miring membelakanginya di atas sana.
Ibra baru saja keluar dari kamar Alex, menunggui Alex tidur dan membacakan anaknya dongeng sampai anaknya terlelap.
Ibra telah berada di samping ranjang, menatap dalam diam kearah Arum yang berbaring meringkuk membelakanginya.
Ibra mendengus, baru jam sembilan malam, dan isteri sirinya sudah tidur lebih dulu tanpa menungguinya.
Ibra menelusuri tubuh montok semampai Arum yang di bungkus oleh baju tidur lengan pendek dan celana selutut wanita itu, manik hijau Ibra menatap dalam dari ujung kaki hingga ujung kepala Arum, semunya sempurna, dan menawan. Ada senyum puas yang terbit di kedua bibir laki-laki itu. Tatapan matanya telah berubah, dari tatapan tak suka dan sinis telah berubah menjadi tatapan cabul, dan sudah di penuhi oleh kabut gairah.
Arum begitu mempengaruhi tubuhnya. Hanya menatap, ia sudah bereaksi secara berlebihan.
"Di suruh tunggu malah tidur. Dasar keras kepala!" Rutuk Ibra kesal.
Pelan-pelan laki-laki itu naik ke atas ranjang, lalu tangan panjangnya, menarik lembut bahu dan paha mulus Arum yang putih agar Arum berbaring telentang. Celana longgar selutut Arum tersingkap, membuat Ibra menelan ludahnya kasar. Sial! Arum benar-benar cocok menjadi seorang wanita penggoda. Tubuhnya begitu indah, dan menawan.
Ibra dengan cepat menindih tubuh Arum, tanpa melukai wanita itu. Mata tajamnya menelusuri wajah pulas Arum dalam diam dengan tatapan dalam dan sendu.
Dulu...Abra sangat menyesali Arum yang..ah sial!
Ibra menggelengkan kepalanya kuat. Tidak boleh! Ia tidak boleh mengingat hal itu. Itu menjijikan.
Amarah begitu cepat mengumpul. dada Ibra bergemuruh di dalam sana.
Sekali lagi, Ibra menatap kearah wajah pulas Arum. Ibra bergidik jijik.
"Aku jijik padamu."desisnya sinis dengan tatapan benci yang teramat begitu dalam untuk Arum.
Lalu, laki-laki itu bangun di atas tubuh Arum secepat mungkin.
Ibra akan tidur memeluk anaknya sepanjang malam hari ini, agar amarahnya tidak meluap, lalu menyakiti Arum di saat tidak ada Alex bersama mereka.
Itu tidak baik!
KAMU SEDANG MEMBACA
TUANKU SUAMIKU
Romance29-08-2019-KAMIS LAPAK DEWASA ! 21+ Mau sama mau di dukung oleh pengaruh alkohol, Arum, dan Ibra melakukan kesalahan fatal di masa lalu, berhubungan layaknya pasangan suami isteri. Membuat Arum hamil, tapi sayang, belum sempat Arum memberitahukan h...