EMPAT BELAS

12.9K 747 13
                                    

Yg Nggak sabar pen baca lengkap  ini cerita sudah tersedia di playbook!

EMPAT BELAS

Arum menghembuskan nafasnya lelah berkali-kali dalam waktu lima menit. Ibra keluar dalam mode sok dingin, dan jarang bicaranya saat ini sepertinya. Ibra kayak petasan, mencercah, dan memberitahu pada Arum segala macam larangan, dan petuah.

Arum hanya mengangguk pelan, dan tak acuh. Membuat Ibra sesekali menggeram tertahan di seberang meja makan yang saat ini tengah menatap mengancam kearah Arum.

"Kamu jangan pernah sesekali memandikan Alex atau mekakaikan pakaian dalamnya, Arum. Alex sudah besar!"Ucap Ibra penuh tekanan, dengan nada yang terdengar frustasi.

Pasalnya Arum sepertinya tidak mendengar dengan baik-baik pesan-pesan positif yang barusan di sampaikannya.

"Alex masih kecil!"Ucap Arum datar.

Arum bosan mendengar kata-kata itu terus yang keluar dari mulut Ibra sedari tadi.

"Ya Tuhan! Sekali ini jangan membangkang, Arum. Alex pagi tadi barusan mimpi basah. Artinya Alex sudah besar. Kamu nggak boleh tampil dengan pakaian sembarangan, nggak boleh gantiin pakaian Alex lagi, nggak boleh mandiin Alex, nggak boleh semua apabila itu memperlihatkan aurat satu sama lain."Ucap Ibra frustasi dengan geraman tertahannya.

Arum sekali lagi menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Ibra sudah gila! Apa yang di pikirkan laki-laki itu, Alex memakai CD saja, kadang masih terbalik, dan salah. Anaknya pasti seperti gembel tak terurus apabila ia mekakai sendiri pakaiannya, apalagi pakaian sekolah, Alex masih buta mngacingkan bajunya, pasti tetap salah, dan nggak tepat pada tempatnya kancingan bajunya. Anaknya itu terlalu manja dan semuanya karena laki-laki itu sendiri!.

"Apa yang kamu pikirkan antara aku, dan Alex, Ibra?"

"Kalau aku memandikan, Alex? Memakaian bajunya? Apa yang kamu pikirkan?"Tanya Arum dengan raut marah yang di tahan sebisa mungkin oleh wanita itu.

Ada Alex, dan Alex sebentar lagi akan keluar dari kamarnya. Sabar! Bisik hati kecil Arum di dalam sana.

Ibra menunduk dalam sebentar, lalu semenit, laki-laki itu mendongak menatap intens kearah Arum yang terlihat tengah menatap dalam kearahnya juga.

Ibra merasa dadanya berdesir hangat di dalam sana, hati kecilnya bergetar hebat. Pengaruh Arum masih sangat kuat untuk seluruh jiwa, dan raganya. Rasa cintanya sangat kuat, tapi kenapa rasa marah, dan dendamnya masih melekat kuat di hatinya juga? Ah lupakan! Ibra menggeleng pelan.

"Intinya nggak boleh, Arum. Jangan tidur bareng Alex lagi kalau nggak ada aku. Tidur bertiga boleh."Ucap Ibra pelan.

Arum mengangkat sebelah alisnya, menuntun alasan logis apa, yang membuat Ibra membatasi ruang gerak Arum dalam mengurus anaknya. Oh Tuhan! Alex itu anaknya! Anak kandungnya!

"Ini jaman modern, dan gila, Arum. Ibu hamil sama anak ada, dan bisa."Ucap Ibra sinis pada akhirnya.

Arum mengaga di tempatanya, mendengar ucapan Ibra barusan. Arum nggak menyangka, kalau Ibra berpikir sejauh itu pada dirinya, dan Alex anaknya. Oh Tuhan!

"Gila!"Umpat Arum tajam, Arum nggak tau kata-kata apa yang pas, yang harus ia katakan pada Ibra sekarang.

"Aku nggak gila! Itu fakta, dan kenyataan yang pernah terjadi."Ucap Ibra bergidik ngeri.

Ibra tau, Alex anaknya sedikit mesum, ia sudah berkali-kali bolak-balik sekolah Alex karena panggilan guru, karena Alex pernah mengintip rok temannya beberapa kali, mencuri ciuman dari pipi temannya yang tercantik di sekolah. Bahkan memukul bokong anak cewek orang sudah pernah Alex lakukan. Makanya Alex takut masuk neraka tadi, pada saat ia mimpi basah. Alex akhir-akhir ini, sering Arum ajak nonton siksa-siksa dari macam-macam dosa khusus tontonan anak-anak dalam bentuk kartun.

Membuat Alex sedikit takut untuk melakukan hal-hal nakal yang melampaui batas.

Arum menghembuskan nafasnya panjang,

"Lantas, siapa yang akan mengurus Alex? Memakaikan bajunya? Memandikannya? Dia masih manja Ibra!"Ucap Arum dengan nada lelahnya kali ini.

Ibra diam.

"Mau sewa baby sitter? Emang boleh ada orang lain yang tau tentang aku?"Tanya Arum nada dengan dinginnya.

"Nggak'kan? Atau kamu aja yang urus Alex. Mau kamu tinggal di sini terus sama kami?"Tanya Arum dengan kekehan sinisnya.

"Jangan ngaco kamu! Aku nggak bisa! Ada Nella."Jawab Ibra datar.

Arum tertawa ironi di tempatnya. Tawa sumbang, ironi, kecewa, terluka semua tercetak jelas di wajah Arum saat ini, tapi sayang Ibra tidak melihatnya. Laki-laki itu tengah menunduk saat ini.

Sibuk merenungkan, ternyata ia selama ini, nggak adil!

"Makanya, kamu telan aja semua petuah kamu sedari tadi. Hanya aku yang mau mengurus Alex. Aku juga nggak mau anak aku di urus sama orang lain!" Ucap Arum tajam, untuk menutupi betapa kecewa, dan terlukanya dirinya saat ini.

Ibra semakin kicep di tempatnya.

Sedangkan di dalam kamarnya, Alex terlihat menuduk di samping kanan ranjangnya, mengulurkan tangannya pelan. Untuk meraih selembar foto yang tergelatak mengenaskan di sana.

Tiga detik, foto itu telah berada dalam genggaman Alex. Alex membalik penasaran lembaran foto yang sepertinya baru di cetak, harumnya kayak benda baru, sama masih rapi kertasnya.

Alex mengenyitkan kenignya bingung, tapi sedetik kemudian. Alex tersenyum lebar.

"Wah...Mama cantik waktu remajanya. Ih, mama cantik sekali. Aha! Kasih liat juga Papa. Papa pasti makin cinta sama Mama."Ucap Alex girang dengan kedua mata yang bersinar senang.

Alex bangga punya mama cantik, papanya ganteng juga, dan dia juga ganteng. Uhuyyy! Alex senang bangat pokoknya. Keluarganya ganteng, dan cantik, sama satu lagi, papanya kaya juga. Gitu kata kakeknya.

Alex mengira itu adalah foto mamanya. Padahal orang yang berada dalam lembaran foto itu, jelas bukan Arum. Alex nggak sempat untuk membaca tanggal di samping kiri bawah di foto itu. 2019. Foto yang di ambil pada Tahun 2019.

Tanpa kata lagi, Alex membalikan badannya, lalu berlari secepat kilat keluar kamar menuju meja makan di ruang makan. Mama, dan Papa ada di situ.

Tbc

TUANKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang