DUA PULUH SATU

11.2K 687 5
                                    

DUA PULUH SATU

Ibra menatap nyalang kearah langit-
langit kamarnya. Sial! Barusan ia mengalami mimpi buruk. Sangat-sangat buruk untuk Ibra.

Ibra sebenarnya tidak tidur pulas tadi, hanya tidur ayam-ayam dengan memeluk erat Nella yang sangat manja bahkan tidak ingin lepas sedikitpun dari dirinya sejak anak itu keluar dari rumah sakit empat hari yang lalu.

Ibra menatap gusar kearah kedua tangan Nella yang melingkar erat di lehernya. Anaknya terlihat pulas, dan tertidur nyaman di atas tubuh kekarnya.

Ibra ingin bangkit sebentar dari baringannya, dan mencuci wajahnya berkali-kali dengan air. Hatinya bergejolak panas di dalam sana, apabila memorinya memutar tentang mimpi sialan yang baru saja menyapanya.

"Aduh...kadang bikin kesal! Kenapa Nella harus semanja ini."lirih Ibra frustasi.

Tangannya dengan pelan-pelan mencoba melepaskan belitan tangan Nella di lehernya. Tidak bisa! Sedikit saja Ibra merubah posisi tangan Nella, Nella akan terusik dari tidurnya.

Ibra frustasi, dan menggigit bibirnya sedikit kuat untuk menahan rasa kesal, dan amarah yang tiba-tiba datang. Nella sangat berbeda dengan Alex. Tidur anak itu selalu pulas. Berbeda dengan Nella yang akan terbangun karena gerakan kecil atau suara berisik di sekitarnya.

"Ponsel. Mana ponselku?"Gumam Ibra sambil menoleh dengan susah payah kearah nakas.

Tapi, sayang. Tidak ada ponsel di sana.

Ibra lagi-lagi berdecak kesal.

Ibra ingin menelpon Arum, menanyakan apakah wanita itu tidak keluyuran? Alex baik-baik saja selama empat hari ini.

Tapi sepertinya, Arum keluyuran. Dalam mimpi Ibra tadi. Arum terlihat bahagia dengan laki-laki bajingan dulu, laki-laki pengkhianat, sama pengkhianatnya dengan Arum, tengah tertawa bahagia di pinggir pantai, dan saling bekejaran dengan wajah sumringah.

Alex anaknya juga terlihat manja pada laki-laki pengkhianat itu. Mimpi Ibra begitu nyata tadi. Seakan Ibra, ada di sana, dan menyaksikan dalam diam perselingkuhan Arum dengan selingkuhan wanita itu dari dulu.

Sial! Ibra menggeram marah, dengan hati-hati, dan tidak peduli Nella akan bangung. Akhirnya Ibra melepaskan belitan tangan Nella di lehernya, dan berhasil. Nella telah berada di sampingnya dan tidur dengan posisi telentang. Wajah anak itu terlihat merengek ingin menangis. Biar saja menangis dulu, ada Risa yang akan menenangkannya, tapi sepertinya Nella tidak menangis, dan kembali pulas.

Ibra dengan hati-hati bangkit dari baringannya dengan hati yang gusar.

Ia ingin menelpon Arum saat ini juga. Tidak rela, Ibra membiarkan Arum bahagia dengan laki-laki sialan itu, yang sialnya pernah menjadi sahabat karib ia di masa lalu.

Awas saja kalau Arum benar-benar keluyuran, dan bertemu dengan Raja membawa serta anaknya Alex. Lihat saja apa yang akan Ibra lakukan untuk Arum.

Ibra menyusuri kamarnya yang luas, melihat dimanakah ia meletakan ponselnya tadi pagi. Ada di meja depan sofa. Ibra berjajan terburu, dan mengambil kasar ponselnya yang berada di sana.

Mencari nomor Arum, dan memanggilnya secepat mungkin.

"Arggg! Sial!"Pekik Ibra sambil menjambak rambutnya frustasi.

Pasalnya operator'lah yang menjawab panggilannya. Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkuan.

Ibra lupa, kalau sudah seminggu lebih ia lah yang memegang, dan menyimpan ponsel Arum, dan ponsel Arum pasti mati karena kehabisan betrei.

Ibra melangkah gusar, ingin secepat mungkin menuju rumahnya yang lain di mana ada Arum dengan Alex di sana.

"Aish!"kesalnya lagi di saat ia melirik kearah tubuhnya yang bertelanjang dada, dan hanya celana kain selutut yang ia gunakan saat ini.

TUANKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang