LIMA BELAS

12.9K 800 10
                                    

LIMA BELAS

Alex, anak itu telah selesai memakai pakaiannya dengan rapi. Manik hijaunya menatap kagum pada tubuhnya yang lumayan tinggi untuk ukuran anak SD kelas 6 pada umumnya. Tubuhnya tinggi berisi, gen dari Papanya yang memiliki darah campuran Indonesia-Inggris mengalir begitu kental dalam dirinya. Hidung mancung, kulit putih kemerahan, manik mata yang mencolok yaitu hijau, bentuk rahang runcing tegas walau pipinya sedikit bulat. Semuanya Alex menjiplak wajah Ibra. Tidak wajah saja sepertinya, tapi sifat, dan kelakuan hampir-hampir mirip Ibra.

Alex berdecak, Alex nggak nyangka ia bisa pakai baju, dan mengancingnya dengan benar kali ini. Biasanya tidak serapi sekarang, Alex salah terus kalau pakai baju yang berkancing, sendiri.

Alex baru saja selesai mandi, Alex sebenarnya mandi dengan Papanya tadi. Tapi Papanya mandi cuman sebentar tadi. Alex yang ingin mandi lama, walau sudah di larang Papa, dan Mamanya, di tinggalkan oleh Ibra di kamar mandi.

Ibra sebenarnya tidak ada niat mandi pagi, laki-laki itu ingin tidur sedikit lagi. Kepalanya masih sedikit pusing, alasan lain juga perutnya sudah keroncongan, tapi Ibra harus memandikan anaknya, dan mengajarkan anaknya untuk membaca doa mandi wajib tadi.

"Papa bohong, nggak ada rambut di dagu Alex,"Ucap Alex kesal pada bayangannya yang memantul di cermin.

Manik hijaunya, menatap teliti pada area dagu, dan bibirnya. Nggak ada rambut yang tumbuh! Papanya bohong! Padahal, Ibra tadi mengatakan Alex sebentar lagi akan tumbuh rambut di ketiak, di atas bibir. Alex salah mengartikan ucapan papanya.

Alex menyugar rambutnya yang masih basah dengan kelima jarinya. " Hihihihi..."Alex terkikik geli saat ia mengingat petuah-petuah papanya pada saat mandi bersama tadi.

Alex sudah besar sekarang, Alex harus mandiri, jangan bikin mama repot-repot lagi, makan jangan minta di suap lagi, belajar pakai baju sendiri, mandi sendiri, semuanya di suruh sendiri sama papa. Alex nurut papa bakalan sering pulang. Begitulah kira-kira petuah-petuah yang di ku mandangkan oleh papanya untuk Alex. Jelas Alex mengangguk semangat. Alex kan mau melakukan apa saja kalau papa sering pulang, dan tidur bareng.

Tapi satu, yang nggak bakal bisa Alex turuti nasehat papanya. Di larang tidur sama mama lagi! Alex masih mau tidur sama Mama. Alex kan, masih butuh pelukan mama. Alex mengangguk saja, padahal dalam hati, anak itu berjanji akan mengingkar untuk yang satu itu petuah papanya.

"Hihihihi!"lagi, Alex terkikik geli.

Bahkan Alex menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Daun telinganya terlihat memerah. Perlahan Alex menjongkok, Alex malu lihat wajahnya sendiri di cermin.

"Alex sudah besar, bahkan Alex sudah bisa bikin anak!"

"Jangan bersentuhan dengan cewek, kecuali mama. Sentuh mama juga paling cium tangan, dan peluk doang. Ingat!"

Alex merasa malu, dan nggak percaya akan ucapan papanya yang di atas. Alex kan nggak tau cara buat anak, gimana bisa buat anak, sih?

Ish! Papanya pintar banget bohong!

Alex menurunkan kedua tangannya dari wajahnya. Wajahnya memerah bak kepiting rebus.

Alex menunduk, menatap malu pada lantai putih tanpa corak yang tengah ia pijak sekarang.

"Apa itu? Foto siapa yang jatuh?"gumam Alex sambil menjongkok untuk meraih selembar foto yang ada tepat di bawah kakinya.

Foto yang yang sepertinya baru di cetak itu sudah berada dalam genggaman Alex. Alex dengan rasa penasaran yang tinggi, membalikkan foto itu.

Kening Alex mengernyit bingung, tetapi sedetik kemudian. Senyum lebar terukir dengan indah di kedua bibir merahnya yag basah.

"MAMA!"Pekik Alex tertahan.

TUANKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang