SEMBILAN BELAS
Arum membuang pandangannya kearah lain di saat manik hijau yang menawan itu menatap tajam, dan tak suka kearahnya.
Arum pura-pura melihat kearah ibu kantin yang tengah membuat minuman untuk siswa yang nakal, yang pesan makan dan minum di jam pelajaran seperti ini. Untung saja, tidak ada anaknya yang bolos hari ini.
Alison, laki-laki paruhbaya itu'lah yang menatap tak suka, dan tajam kearah Arum sedari lima menit yang lalu. Arum kaget, melihat ada Alison juga di sekolah anaknya. Lalu dengan angkuh laki-laki itu mengajaknya untuk mengobrol di kantin, berakhirlah mereka di kantin yang tengah lengang, dan sepi ini.
Alison tidak menatap tak suka pada Arum saja saat ini, laki-laki itu juga menatap memincing kearah seorang bocah laki-laki yang tengah ndusel manja pada leher putih mulus Arum , dan duduk nyaman di atas pangkuan Arum sejak lima menit berlalu.
"Lihat-lihat Rangga, colok ni matanya!"Ucap Rangga sengit dengan jari telunjuk yang dinaik turunkan kearah Alison oleh anak itu.
Rangga, anak itu tadi ijin mau ke toilet untuk pipis. Setelah dari toilet ia haus, dan ingin minum. Rangga memekik tak terkira melihat Arum yang berada di kantin, kedatangan Rangga, membuat suasana yang tegang sedikit berkurang. Rangga meloncat ingin duduk di pangkuan Arum. Habis paha mama Abang Alex lembut, sofa kalah sama paha mama Abang Alex. Kan Rangga suka yang empuk-empuk. Hihihi. Paha mamanya nggak seempuk paha mama abang Alex kayak ada tulang-tulang gitu kalau di tindis atau di duduki, tapi Rangga akan tetap muji mamanya lah yang terbaik, dan tercantik di dunia ini.
Arum tersenyum tipis melihat keberanian Rangga, padahal umurnya masih delapan tahun, tapi anak itu berani pada Alison yang memasang wajah tak ramah sedari tadi.
"Tante kenal sama Om itu?"Tanya Rangga kelewat santai sambil menunjuk Alison malas dengan dagunya.
Arum hanya mengangguk kaku.
Alison, dia memperhatikan dengan intens kearah Rangga, persis cucunya. Putus hati laki-laki itu geli.
"Ish! Nggak boleh kenal, Tante. Auranya gelap gurita eh gulita . Kayak jahat-jahat gitu. Ayo salam balik, batalin kenalnya. Rangga nggak suka."Ucap Rangga tersungut-sungut. Bahkan anak itu ingin melompat dari pangkuan Arum, tapi di tahan Arum sebisa mungkin.
"Rangga, nggak boleh ngomong kayak gitu, Sayang. Harus sopan sama yang tua."Bisik Arum lembut.
"Sok lugu, dan baik."Ucap Alison dengan nada ejeknya melihat sifat lembut Arum pada Rangga.
Rangga abai akan ucapan Arum barusan, manik coklat anak itu, menatap memincing kearah wajah Alison. Udah keriput banyak bintik-bintik kayak warna kerayon di sekitaran hidung laki-laki itu.
"Nggak tua tante. Orang tua itu rambutnya warna putih. Om jahat itu rambutnya merah!"Ucap Rangga final.
Arum hanya bisa menghembuskan nafasnya panjang. Rangga sebelas dua belas dengan Alex. Susah gampang di atur.
"Tante nggak boleh kenal. Itu mata warna rumputnya mandang tante kayak burung elang. Tajam kayak jahat gitu. Huhuhu...Tante harus percaya sama Rangga,"Rengek Rangga manja.
Tidak tega melihat wajah merengek Rangga. Arum akhirnya menyerah. Arum mengangguk mengiyakan permintaan Rangga agar jangan mengenal Alison.
"Cukup dramanya! Saya ke sini hanya ingin memperingatkan kamu. Kamu nggak lupakan, kalau anak saya? Ibra ada isterinya, isteri sah dengan seoarang anak perempuan yang sangat membutuhkannya. Padahal saya sudah menyuruhmu pergi jauh dari hidup anak saya, dulu. Saya sudah mewanti kamu agar kamu membuat Ibra benci pada kamu. Tapi sepertinya kamu tidak melakukan dengan baik apa yang saya perintahkan dulu."Ucap Alison panjang lebar dengan sekali hembusan panjang nafasnya.
Alison abai akan tatapan Rangga yang tengah menatap tak suka, dan tajam kearahnya sekarang. Alison harus segara pergi dari sini, menuju rumah sakit untuk menjenguk Nella.
Arum hanya diam. Mendengarkan dengan jelas apa yang di inginkan lagi oleh ayah Ibra padanya saat ini.
"Alex, saya akan dengan berat hati setuju kalau kamu boleh tinggal dengan Alex sampai Alex cucuku masuk SMA nantinya. Tiga tahun, pergunakan waktu singkat itu sebisa mungkin dengan baik. Setelah itu, Alex akan menjadi milik kami seutuhnya. Calon penerus keluarga besar Alison."Ucap Alison dengan nada beratnya.
Alison sebenarnya tidak rela apabila Alex cucunya harus tinggal lebih lama dengan Arum. Itu nggak baik. Alex akan lebih terjamin hidupnya apabila hidup dengan ia, Ibra, dan Risa. Tapi ini demi Nella. Seperti Ibra, Alex sehat, anak itu pasti mengerti. Alison akan memaksa Arum untuk meninggalkan rumah dengan Alex anaknya. Alison tau, Alex lebih sayang mamanya di banding papanya Ibra. Alison akan menjamin hidup Arum, lebih-lebih hidup cucunya. Agar Arum menghilang dari hidup Ibra. Dan Alex jauh dari papanya sesaat. Kalau nanti, Nella sudah mendapat donor jantung, dan Nella sembuh total. Akan Alison jelaskan sebisa mungkin kalau Alex dan Nella adalah saudara, dan harus saling menyayangi satu sama lain.
"Cukup! Anda tidak perlu menjelaskan lebih. Tanpa di minta, saya akan pergi dari hidup yang penuh menyakitkan dari hidup anak anda. Anda tenang saja." Ucap Arum menahan amarahnya sebisa mungkin.
Alison mengangguk girang.
Rangga memandang bergantian pada wajah merah Arum, dan Alison tak paham. Rangga sudah sebisa mungkin menyimak dengan baik percakapan anatara Arum, dan Alison, tetap saja dia nggak ngerti.
"Baguslah."Gumam Alison pelan.
"Bertemu dengan anak anda kembali, itu seperti kutukan untuk saya. Secuilpun nggak ada dalam bayangan saya untuk bertemu anak anda kembali. Dan mengandung anaknya sekali lagi."Ucap Arum dengan kekehan pahitnya. Ucapan terkahirnya hanya di ucapkan oleh Arum dalam hati dengan senyum ejek. Karena betapa mirisnya hidup Arum setelah ia mengenal Ibra dulu.
"Baguslah. Ini, berikan kotak ini untuk Alex. Salam sayang dari kakeknya juga "Gumam Alison sambil meletakan kotak kecil indah di atas meja kantin, lalu tanpa kata lagi. Laki-laki itu beranjak meninggalkan Arum dengan hati yang membuncah bahagia.
Jalan Alison dengan Ibra berbeda. Alison mengusir Alex agar Nella sehat, dan Ibra fokus pada Nella. Sedangkan Ibra, mempertahankan Alex walau harus melepas Arum. Nella menerima Alex sebagai kakaknya. Entah apa yang akan terjadi nanti?
"Nangis aja Tante cantik. Ada bahu kecil Rangga. Sandar boleh, Tante kayak mau nangis."Gumam Rangga lembut, tangannya mengelus sayang kedua kelopak mata Arum secara bergantian. Membuat Arum menutup mataya menikmati betapa sayangnya Rangga padanya, terlihat dari cara Rangga yang tengah mengelus kelopak matanya saat ini.
Arum bagai ibu ke dua untuk Rangga. Baik kayak mamanya.
"Makasih, sayang."Ucap Arum terharu pada Rangga.
Rangga hanya mengangguk, Rangga tau Arum sepertinya lagi butuh ketenangan, dan ingin sendiri. Rangga dengan pelan turun dari pangukuan Arum. Cup, " Rangga, sayang Tante."Satu ciuman singkat mendarat di pipi putih Arum. Lalu, Rangga berlari secepat kilat. Rangga malu udah curi ciuman dari mama abangnya.
Arum tersenyum lebar melihat kelakuan Rangga di saat hatinya sedang sakit seperti ini.
Lalu, Arum merogoh ponselnya yang berada di kantung rok setumitnya. Mengetik dengan lincah sebuah pesan singkat pada seseorang yang akan menolongnya untuk kesekian kalinya.
Ja, Bolehka aku menumpang di rumahmu? Aku juga kangen Abel.
Arum berharap semoga Raja, mau menolong dirinya sekali lagi. Arum juga rindu anak pertamanya, Arum ingin memeluk Abel. Arum nyerah, dia hanyalah orang ketiga di rumah tangga yang bahagia itu, yang kebetulan laki-lakinya adalah mantan Arum. Yang tidak pernah Arum, dan Ibra selesaikan dengan clear kesalapahaman yang pernah terjadi di masa lalu, ah bukan kesalapahaman, tapi lebih tepatnya, Arum lah yang menjebak dirinya sendiri agar Ibra membencinya, sesuai dengan permintaan ayah laki-laki itu.
Agar Ayah Ibra tidak mengusik, keluarga besar Arum, sahabat Arum, dan Ibra. Biar Arum yang hancur, jangan keluarga, dan para sahabatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUANKU SUAMIKU
Romance29-08-2019-KAMIS LAPAK DEWASA ! 21+ Mau sama mau di dukung oleh pengaruh alkohol, Arum, dan Ibra melakukan kesalahan fatal di masa lalu, berhubungan layaknya pasangan suami isteri. Membuat Arum hamil, tapi sayang, belum sempat Arum memberitahukan h...