23

111 15 4
                                    

Karena mendapat telepon dari Minkyu pagi tadi soal kondisi mamanya yang melemah, Jonghyun meninggalkan kuliahnya dan segera pulang ke Bandung. Kini dia sudah berada di rumah sakit dan duduk di depan kamar sembari mengerjakan tugas-tugasnya. Kondisi mamanya sudah mulai stabil sejak sore tadi sehingga Jonghyun bisa bernapas lega.

"Gue udah dapet emailnya sekarang mau gue tinjau dulu...iya sori ya, Bi hari ini lo yang pimpin rapat...nggak tahu gue balik kapan pokoknya sampai nyokap lebih sehat aja. Oke, thanks." Jonghyun memutus percakapannya dengan Kwon Eunbi dan kembali sibuk dengan laptopnya.

"Mas." Minkyu baru keluar dari ruang rawat mamanya. Jonghyun mendongak dan mendapati Minkyu belum siap-siap pulang.

"Kok kamu belum siap-siap, Kyu? Bentar lagi Papa balik dari apotek." Jonghyun menepuk bangku di sebelahnya, menyuruh Minkyu untuk duduk.

Minkyu duduk di sebelahnya dan menatap Jonghyun gusar, "Mas, padahal udah Minkyu bilang jangan ke sini. Kan Mas Jonghyun jadi bolos kuliah lagi. Semester kemarin Mas sampai nggak lulus satu mata kuliah, 'kan?"

Jonghyun tersenyum samar. Karena keseringan bolos disatu mata kuliah, Jonghyun mendapat nilai D. "Kan bisa ngulang tahun depan, Kyu."

"Kalau mama denger, mama nggak bakal suka." Gumam Minkyu.

"Mama sekarang nomor satu. Kuliah kesekian. Aku nggak masalah kalau harus memperpanjang masa studiku asal bisa lihat mama kembali sehat." Kata Jonghyun. "Kamu justru yang harus mikirin sekolah kamu. Bentar lagi kan mau ujian nasional. Belajar yang bener biar kamu bisa masuk Tekkim."

Minkyu mengangguk, "Doain aja aku dapet undangan. Hehehe..."

Tak lama kemudian papa mereka datang. "Kyu, udah siap?"

Minkyu mengangguk. "Aku ambil tasku dulu di dalam." Sesaat setelah Minkyu masuk, papanya duduk di samping Jonghyun yang kembali fokus pada laptopnya, meneruskan tugasnya yang tertunda.

Papanya memandang Jonghyun cemas. Anaknya itu tampak kelelahan, bisa dilihat dari badannya yang mengurus dan kantung matanya yang semakin besar. Sudah banyak tugas kuliah, belum lagi menjabat sebagai ketua hima, sekarang sering bolak-balik Bandung buat nemenin mamanya. Belum terhitung saat kondisi mamanya menurun.

"Kalau capek istirahat, Jong." Papanya menyentuh belakang kepala Jonghyun dan mengusapnya pelan. "Kamu masih sulit tidur?"

Jonghyun melirik papanya sekilas lantas mengangguk. "Paling lama cuma dua jam."

"Banyak pikiran?"

Jonghyun tertawa kecil. "Kepikiran tugas. Kepikiran mama juga."

Sebenarnya ditambah satu. Kepikiran Soojin. Tapi dia nggak mau bilang, yang ada malah papanya semakin cemas. Hal ini bikin dia sulit tidur juga bahkan pernah nggak tidur selama 24 jam.

"Pa..."

"Ya?"

"Mama bisa sembuh, 'kan?" Sesungguhnya semakin berjalannya hari Jonghyun merasa sungguh pesimis. Kondisi mamanya semakin lama semakin menurun. Sudah beberapa kali kondisi mamanya memburuk meskipun setelah itu kembali stabil. Kemoterapi dilakukan agar pasien bertahan lebih lama. Jika pasien sudah melemah dan tidak sanggup menerima prosedur kemoterapi, mimpi buruk akan datang.

Papanya sempat diam dan tersenyum getir. "Terus berdoa, ya."

"Pa, ayo." Minkyu akhirnya keluar dari ruangan. "Mas, mama mau ketemu."

"Jong, kita pulang dulu ya. Kamu nggak apa-apa ditinggal?" Tanya papanya.

Jonghyun menggeleng. "Nggak apa-apa. Biar hari Jonghyun yang nemenin mama."

Setelah Minkyu dan papanya meninggalkan depan kamar rawat, Jonghyun mematikan laptopnya dan masuk ke dalam kamar. Laki-laki itu melihat mamanya tengah terjaga sambil menonton televisi. Jonghyun tersenyum dan langsung menghampiri mamanya. Dia mencium kening mamanya lama.

"Ma..." panggil Jonghyun.

"Hei, Sayang." Bibir kering dan pucat milik mamanya mengulas senyum. Senyum terbaik milik sang mama yang nggak pernah bosan Jonghyun lihat.

"Kok mama belum tidur?" Jonghyun menggenggam tangan mamanya dan mengecupnya pelan. "Gimana keadaan Mama?"

"Belum ngantuk." Kemudian mamanya menatap Jonghyun yang juga memandangnya dalam diam. "Kenapa? Mama jelek ya?"

Tangan mamanya yang bebas menyentuh kepalanya yang kini botak, tanpa ada sehelai rambut yang tersisa. Juga kulitnya yang mulai mengering. "Pasti mama jelek banget. Mama jadi malas ngaca lagi."

Jonghyun menggeleng cepat, "Buat Jonghyun, mama tetap wanita tercantik di dunia." Seburuk apapun kondisi mamanya sekarang, Jonghyun bakal selalu bilang mamanya adalah wanita tercantik yang pernah Jonghyun miliki.

"Jangan bikin mama geer, ya..." mamanya tertawa kecil. "Jong..."

"Ya?"

"Kata Papa kamu sekarang sulit tidur?"

Jonghyun mengulum bibir. "Kebanyakan tugas, Ma. Lagi sibuk-sibuknya. Belum tugas hima."

Mamanya menatap Jonghyun dengan mata sayu. "Bukan karena masalah kamu sama Soojin, 'kan?"

Jonghyun menunduk. Soal dirinya dan Soojin, hanya mamanya yang tahu. Bahkan papa dan Minkyu tidak tahu. Minkyu pernah bertanya sekali kenapa Jonghyun jarang menelepon Soojin. Jonghyun cuma menggeleng dan nggak mau menjawab.

Dia menghela napas, "Jonghyun nggak tahu, Ma..."

Sesaat setelah tangannya terlepas dari genggaman Jonghyun, mamanya mengusap pipi Jonghyun pelan. "Kayaknya kamu masih sayang dia ya?"

Jonghyun memejamkan mata. "Jangan bahas itu lagi ya, Ma. Sekarang fokusku cuma ke Mama, bukan ke yang lain. Mama tetep nomor satu."

Mamanya terdiam. Dia tahu anak sulungnya masih sayang pada gadis itu, tapi tetap bersikeras menolak. Dia pernah bilang pada Jonghyun kalau memang capek, Jonghyun bisa berhenti. Tapi tampaknya rasa sayang Jonghyun ke gadis itu terlampau besar hingga membuat anaknya tersiksa sendiri. Anak dihadapannya ini benar-benar seperti kehilangan semangat.

"Jong..."

Jonghyun mengangkat kepala dan menatap mata mamanya. "Ya, Ma?"

"Mama cuma mau lihat kamu bahagia, Sayang. Hidup dengan baik, ya..."

Jonghyun menidurkan kepalanya di sebelah tangan kurus sang mama. Membiarkan mamanya mengusap pelan kepalanya, seperti saat dia kecil dan butuh usapan ketika dia baru terkena mimpi buruk.

"Sumber kebahagiaan Jonghyun ya Mama. Jonghyun cuma mau Mama sembuh dan sehat. Biar kita berempat bisa kumpul lagi di rumah. Ya, Ma?"

***

Pandangan Soojin teralihkan dari laptop saat sedang sibuk mengerjakan tugas. Soojin bangkit dari duduknya dan izin pada teman satu kelompoknya untuk mengangkat telepon. Soojin terdiam saat melihat nama Kim Minkyu tertera di layar ponselnya.

"Halo, Minkyu?"

"..."

Alis Soojin terangkat saat tidak ada respon dari seberang. "Minkyu? Kepencet ya?"

"Ini Soojin, 'kan?"

Soojin membeku. Dia ingat suara ini.

"Ini mamanya Jonghyun sama Minkyu, Sayang. Masih ingat, 'kan?"

***

[BRODUCE TIME] Home // Kim Jonghyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang