6. Wartawan

1.5K 167 2
                                    

"I, kamu ngomong apaan sih?" Alarick kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I, kamu ngomong apaan sih?" Alarick kesal.

Irish menggeleng. "Mas, emang lebih baik ini—"

"Nggak! Nggak ada yang lebih baik dari yang namanya perpisahan!" ujar Alarick dengan nada tinggi.

"Mas masuk lambe itu tiga kali selama hubungan kita dua hari ini."

Alarick menggeleng. "'Emangnya kenapa? Kalo kamu emang nggak mau ke ekspos publik, kita bisa diam aja dan biarin mereka. Kenapa harus dengan berhenti, I?"

Kini Alarick berpindah duduk menjadi di sampingnya dan memegang kedua tangannya. "Ada cara lain selain berhenti. Aku sayang sama kamu, I."

"Mas..." tenggorokan Irish rasanya tercekat.

"Aku suka sama kamu sejak pertama kali kita ketemu. Aku sayang sama kamu, I," ujar Alarick dengan lirih. "Kalo kamu emang belum siap, aku akan berusaha sebisa aku agar kamu nggak terekspos oleh publik. Tapi tolong jangan tinggalin aku."

Kenapa rasanya Irish mendengar Alarick begitu putus asa. Seakan takut kehilangannya, takut jika Irish pergi darinya.

"Aku cuma punya kamu sebagai alasan aku bertahan. Aku nggak punya siapa-siapa lagi," lirih Alarick lagi.

Irish berpikir apa mungkin ini ada hubungannya dengan kejadian kematian keluarga Alarick dua tahun yang lalu?

"Mas..." Irish memeluk Alarick, saat ia menyadari kebodohannya. "Maaf, Mas."

"Jangan tinggalin aku, I." Alarick menggeleng, pria itu menenggelamkan kepalanya di bahu Irish.

"Mas...," ucap Irish lirih. "Maafin aku."

"Jangan, I, aku nggak akan bisa bertahan tanpa kamu."

Irish mengurai pelukan mereka. Ia menatap Alarick dengan lekat. Mata Alarick memerah namun tidak ada air mata disana. Mata itu menyorotkan luka yang begitu dalam, ketakutan yang begitu besar.

Astaga, apa yang udah aku lakuin?

Irish mengusap rahang Alarick, gadis itu mengangguk pelan. "Aku minta maaf atas ucapanku tadi."

"Aku sayang kamu, I.."

Rasanya jantung Irish berdetak lebih tidak normal lagi daripada yang sebelumnya.

"I..."

"Mas..."

Alarick mengecup keningnya dengan lama dan lembut, membuat Irish merasa nyaman.

Ciuman Alarick turun ke kedua kelopak matanya, lalu hidung, kedua pipinya dan yang terakhir bibirnya.

"I love you," bisik Alarick sebelum ia memperdalam ciumannya.

***

Irish membereskan buku-buku miliknya lalu memasukannya kedalam tas. Kelas terakhirnya hari ini baru saja selesai. Jam juga sudah menunjukkan jam 4 sore.

Closer To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang