[SUDAH DITERBITKAN OLEH AMB PUBLISHER]
[Tersedia di shopee @dennaasmara, website ambpublisher.com dan ebook di playstore]
#ProjectCelebrity-01
"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut anniversarry AMB Publisher tahun kedua."
H...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tenang dulu, Rik."
"Gimana gue bisa tenang, Gar? Ini Paris dan Irish sendirian. Gimana kalo ada orang yang jahatin dia? Gimana kalo dia kenapa-napa?!"
"Iya, gue tau, tapi lo juga harus tenang. Kita udah minta bantuan sama polisi patroli di sini." Gara menepuk bahu Alarick. "Sabar dulu."
Alarick menundukkan kepalanya. Ia mengkhawatirkan Irish. Sudah dua jam sejak Irish hilang dan Alarick masih belum menemukan kekasihnya itu. Alarick takut terjadi apa-apa pada Irish. Secara ini negara yang begitu asing bagi Irish.
Ditengah pikirannya yang kacau, ponsel dalam genggaman Alarick berbunyi. Sebuah panggilan dari nomor asing yang tidak ia kenal.
"Halo?" ucap Alarick dengan suara rendah.
"Mas?"
Alarick melebarkan matanya.
"Mas, ini aku Irish."
"Kamu di mana, Irish? Aku khawatir sama kamu. Kamu nggak ada di kamar dan nomor kamu juga nggak aktif!"
"Aku nggak tau aku di mana sekarang. Tolong, Mas, aku takut."
Alarick menghela napas, sedikit kelegaan muncul di hatinya. "Kamu di mana, sayang, biar aku jemput ke sana."
"Aku gak tau, Mas... hiks! Di sini sepi banget. Aku takut," ucap Irish dengan suara rendahnya lalu terisak.
"Tenang, I, aku pasti jemput kamu. Sekarang, kamu sebutkan ciri-ciri tempat itu," ujar Alarick dengan suara tenang agar Irish juga tenang.
"Deket air mancur, ada patung kuda, banyak pohon-pohon dipinggir jalannya."
Alarick bergegas masuk kembali ke dalam mobil yang disewanya diikuti Gara yang masih memperhatiakn Alarick.
"Jalan, Gar," ucapnya. "Tenang, I, aku jalan sekarang. Coba lihat, di sana ada nama jalannya nggak?"
"Ke mana?" tanya Gara bingung.
"Nggak tau. Tapi di sini ada toko Dior."
Alarick menoleh ke arah Gara. "Kita ke semua toko Dior ada di daerah ini," ujarnya.
Gara langsung melajukan mobilnya.
"Aku udah jalan, I, kamu jangan takut ya."
"Aku takut, Mas, di sini nggak ada siapa-siapa," isak Irish.
"Itu Dior," ucap Gara sembari menghentikan mobilnya.
Alarick melihat sekitar. Ini masih cukup ramai dan tidak ada patung kuda dan air mancur seperti kata Irish.
"Yang lain."
"Mas,"
"Ya, Sayang?"
"Mas, waktunya udah habis. Aku nggak punya koin lagi. Ini aku pake telepon umum," ujar Irish.