23. Terjebak

1.2K 97 6
                                    

"Kalo emang beneran, mending kita putus aja, Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalo emang beneran, mending kita putus aja, Mas."

Alarick membulatkan matanya—terkejut. Namun sedetik kemudian, pria itu tertawa renyah. "Kamu bicara apa sih, I?"

"Di kontrak itu, kamu nggak boleh pacaran, 'kan?" tanya Irish yang mampu membuat Irish seketika mematung.

"I...,"

"Kalo emang kayak gitu, aku nggak papa, Mas. Kita selesai. Ini demi kebaikan kamu."

Alarick menggeleng saat Irish mengatakan itu dan langsung memutar tubuhnya hendak meninggalkan apartemen Alarick. Namun sebelum itu terjadi, Alarick sudah lebih dulu menarik tangan Irish dan gadis itu berakhir di pelukannya.

"Kita bisa cari jalan ini sama-sama. Nggak perlu kayak gini," ujar Alarick pelan. "I, kamu tau, cuma kamu yang aku punya sekarang."

"Mas...," Irish memberontak, ia tidak ingin menangis di pelukan Alarick karena Alarick mengatakan itu.

"Aku bisa melakukan semuanya tanpa kita harus putus," ujar Alarick lagi.

"Tapi apa? Gimana? Kamu mau membohongi mereka? Itu sama aja kamu bunuh diri, Mas."

Alarick melepas pelukan itu, namun ia tetap memegang Irish agar gadis itu tidak pergi. "Kontrak aku hanya tiga bulan. Setelah selesai, semuanya akan baik-baik aja. Kita hanya perlu pura-pura di depan media kalo kita udah nggak ada hubungan apa-apa."

Irish melepaskan tangan Alarick yang terus memeganginya dengan paksa. "Mas, udah. Kalo kamu kayak gitu, itu akan terlalu beresiko."

Alarick menggeleng.

"Mas, lepasin. Ini semua demi kebaikan kamu, jadi aku rasa semuanya harus se—"

Ucapan Irish terpotong karena Alarick langsung membungkam bibir Irish dengan bibirnya. Alarick tidak ingin memberikan Irish kesempatan berbicara jika itu hanya untuk memperburuk keadaan di antara mereka.

Untuk itu, Alarick segera menendang pintu apartemennya agar tertutup lalu memeluk pinggang Irish dan membawanya menuju sofa—tanpa melepaskan bibirnya yang tengah memagut bibir Irish dengan paksa dan sedikit kasar.

Irish memberontak—tentu saja. Cara Alarick menciumnya tidak seperti Alarick biasanya. Ini begitu menyakitkan sampai ke hati Irish. Jadi, Irish langsung menangis, menumpahkan segala yang bersarang di hatinya, termasuk tentang ketidaksiapan ia dalam menghadapi kenyataan ini.

Alarick merasakan rasa asin di antara ciuman mereka. Air matanya bercampur dengan air mata Irish.

Iya, Alarick menangis!

Closer To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang