XV

1.3K 169 40
                                    

*AUTHOR's Point of View*

Jetlag nampaknya tidak berpengaruh pada Dylan. Dua jam setelah mendarat dia langsung meminta izin untuk bertemu teman-temannya. Awalnya Sadrie menolak karena dia mengkhawatirkan kondisi Dylan dan tidak ada pengawalan apapun yang diminta Dylan alasannya karena itu akan terlihat aneh bagi teman-temannya, namun ayahnya mengizinkan karena bersosialisasi juga baik untuk Dylan. Setelah melalui perdebatan yang panjang akhirnya dia diperbolehkan pergi dengan syarat dijemput oleh seorang teman, dia meminta Scope untuk melakukan tugas itu ditambah Dylan juga diperbolehkan untuk tidak memakai gelang ajaibnya selama mereka di Amerika.

Scope adalah sahabat wanita Adiba. Selama di pesawat Dylan melakukan wawancara singkat melalui pesan singkat dengan Scope mengenai kehidupan Adiba setelah Dylan kembali ke Indonesia. Di dalam mobil, Dylan tidak berkata apapun karena semua yang ingin dia ketahui telah dijawab oleh Scope.

15 menit kemudian Scope menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang sudah sangat ramai. "Who's party is it?" tanya Dylan.

"Don't have any idea. But my source said that she's gonna be there." Jelas Scope.

Dylan melayangkan pandangannya ke arah sekeliling mereka. Ada banyak wajah yang ia tahu, terutama para anggota penyorak yang terlihat sangat bersemangat. Dylan melihat jam tangannya, pukul 9.48. "You can't be here. I'll go find her. You, just go." Kata Dylan yang langsung melompat keluar dari mobil Scope. Tanpa pikir panjang, Scope mengikuti perintah Dylan.

Dylan memasuki rumah tersebut. Gendang telinganya serasa mau pecah akibat suara musik, aroma alkohol dan berbagai macam parfum bertebaran di udara. Entah ada berapa pasangan yang berciuman atau sekadar mengobrol. Dylan terus melangkah masuk, mengelilingi rumah untuk mencari Adiba. Untungnya dia tidak terlalu terganggu dengan suara keras dan orang banyak malam ini, jika tidak dia mungkin saja akan mengalami meltdown lainnya.

"Hey, I miss you." Kata seseorang yang baru saja menyergap Dylan dari belakang dan mencium lehernya, spontan Dylan menoleh.

Anne Declora, seorang teman Dylan ketika ia masih bersekolah di Amerika.

"Anne, you smell so much like alcohol. I don't like it." Tegur Dylan sambil melepaskan Anne yang mulai merambat di tubuhnya.

"I just drink a little, not even drunk yet. Why so sensitive? I miss youu." Anne meminum minuman yang berada di dalam gelasnya.

"I need your help, so you better stay clean." Jelas Dylan.

"Okay. Okay. If I know where your Indonesian girl is, what would I get from you?" Anne menggigit bibir bawahnya, matanya melirik Dylan dengan genit, tubuhnya kini menyentuh tubuh Dylan.

Dylan yang sudah mengetahui keinginan Anne hanya menggelengkan kepala, "I'm not in mood."

Anne terlihat kecewa, kini kedua tangannya memegang pipi Dylan. "But I miss you sooo much, can we do it one-more-last time?"

Dylan tidak membalas, membuat Anne memohon lebih. "Pleaseee, just a quick play?" Mohon Anne, namun Dylan tetap diam berarti dia tidak setuju.

"Okay, just shut your mouth like that for a thousand years Dylan!" Bentak Anne yang tidak membuat perubahan sama sekali terhadap ekspresi Dylan.

"How about a kiss? Pleaseeee, everyone wants to f*ck me but I'm dying to f*ck you and now all i ask is a kiss. That's not too much to ask." Protes Anne.

Dylan mendekatinya, lalu mencium pipinya. "Now that's enough, okay?" tanya Dylan.

"Living in Indonesia changed you a lot. Okay then. She's upstair." Kata Anne terlihat kesal.

CHILIADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang