*Author's POV*
Sejak kedatangan Puti, Dylan seakan lupa kalau dia masih memiliki soal-soal matematika yang belum dikerjakan. Nampaknya, keberadaan Puti bisa mengalihkan Dylan dari perasaan sedihnya. Dia bahkan mengajak Puti untuk keliling rumah, memperkenalkan Puti kepada setiap orang yang bekerja di rumah itu, kepada setiap ruangan yang ada, menjelaskan apa saja yang harus Puti lakukan jika menginginkan sesuatu, tidak lupa untuk mengenalkan peliharaan kucing dan ikannya yang berjumlah ratusan. Dari situ Dylan tahu bahwa Puti memiliki ketakutan terhadap kucing, dan dia dengan sigap mengurung Mocko di kamarnya agar tidak mengikuti Dylan dan Puti. Lebihnya lagi, ruangan yang penuh dengan permainan arkade di samping kamar Dylan dimintanya untuk dikosongkan dan diatur ulang untuk dijadikan kamar Puti padahal ada banyak kamar kosong lainnya. Karena hal itu juga, malam ini Puti akan tidur bersama Dylan.
Di dalam kamar Dylan, Puti terlihat canggung. Sebelumnya dia tidak pernah melihat atau bahkan memasuki rumah yang lebih besar dibanding kantor kecamatan di kampungnya. Kali ini, kehidupannya seakan berubah 180°. Dia seperti seorang tuan putri yang tinggal di dalam istana yang sudah diisi oleh dua tuan putri yang jauh lebih-lebih segalanya dibandingkan dia. Kamar Dylan yang baru saja selesai direnovasi sebulan yang lalu pun tidak berhenti membuatnya berdecak kagum. Di dalam kamar Dylan ada sebuah kamar mandi yang luasnya sama dengan kamarnya di kampung. Di sepanjang dinding kamar tidur dan kamar mandinya dikelilingi akuarium yang diisi berbagai jenis ikan yang berwarna-warni, membuat pandangan dari kamar tidur dan kamar mandi tembus selebar akuarium itu. Di lantai satu rumah ini benar-benar ada akuarium yang menempel di sepanjang dindingnya, bersekat-sekat tergantung ikan air asin atau air tawar, koloni atau individu, sensitif atau tidak. Sedangkan di lantai dua, akuarium hanya ditemukan di kamar Dylan. Disimpulkan oleh Puti, hanya Dylan yang menyukai ikan segitunya. Selain itu di kamar Dylan hanya diisi tempat tidur ukuran besar, sebuah meja dan kursi yang menghadap ke luar dengan banyak kertas dan buku di atasnya, sebuah buffet di samping kanan-kiri tempat tidur, sebuah lemari yang lebarnya sama dengan tempat tidur, dan sebuah lemari kaca yang di dalamnya berisi miniatur ekosistem berbagai lingkungan hidup lengkap dengan semua binatangnya, dari pemimpin kawanan hingga yang baru lahir.
"Kenapa kamu tidak ganti baju?" tanya Dylan yang mengagetkan Puti, di sampingnya Dylan sedang memakai piyamanya.
"Biasanya aku tidur pakai baju biasa kaya ini aja." Jawab Puti.
"Kamu bisa pakai piyama ku." kata Dylan lalu mencari-cari sesuatu dari lemarinya, "Ini." Dia menyerahkan sepasang piyama berwarna krim muda kepada Puti. Puti menerimanya dengan senyuman lalu terbingungkan lagi dengan dimana dia harus mengganti bajunya karena dia tidak terbiasa melakukannya di depan orang lain. "Kenapa?" tanya Dylan.
"Eh, aku gak biasa dilihat orang lain." Jawab Puti gugup, tidak ingin membuat Dylan tersinggung.
"Okay." Dylan membalik badannya, membelakangi Puti. Puti lalu mengganti pakaiannya secepat mungkin sebelum Dylan membalik badannya lagi.
"Sudah." Katanya setelah selesai. Dylan membalik badannya, lalu berjalan menuju Puti. "Piyama itu jadi milikmu." Katanya sebelum Rezka masuk ke kamar Dylan dan menyuruh mereka berdua untuk makan malam bersama. Rezka harus tidur dengan Sadrie malam ini, lantaran Dylan lebih dulu meminta Puti untuk tidur di kamarnya.
Di meja makan sudah ada Mr. McKenzy dan Sadrie, mbok masih menyiapkan makanan, dan Rezka ikut turun bersama Dylan dan Puti. "Bagaimana hari kamu selama beberapa jam di sini?" tanya Mr. McKenzy kepada Puti ketika mereka bertiga duduk dengan formasi yang sama dengan tadi siang. "Baik-baik saja pak, perlu penyesuaian saja." Jawab Puti dengan senyum yang tertahan. "Dylan baik ke kamu?" tanya Mr. McKenzy lagi sambil melirik Dylan yang menuangkan susu ke mashed potato nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHILIAD
RomanceAnehnya aku bisa mendengar namanya digaungkan oleh jantungku di setiap detakan. Ku pikir itu hal yang normal atau hanya permainan telinga dan otakku saja, tapi mungkin aku salah karena hal itu berulang lagi setelah tahunan. [Cerita Lanjutan dari Ma...