XVI

1.3K 149 25
                                    

*DYLANA's Point of View*

Hari yang cerah di penghujung musim panas. Ini hari kedua ku kembali ke kota kecil ini, kami hanya akan menghabiskan beberapa hari lagi di sini. Seharian aku berjalan kaki mengelilingi kota, melihat sekolahku, pergi ke taman, mampir ke toko buku, menonton pertandingan baseball dan kini aku kehabisan tujuan. Rasanya aneh, berada sendirian di kota ini. Padahal awalnya aku selalu sendirian, sampai ada Adiba yang selalu menemukanku dimanapun aku berada dan menemaniku menghabiskan waktu. Kini rasanya sunyi, aku tidak merasa sesunyi ini ketika berada di Indonesia. Aku tidak ingin berhenti karena rasanya kesunyian itu langsung menerkamku jika aku berdiam diri, jadi aku terus berjalan agar aku bisa mendengar setidaknya langkah kakiku sendiri.

"Oy! Expensive watch girl!" Teriak seseorang membuatku menghentikan langkah.

"Yeah, you! Come here." Aku membalikkan tubuhku secara perlahan, seorang pria dengan perut buncit dibalut dengan seragam khas penjual es krim nya yang ceria tersenyum lebar ke arahku.

"Come here, let me give you a free ice cream. It's been a while since your last visit, your friend always buy my ice cream since you brought her here." Dia berkata-kata sambil jalan memasuki kedainya kembali.

"Matcha, right?" Tanyanya sambil menunjukku dengan cone yang sudah ada di tangannya, masih dengan senyuman lebar yang membuat bulu-bulu di wajahnya saling bertabrakan dan bahkan menusuk bagian wajah yang lainnya.

Aku mengangguk. "Hahaha, your friend always ask for the same flavour too." Katanya sambil menyendok es krim berwarna hijau ke dalam cone. Ini adalah kedai es krim yang pernah ku kunjungi bersama dengan Adiba. Dimana aku memesan es krim namun tidak membawa uang lalu ku berikan jam tangan pemberian Dad kepada pria ini, namun Adiba langsung menebus kembali jam tanganku dan membayar dengan uangnya sendiri.

"Here you are." Pria ini memberikan es krimnya kepadaku.

"Thank you." Ucapku.

"You are welcome, come by when you need an ice cream!" Serunya. Aku hanya tersenyum lalu kembali melangkahkan kakiku. Beberapa langkah, aku kembali ke tempat tersebut.

"Hi, I'm sorry, but you said my friend always buy your ice cream. Is she here today?" Tanyaku, pria yang tadinya sedang membersihkan mejanya langsung mengerutkan keningnya.

"No, the last time she came was 4 days ago. I just realized it, she usually come here daily." Jelasnya. Aku mengangguk-angguk, lalu kembali mengucapkan terima kasih.

Di perjalanan, aku tertawa. Entah bagaimana tapi menurutku itu hal yang lucu. Untuk apa Adiba datang ke kedai es krim itu setiap hari hanya untuk merasakan es krim dengan rasa yang sama? Maksudku, yang autis kan aku, bukan dia.

Aku menuju ke sebuah sekolah yang tidak jauh dari situ. Aku duduk di halte busnya hanya untuk menikmati es krim. Sekolah ini tidak berbeda jauh pemandangannya dari sekolah ku yang dulu, seluruh catnya didominasi warna putih. Sebuah bendera Amerika berkibar di halamannya. Tidak ada yang bersekolah saat ini karena sedang libur musim panas, namun ada beberapa anak SMA yang bermain-main di halamannya.

Setelah menyelesaikan es krimku, aku kembali berjalan. Kali ini aku menuju ke rumahku, karena hari mulai sore. Tiba-tiba saja pemikiran tentang Adiba menggebu-gebu memenuhi kepalaku, bersuara keras hingga gesekan kakiku dengan aspal tidak bisa lagi mengimbanginya. Aku terus berjalan dan menyeret kakiku lebih keras ke aspal agar fokusku teralihkan, hingga aku menabrak sebuah telepon umum yang terletak di pinggir jalan. Keras sekali, hingga aku terjatuh dan kepalaku berdenyut.

CHILIADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang