Pemuda itu menelan ludah. Berusaha menyembunyikan kegugupan. Dia sudah susah payah meminta izin kepada keluarganya hingga sampai ke titik ini.
"Alan Pranata. Anak pertama dari dua bersaudara. Ayah meninggal saat saya masih SMA. Belum berpenghasilan tetap, namun saya punya usaha percetakan dengan beberapa teman. Selain itu, keluarga saya mengelola toko bahan kue.
"Alasan saya sering terlambat kuliah karena harus mengantar ibu ke toko setiap pagi. Adik saya baru masuk SMA dua tahun yang lalu. Kami hanya tinggal bertiga di rumah. Apa profil saya cukup layak untuk mendaftar jadi adik ipar Anda?"
"Jika hanya seperti itu, lantas apa yang kamu tawarkan untuk adik saya? Apa yang membuatmu berbeda? Saya butuh pertimbangan lain."
"Insya Allah kesamaan visi," sahut Alan kalem.
"Apa kesamaan visi mampu menjamin kebahagiaan?"
Telak.
Alan bergeming.
-TBC-
Hi, hi!
Aku balik lagi bersama pasangan baru, Alan-Adiba a.k.a Aldiba.
Aku kepo, apa sih yang bikin kalian pengen baca cerita ini?
Ah, iya. Sebelum kalian berharap, di deskripsi udah kukasih keterangan kalau Hampa bakal slow update.
Aku belum punya jadwal pasti, tapi aku usahain seminggu sekali. Insya Allah.
Jangan lupa add ke library-mu. 😉
Jumat, 1 Mei 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hampa | ✔
Spiritual[Chapter lengkap] Spin-off Parak. "Apa kesamaan visi mampu menjamin kebahagiaan?" Seharusnya, iya. Ibarat kompas, visi akan menjadi penunjuk arah. Apa pun masalahnya, semua dapat terselesaikan dengan berpedoman pada visi. Akan tetapi, bagaimana bila...