1.1 Izin

1.2K 119 62
                                    

"Mungkin itu saja yang bisa dibahas. Mari kita akhiri forum ini dengan doa penutup majelis." Adiba menutup mushaf di tangannya.

Pagi ini, selepas salat Subuh, anak-anak rumah binaan Darul Mutaqin melaksanakan kajian seperti biasa. Forum tersebut berlangsung selama tiga puluh menit. Sesuai kesepakatan di awal, penghuni rumah yang dianggap mampu oleh pengurus, silih berganti mengisi kajian mengikuti jadwal yang telah ditetapkan.

Adiba mendapatkan kesempatan di Sabtu pagi.

Selanjutnya mereka memilik jadwal free. Artinya, setiap orang bebas menggunakan waktunya untuk sesuatu yang bermanfaat. Adiba bangkit usai bersalaman dengan peserta forum.

"Kak, besok free?"

Gadis itu menoleh. Lantas tersenyum simpul. "Kenapa emang, Zah?"

"Itu ... para mentor mau rujakan. Maaf karena baru ngasih tahu sekarang. Idenya muncul dadakan." Izah menggaruk pipinya. Terlihat agak sungkan.

"Oke, terus?"

"Ya, kami berharap, kakak-kakak DPO bisa hadir. Ini bukan acara formal, kok. Cuma pengen sharing masalah LDK aja."

Adiba manggut-manggut. "Arisha dan Aurel udah dikabari?"

Izzah mengangguk. "Kak Aurel nggak bisa. Lagi pulkam. Kak Arisha belum pasti soalnya di lokasi penelitian. Kalau dapat pinjaman motor, ya beliau bakalan hadir."

Adiba termenung sebentar. Sedang mempertimbangkan ajakan juniornya di LDK Al-Hikmah.

Izah menjabat sebagai Kepala Bidang Kemuslimahan menggantikan dirinya. Dia sebetulnya angkatan 2018. Jika ditinjau dari segi usia, angkatan 2017 yang bertugas periode ini. Namun, sebab kekurangan kader, Izah didaulat lebih cepat dari semestinya.

Oleh karena alasan itu pula, Adiba dan kedua temannya masih diamanahi menjadi mentor. Tak ada pilihan lain. Walau sudah demisioner, mereka tetap terlibat secara masif dalam urusan pembinaan tsaqofah keislaman anggota.

"Gimana, Kak?"

Adiba tersentak. "Uh, jam berapa, Dek?"

"Delapan di gazebo dekat perpustakaan."

"Berapa lama?"

"Paling dua jam, Kak."

"Insya Allah, iya. Tolong ingatkan lagi. Aku mau nginap di rumah kakakku. Nanti berangkat dari sana."

Izah mengacungkan jempol. Wajahnya berubah semringah. Setelah mengucapkan terima kasih, dia pun pamit undur diri.

Adiba langsung melanjutkan aktivitasnya. Dia akan berjalan-jalan di kampus seperti biasa. Hendak menghirup udara segar di sela-sela padatnya kawasan indekos.

Waktu tempuh menuju gerbang kampus hanya membutuhkan sekitar 7 menit dengan berjalan kaki. Adiba sudah terbiasa. Sebelum pindah ke sini, dia pun sering jalan pagi di rumahnya yang dulu.

Baiklah.

Adiba bergegas mengganti pakaian. Gamis berbahan balotteli, dengan nuansa biru pastel, dan kerudung instan berwarna senada, akan menjadi outfit-nya pagi ini. Usai memakai sepatu sport di rak dekat pintu utama, Adiba langsung berjalan santai menuju kampus.

Dia tak ingin menarik perhatian dengan berlari kecil di gang-gang sempit begini. Adiba baru akan memulai joging setelah memasuki area kampus. Bila tiba akhir pekan, ditambah liburan semester gasal, lokasi itu kian sepi.

Udara segar menyapa begitu kaki Adiba berpijak di depan gerbang Ambarawa. Pemandangan hijau sangat memanjakan mata. Angin yang berembus sepoi memberi kesan damai.

Hampa | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang